Akhirnya gw kambek juga evribadeh~!! T_T *terharu
setelah cukup lama gw bertapa di goa persembunyian gw yang bernama kuliah-laporan-dan praktikum, dan setelah sedikit rehearshal dengan beberapa drabble yang sempet gw post disini dan di FB gw, akhirnya gw meneruskan salah satu FF yang pernah ke suspend.. *sorry buat yang request, jadi kelamaan..*
tapi moga aja sih bisa memuaskan para pembaca~~^^
ja, enjoy it minna~!^^
At a Time...
“Aku duluan ya
teman-teman~!” ujar RaeIn setelah menyelesaikan pekerjaannya. Ia mengambil tas
dan jaketnya, kemudian bergegas pergi diiringi sapaan ‘sampai jumpa’ dari
teman-temannya.
Usai persiapan
pameran setelah ujian tengah semester, RaeIn bergegas pergi, mengingat kemarin
ia lupa menjenguk HongKi karena kejadian aneh yang tiba-tiba mendatanginya.
Membuatnya merasa sedikit senang, namun masih tertutupi dengan rasa sebalnya,
hingga mungkin ia tak bisa merasakan bahwa ia juga senang seseorang tiba-tiba
menyatakan perasaannya padanya.
Belum sempat ia
menurunkan kadar sebalnya, tiba-tiba orang itu datang lagi. KimBeom. Dengan
senyum khas nya yang cerah, ia melambaikan tangan pada RaeIn yang langsung
berubah arah setelah melihat bocah itu di hadapannya. “Ya~! RaeIn-a! Tunggu!” serunya seraya mengikuti RaeIn dengan
berlari-lari kecil. Hanya beberapa meter, ia berhasil meraih tangan RaeIn dan
membuatnya berhenti.
“Ya~! Berhentilah menggangguku!” protes
RaeIn segera.
“Tapi kau belum
menjawabku.. emh.. yang kemarin..” jawab Kim Beom malu-malu.
“Mworago?” RaeIn memandang KimBeom dan
tiba-tiba teringat sesuatu. “Ah.. arrata!”
katanya.
“Lalu? Eotte?”
RaeIn
menggeleng. Hanya gelengan kecil. “Eh?”
“Sudah ya, aku
harus pergi sekarang!” seperti tidak peduli lagi, RaeIn bergegas pergi. Ia
benar-benar merasa tidak ingin diganggu oleh bocah lelaki dengan kamera itu.
“Kau mau
kemana?”
“Menemui
seseorang! Kau tak perlu tahu!” jawab RaeIn tanpa peduli lagi. Ia berjalan
pergi, berlalu dari hadapan KimBeom, meskipun anak laki-laki itu berulang kali
memintanya berhenti.
“Siapa?
Pacarmu?” tanya KimBeom sambil terus mengejarnya. RaeIn tidak menjawab, namun
langkahnya tidak berhenti juga. Setelah beberapa meter, akhirnya KimBeom
berhenti mengikutinya. Wajahnya nampak berbeda dari biasanya. Tidak ada senyum.
Alisnya berkerut. “Ia sudah punya pacar..?” gumamnya lirih sambil memandang ke
arah RaeIn yang makin menjauh dari pandangannya. Masih belum percaya bahwa
RaeIn menolaknya.
***
“HongKi oppa, annyeong~~” sapa RaeIn lembut sambil membuka pintu kamar HongKi. Ia
melihat ke seluruh penjuru ruangan. Namun ia tak menemukan pria musisi itu
disana. “Oh.. HongKi oppa? Kau tidak
disini?” gumam RaeIn. Ia keluar lagi dan melihat sekeliling.
“Kau mencari
HongKi?” tanya seseorang dari belakang. RaeIn menoleh. Seorang perawat pria
datang dengan setumpuk pakaian bersih di tangannya. Sepertinya ia mengantar
pakaian untuk HongKi. “Ia di sana! Tadi ia memintaku untuk mengantarnya keluar
karena ia ingin menghirup udara segar!” jelasnya sebelum RaeIn sempat bertanya.
“Oh.. ne~! Gamsahamnida..!”
ujar RaeIn sambil mengangguk hormat, dan bergegas menghampiri HongKi yang
tengah duduk di bawah pohon sambil mendengarkan lagu dari mp3 player melalui
headsetnya.
