FF kambek kedua gw.. setelah cukup lama berpikir bagaimana meneruskannya~ *saking kelamaan sampe lupa sama ceritanya, jadi mesti baca ulang~* -__-
dan akhirnya gw bikin baru poster FFnya.. langsung gw ganti smua dah tuh poster lama gw yang ecek2.. *yang ini mending, 'agak' ecek2* T_Ta
okedeh.. masih melanjutkan sibling-love dan satu orang lagi yang notabene sangat susah untuk suka sama seseorang.. enjoy reading~!^^
I don't Understand..
Bola langsung
dilempar pada Yoon Bora begitu bola berhasil di rebound oleh center klub Seoul,
Kim Hyojung. Yoon Bora membawa bolanya sampai masuk ke daerah shoot. Melakukan
fake dengan hendak melakukan shooting, namun ternyata di pass pada Jang Chaeyong
yang berdiri bebas tanpa penjagaan lawan. Chaeyong melakukan drive dan menggunakan
layup shoot andalannya 2 poin kembali didapatkan klub Seoul dari tim lawan!
Gedung olah raga
begitu riuh dengan suara dukungan supporter klub Seoul dengan bertambahnya 2
poin untuk tim putri mereka. Dengan tambahan poin ini, tim putri klub Seoul
kembali memenangkan laga di babak penyisihan kedua.
“Bora eonni brilian! Aku tidak menyangka eonni akan melakukan fake!” ujar
ChaeYong seraya keluar dari ruang pemain bersama semua pemain dan coach mereka.
“Fake yang mulus!”
“Kau juga!
Terima kasih sudah sangat tanggap dengan yang aku lakukan!” Bora membalas
sambil menepuk bahu ChaeYong. “Aa.. sepertinya ada seseorang menunggumu!”
katanya begitu ia melihat keluar gedung. Tampak seseorang dengan jaket merah
maroon berdiri disana, seperti sedang menunggu seseorang.
“Oh.. Chicken~”
“Chicken?” Bora
bertanya. “Tapi ngomong-ngomong aku merasa sering melihatnya! Tapi dimana ya?”
“Pasti saat
pertandingan! Dia kan pasti datang saat kita bertanding!” jawab ChaeYong
memastikan. Bora sebenarnya tidak yakin dengan jawaban itu, namun ia mengiyakan
saja. Tidak mau pembahasan menjadi lebih panjang.
Namun seketika Bora
tersenyum lebar sambil merangkul juniornya di klub basket itu. “Jangan-jangan..
dia pacarmu ya?”
“Aigoo~ eonni ini.. apanya yang pacar?” Chaeyong mendorong Bora hingga akan
terjatuh, namun Bora berhasil mengontrol keseimbangannya sambil terkekeh
menertawakan Chaeyong. “Dia temanku tau! Nae
cingu!” jawab Chaeyong lagi dan kali
ini seraya mempercepat langkahnya keluar gedung, menghampiri orang yang
dipanggilnya Chicken itu yang sudah menunggunya cukup lama disana. “Hyeong~!” panggilnya seraya berlari
dengan riang, ingin segera membagi kegembiraan kemenangannya.
Bora menegakkan
badannya dan berjalan ke arah yang sama dengan Chaeyong, dengan senyum lebar
dan yakin ia bergumam, “Bukan pacar? Tapi segembira itu bertemu dengannya..
hahaha.. dasar~!”
***
“Jadi besok kau
main lagi?” tanya Jinki saat mereka berjalan pulang, sambil mendorong sepeda
Chaeyong. Sedangkan Chaeyong berjalan di sebelahnya dengan sport bag besar
berisi perlengkapan pertandingannya.
“3 hari lagi!”
“Ya, itu
maksudku..” katanya. Kemudian keduanya diam. Mereka jadi lebih sering diam
seperti ini daripada meributkan tentang sesuatu seperti dulu.
Benar-benar
sunyi. Bahkan kendaraan bermotor pun hanya melintas sesekali. Dan hal itu
benar-benar mengusik Chaeyong untuk mengatakan sesuatu. “Hyeong! Kau benar-benar tidak apa-apa?” katanya tampak khawatir.
“Oh.. emh.. te..
tentu saja!” jawab JinKi, terdengar berbohong.
“Tidak. Hyeong sedang memikirkan sesuatu kan?
Aku tahu!” Chaeyong membantah.
“Me..memikirkan
apa? Sok tahu! Memang kau bisa membaca pikiranku?” Jinki menjawab dengan gugup.
“Aku tidak tahu!
Tapi aku tahu hyeong sedang
menyembunyikan sesuatu!” kata Chaeyong sekenanya. Dan entah mengapa, kata-kata
itu membuat JinKi berhenti. Sedangkan Chaeyong masih terus melangkah pulang,
hingga ia sadar tak terdengar lagi derit sepeda berjalan mengikutinya. “Hyeong?” ia menoleh. Jinki berdiri
berjarak beberapa meter darinya dengan tatapan mata serius ke arahnya. “Hyeong? Waeyo?”
Tidak menjawab.
Jinki masih menatap ke arah Chaeyong, seakan hendak mengatakan sesuatu. “Yong-i.. nan..”
JPREEETT!!