Hari ini udara
cukup hangat untuk ukuran musim dingin, makanya HongKi ingin keluar, sekaligus
merasakan udara yang sangat jarang di rasakannya semenjak ia berada di tempat
rehabilitasi itu. Dan kini rasa hangatnya segera bertambah saat ia merasakan
sesuatu yang hangat menyentuh pipinya. HongKi kaget dan menyentuh pipinya, “N..nuguseyo?” katanya pelan.
“Ini aku, oppa! Aku datang!” jawab RaeIn dengan
nada ceria. Ia sadar atau tidak, nada bicaranya lebih cerah dari biasanya, dan
HongKi menyadari itu.
“Kau sedang
senang?” tanya HongKi datar. Ia masih sedikit merasa kecewa karena kemarin
RaeIn tidak datang. Tapi ia berusaha untuk menutupinya.
“Hmm? Begitukah?
Mungkin karena hari ini aku bisa bertemu dengan oppa!” jawab RaeIn sekenanya, sambil membuka bungkusan hangat yang
dibawanya tadi. “Maafkan aku, kemarin aku tidak bisa datang menemui oppa. Lain kali tidak akan terulang! Aku
akan datang setiap hari!” tambah RaeIn meyakinkan HongKi yang juga percaya
begitu saja dengan ucapan gadis itu. “Sekarang oppa makan, aku bawakan bubur
untuk oppa!” katanya.
HongKi
mengiyakan apa yang dikatakan RaeIn. Yah, dia memang selalu setuju dengan apa
saja yang RaeIn katakan.
---
HongKi’s Scene
Rasanya aku tak
bisa berhenti tersenyum. Dia senang karena hari ini bisa bertemu denganku. Itu
katanya. Dan dia berjanji tak akan absen mengunjungiku. Sejenak, kejadian
kemarin bisa ku lupakan. Rasa kesalku padanya karena ia tak datang tanpa
memberitahuku terlebih dahulu. Tapi kini aku sudah tidak peduli. Yang penting
ia datang hari ini dengan hati ceria seperti biasanya. Bahkan sepertinya ia
lebih ceria. Apapun yang ia rasakan, aku akan bahagia jika dia juga bahagia.
RaeIn-a..
HongKi’s scene END
***
“Aku buatkan sup
untuk mu!” RaeIn menyodorkan semangkuk sup hangat di hadapan GeunSeok. Kemudian
duduk di hadapannya dan kembali melanjutkan sketsa yang ia kerjakan sebelumnya.
“Latihanmu berjalan lancar?”
Geunseok
mengangguk. “Hmhh.. kejuaraan sebentar lagi, jadi aku harus berlatih lebih
giat!” jawabnya penuh semangat. Padahal masih musim dingin. Meskipun di dalam
ruangan, airnya pasti terasa sangat dingin sampai ke tulang.
“Hwaiting~!” RaeIn menyemangati Geunsuk
dengan senyum cerah di wajahnya.
Sesaat Geunseok
memperhatikan RaeIn. Ia memang sedikit lebih bahagia dari biasanya. “Ada yang
membuatmu senang?” tanya Geunseok, kemudian menyeruput sup hangat buatan RaeIn
itu. “Apa keadaan Hongki membaik?”
“Hongki oppa selalu dalam keadaan baik, tenang
saja!” jawab RaeIn. Ia meletakkan pensilnya, kemudian menyandarkan punggungnya
di punggung kursi restauran itu. “Aku harap ia cepat mendapatkan donor mata.
Dengan begitu untuk mengembalikan ingatannya akan lebih mudah~!” ujar RaeIn
berharap. Meski ia tak tahu apa yang akan terjadi jika Hongki mendapatkan
ingatannya kembali.
Geunsuk
tersenyum kecil, kemudian kembali melahap makan malamnya. “Maaf aku tak bisa
banyak membantumu soal Hongki!” Geunsuk mulai lagi. Ia selalu merasa bersalah
jika membicarakan soal ini.
“Sudahlah.. kau
kan tidak salah apa-apa!” RaeIn tersenyum lagi. Sambil melahap sesendok nasi
terakhirnya, Geunseok memperhatikan RaeIn lagi. “Mwo?”
“Benar dugaanku!
Kau memang sedang senang sekarang! Apa sesuatu yang membahagiakan baru terjadi
padamu? Kau baru menang lotre?” tanya Geunsuk penasaran.
“Mwoya?? Tidak terjadi apa-apa! Sudah
cepat habiskan dan pulang!” Raein mengemasi barang-barangnya. “Aku mau tidur!
Kalau sudah selesai bilang padaYeonah! Ia akan membersihkannya! Jalga~!” katanya dan benar-benar pergi.
Geunseok
menyunggingkan senyum di sebelah bibirnya dan bergumam, “Semoga bukan karena
perasaanmu pada orang lain..”
***
Hari ini setelah
pulang kuliah, RaeIn kembali mengunjungi Hongki. Ia datang lebih awal dari
biasanya karena hari ini jadwal kuliahnya tidak terlalu padat. Ia mengobrol
banyak dengan Hongki hari itu, menceritakan banyak hal yang di alaminya di
kampus, dan menghibur Hongki dengan lawakan yang terbatas. Tapi sepertinya
Hongki sangat senang meski kadang apa yang dikatakan RaeIn sedikit old-fashioned dan membosankan.
Setelah cukup
lama RaeIn menemui Hongki, saatnya untuk pulang. Ia pamitan dan berjanji pada
Hongki untuk menemuinya lagi besok. Ia keluar dari kamar Hongki dan berjalan
menyusuri lorong menuju keluar. Namun sebelum RaeIn sempat keluar dari gerbang
tempat dimana Hongki di rawat itu, seseorang yang dikenalnya membuatnya
berhenti di tempat. Seseorang dengan kamera, yang kini tengah duduk di bangku
taman sambil memotret sekitar.
“Bocah itu..
bagaimana dia bisa disini~?” gumam RaeIn kesal.
Kimbeom, orang
itu, yang telah menyadari RaeIn sudah muncul langsung menyapanya dengan
lambaian tangan dan senyum di wajahnya. “RaeIn-yang!” sapanya. RaeIn belagak tidak kenal dan bergegas pergi untuk
segera pulang. Dan menghindari anak itu untuk mendekatinya. Tapi tetap saja
Kimbum mengikutinya meski ia tahu RaeIn sudah menolaknya.
“Ya! Kim SangBeom! Bisakah berhenti
mengikutiku??” RaeIn naik darah. Ia berteriak setelah berhenti dan berbalik
untuk memperingatkan bocah itu.
“Lee Hongki. 23
Tahun. Kecelakaan motor 2 tahun yang lalu.” Entah apa yang diinginkan Kimbeom
dengan mengatakan itu. RaeIn menatapnya tajam. Ia benar-benar kesal. “Dia..
pacarmu?”
“Apa maumu?” tanya
RaeIn melunak. Ia mulai menurunkan nada bicaranya yang semula 3 oktaf itu.
“Kau begitu
intens menemuinya sejak ia dirawat disini.. apakah ada sesuatu antara kau dan
Lee Hongki itu?” tanya Kimbeom pada RaeIn. RaeIn diam. Ia tidak tahu apakah
harus membritahukannya, atau langsung pergi saja tanpa memperdulikan apa yang
dikatakan bocah laki-laki itu. “Apakah dia.. alasan kau menolakku?”
“Mwo??”
***
“Catatan waktumu
membaik sejak kau latihan intensif sebulan yang lalu!” Coach memulai
pembicaraan dengan Geunseok, sementara anak laki-laki dengan rambut gondrong
itu menyeka air di wajahnya dengan handuk besarnya. “Kalau begini terus,
peluangmu untuk menang dalam kejuaraan kali ini besar!”
“Gamsahamnida, coach!” katanya sambil
mengangguk hormat.
“Pertahankan
prestasimu, Geunseok-a! Tapi jangan
memforsir tenagamu berlebihan! Tenagamu lebih di butuhkan saat kejuaraan nanti!
Arraseo?” nasehat Coach bijak.
“Ye, Coach!” jawabnya.
Pelatih
renangnya itu menepuk pundaknya pelan, kemudian pergi untuk memantau anak
didiknya yang lain yang juga akan mengikuti kejuaraan. Geunseok mengalungkan
handuknya, mengambil peralatannya dan bergegas untuk mandi karena latihannya
hari ini sudah cukup.
Setelah ia
merasa cukup bersih, Geunseok mengganti pakaiannya, memasukkan semua barangnya
kedalam ransel, dan bergegas pergi. Setelah ini ia masih harus kerja part time di
sebuah restaurant mie cina, untuk uang sakunya sendiri. Ia berjalan menuju
tempat kerjanya sambil memeriksa ponselnya. Masih belum ada donor mata
untuknya. Lebih tepatnya untuk Hongki. Meski ia sudah menawarkan harga yang
cukup tinggi, tapi sepertinya tidak ada yang tertarik untuk ini.
“Masih mencari
donor mata untuk temanmu?” chef sekaligus pemilik restoran tempat kerjanya itu
bertanya saat melihat Geunseok tampak murung. Pria yang sudah berumur, dan
menganggap Geunseok sebagai anaknya sendiri.
“Ah.. ye~” jawabnya.
“Terlalu sulit
mencari donor untuk mata! Hanya orang mati yang bisa dan mau mendonorkannya!” ahjussi itu berkata lagi sambil
meletakkan dua mangkuk ramyun di atas nampan.
Geunseok tampak
berpikir. “Ah.. benar juga~” desisnya.
Ahjussi itu
meletakkan dua pasang sumpit di atas nampan yang sama, kemudian menepuk Geunsuk
yang melamun secara tiba-tiba itu. “Ya~!
Antarkan ini ke meja 4!” katanya.
“Ah.. ye~! Cwesonghamnida!”
Geunsuk mengambil nampan berisi 2 mangkuk ramyun itu dan bergegas
mengantarkannya ke meja pelanggan.
***
RaeIn’s scene
“Ya~!” aku berteriak lagi padanya. Bocah
ini.. kali ini aku benar-benar kehabisan kesabaran.
“Wae?? Aku hanya bertanya soal Lee Hongki
itu! Dan kau cukup menjawabnya, maka aku akan pergi!” Kimbeom mulai terlihat
serius kali ini. Ia tidak berbicara denganku dengan senyum menyebalkannya itu
lagi.
“Baiklah! Aku
mengerti! Kalau sudah kuceritakan padamu, kau akan pergi kan?” aku
memperjelasnya. Aku tidak ingin bocah ini mengekor lagi kemanapun aku pergi.
“Uh.. emh.. yah~
oke..” katanya. Meskipun aku tidak percaya ia tidak akan menggangguku lagi.
Tapi setidaknya aku mencobanya.
Kami akhirnya
memilih berhenti dan duduk di sebuah kedai untuk berbincang, lebih tepatnya
menjawab pertanyaannya tentang siapa Lee Hongki itu. Aku mengatakan semuanya
dengan jujur pada Kimbeom yang duduk berhadapan denganku, dengan secangkir kopi
di hadapannya.
“Dulu kami satu
band di SMA. Dia kakak kelasku. Saat itu kami akan melakukan show pertama kami
setelah cukup lama latihan, tapi entah kenapa ia tidak datang saat kami
seharusnya berkumpul di rumahku untuk kemudian berangkat sama-sama. Dan tak
lama kemudian seseorang menghubungi kami bahwa Hongki oppa sedang koma di rumah
sakit..” suasana membawaku untuk kembali merasakan kesedihan yang sama dengan
yang 2 tahun yang lalu kurasakan. Hongki oppa
sudah seperti kakakku sendiri, dan mengingat kejadian yang membuatnya seperti
itu, aku benar-benar tidak kuat.
“Maaf, mataku kelilipan..”
aku menghapus air mataku dengan lengan sweaterku. Kimbeom tidak menjawab,
bahkan sejak tadi ia diam dan terus memperhatikanku tanpa mengomel seperti
biasa. “Karena tak bisa menyembuhkannya, aku hanya bisa memberikan support
padanya dengan cara seperti itu..” tambahku dengan sedikit terisak, sedangkan
tanganku masih sibuk menghapus iar mata yang terus mengalir.
Tiba-tiba saja
Kimbeom menyodorkan sesuatu padaku. Sapu tangan warna biru tua dengan garis
abu-abu di tepinya. “Pakai ini!” katanya.
Aku mendongak,
mengambil sapu tangan yang diberikannya. “Gomawoyo..”
Aku tak
menyangka di saat seperti ini Kim Sangbeom itu tidak tampak menyebalkan sama
sekali. Ia tidak cerewet dan mau mendengarkan apa yang ku katakana. Wajahnya
yang tampak serius itu sama sekali berbeda dengan Kimbeom yang biasanya. Dan
kini ia membiarkanku larut dalam kesedihanku sendiri, tanpa mengabadikan
gambarku seperti biasanya.
RaeIn’s scene END
***
“Geunseok-i..
bisa kau menggantikanku untuk mengunjungi Hongki oppa?” tanya Raein melalui ponselnya, sementara ia sedang
mempersiapkan pamerannya bersama teman-temannya yang lain di sebuah hall milik
kampusnya. “Aku sudang sibuk persiapan.. aku benar-benar tidak bisa
meninggalkan ini!” tambahnya. Namun sepertinya Geunsuk di sebrang juga sedang
memiliki urusan penting lain yang tidak bisa di ganggu.
Raut wajah RaeIn
memuram. Ia mengangguk kecil. “Oke, arraseo!
Kalau begitu aku akan datang terlambat..” katanya kemudian menutup ponselnya
dan melanjutkan pekerjaannya.
---
RaeIn mengayuh
sepedanya dengan cepat ke arah tempat dimana Hongki di rawat. Ia benar-benar
sangat terlambat kali ini. Setelah memarkirkan sepedanya, ia bergegas menuju
kamar Hongki dengan segepok barang di ranselnya. Bukan barang untuk diberikan pada
Hongki, tapi itu PR yang harus di kerjakannya sepulang kuliah.
“Oppa~ aku datang..” katanya lembut
sambil membuka pintu kamar Hongki setelah ia sampai.
“Kau datang?
Hongki sedang tidur!” seorang perawat wanita yang baru saja memeriksa temperatur
badan Hongki menyapa dengan senyum ramah.
“Ah.. jadi aku
benar-benar terlambat..” keluh RaeIn pada dirinya sendiri.
“Tapi bukannya
tadi seseorang datang menggantikanmu?” ujar perawat itu. RaeIn memandangnya
dengan tatapan penuh Tanya. “Seorang pria.. katanya dia temanmu!” jelas perawat
itu.
“Eh.. apakah
mungkin, Kimbeom..?”
“Dia pacarmu?”
perawat itu bertanya lagi. Tapi RaeIn sepertinya tidak mendengarnya. Ia lebih
tertarik pada apa yang sebenarnya diinginkan bocah itu dengan datang
mengunjungi Hongki hari itu. “RaeIn-yang??”
perawat itu memanggil RaeIn. Tapi konsentrasi RaeIn benar-benar tidak sedang
disana.
***To be
Continue***
begimana? begimana??
thx for reading and don't forget to leave a comment~!^^/
-Keep Shine Like HIKARI-
mungkin karena miring tulisan tertentu jadinya kotak" deh ... coba formatnya biasain aja
ReplyDeletebersambung ???? Aaaaakkkkk GREGETAAAAAANNNNNN !!!!
~>_<~
leppy macam apakah gabisa baca tulisan miring?? ._.a
Deleteseumur umur baru sekali ini kejadian~ hape aja bisa baca tulisan miring~ *meskipun di hape jadinya tegak juga..*
bersambung lah~ gaseru sekali habis! kkk
-_____- salahkan kenapa tulisan pake di miring"in segala .....
Deleteitu td ada yg typo juga ....
hape gw ga bisa baca tulisan miring .....
buat bedain kata asing ama yang engga.. di pelajaran bahasa indonesia gw di ajarin gitu..~
Deletesalahkan kenapa guru bahasa indonesia lo ga ngajarin gitu~hahaha
betewe komenin ceritanya gmana?? sreg ga lo?
bersambung dengan pikiran tokoh yang nggantung #errr
ReplyDeleteini sebenernya love story apa ttg persahabatan gitu?
hahaha..
Deleteada love story ada freindship nya.. tunggu aja deh ntar~
cerita selanjutnya lagi on progress~
*gila saya garap 3 cerita dalam 1 waktu -__-*