Sesaat terdengar
suara yang membuat kedua anak itu menoleh kearah sumber suara tersebut. Sesosok
laki-laki dengan kamera didepan wajahnya, menegakkan badannya dan memeriksa
sesuatu pada layar digital kameranya. “Seperti dalam drama..” gumamnya, namun
masih bisa terdengar biarpun lirih.
“Joongki hyeong?” panggil Chaeyong lirih dengan
wajah heran. Joongki yang merasa dipanggil mendongak ke arahnya dengan senyum
khasnya, seraya berjalan mendekat kearah adik sepupunya itu. “Bagaimana kau
bisa ada disini?”
“Aku baru pulang
dari pemotretan, dan tak sengaja melihat kalian!” jawab Joongki jujur. “Kita
makan yuk, hari ini ibu tidak masak makan malam. Jadi dia menyuruhku untuk
mengajakmu makan di luar!” ajak Joongki, tanpa pikir panjang Chaeyong
mengiyakan. Joongki mengalihkan perhatiannya pada Jinki yang masih berdiri
beberapa meter dihadapannya. Dengan wajah sedikit kecewa, namun berusaha untuk
ia sembunyikan. “Kau.. Jinki, ikut juga yuk!” ajak Joongki.
“Ah.. emh..” Jinki
mendekat. Ia menyandarkan sepeda Chaeyong dengan standarnya, kemudian menunduk
hormat pada Joongki. “Aku harus pulang, besok pagi ada kuis. Terima kasih
tawarannya hyeong!” katanya kemudian
berjalan menjauh pelan-pelan. “Yong-i..
annyeong~!”
“Ne.. annyeong~!”
jawab Chaeyong pelan.
“Dia kenapa
sih?” tanya Joongki heran. Namun Chaeyong hanya menggeleng. Ia benar-benar
tidak tau apa isi kepala Jinki sebenarnya.
***
Joongki’s Scene
Hari ini aku
harus meyakinkan, perasaan ini pasti bukan.
Sejak saat itu,
YoonHee terus saja bilang bahwa aku sedang jatuh cinta, dan entah kenapa Yongi
yang selalu muncul dikepalaku saat YoonHee berkata begitu. Sudah kupikirkan
dengan rasional, hal ini pasti tidak mungkin. Dia adikku. Anak dari bibiku,
yang sudah kuanggap sebagai adikku sendiri. Yang dikatakan YoonHee pasti salah,
aku yakin.
Setelah makan di
sebuah kedai, kami pulang dengan berjalan kaki. Aku menuntunkan sepeda yang
tadi dibawanya ke pertandingan. Aku tidak sempat menonton pertandingannya tadi,
karena pekerjaanku yang mengharuskanku berada di kantor sampai malam. Makanya
sekarang Chaeyong bercerita panjang lebar soal apa yang terjadi di gedung olah
raga yang kini membuatnya tampak riang.
“Lalu Bora eonni melakukan fake dan mengoper
bolanya padaku! Lalu aku lay-up~..” ditengah ceritanya ia memperagakannya.
“Shoot~! Dan suara kemenangan pun terdengar di telinga kami! Aku senang
sekali!” tambahnya diiringi tawa bahagia. Dan yang bisa aku lakukan hanya
tersenyum sambil terus berjalan mengikutinya.
“Jhoa.. sayang aku tidak bisa
menontonnya!” ujarku menyesal. “Mianhaeyo..”
“Aigoo~ tidak perlu begitu hyeong! Kau kan harus bekerja!” jawabnya.
Sekali lagi, hanya kubalas dengan senyum. “Ngomong-ngomong hyeong, boleh pinjam kameranya?” katanya.
“Hmm?” Chaeyong
menunjuk kea rah tas kamera yang ku gantungkan di bahu kiri. “Oh, tentu!”
jawabku kemudian menyerahkannya.
Ia buka tas
kamera itu, kemudian ia ambil kamera didalamnya. JPREETT! Sejenak terdengar
suara jepretan foto. Bocah itu baru saja mengambil fotoku. Kurasa akhir-akhir
ini ia juga tertarik dengan fotografi. “Ya~!”
aku berteriak padanya. Namun ia hanya terkekeh sambil memeriksa hasil
jepretannya. Sekali lagi ia mengambil fotoku, dan memeriksanya pada layar
digital.
“Whoaa.. Joongki
hyeong fotogenik sekali!”
komentarnya. “Kenapa hyeong tidak
jadi model saja? Daripada jadi fotografer..”
“Diamlah!” jawabku.
Chaeyong seperti
tidak menggubrisku. Ia tetap tertawa sambil melihat hasil jepretannya yang baru
diambilnya, hingga beberapa saat kemudian senyumnya luntur sedikit demi
sedikit. “Yoo.. YoonHee noona~”
gumamnya, namun aku masih bisa mendengarnya.
“Wae?”
“Ah.. ahniyo~ YoonHee noona selalu terlihat cantik. Mungkin akan cocok jika kalian
pacaran!” katanya, dan begitu membuatku kaget. Kata-katanya itu, seakan aku
ingin menyangkalnya. YoonHee hanya juniorku di sekolah dan di kantor. Tapi..
Chaeyong juga cuma adikku, tapi kenapa..
Kepalaku
mendadak kosong. Kutinggalkan sepeda yang semula kubawa, dan tanpa sadar kapan
memulainya, aku sudah mendekap Chaeyong begitu erat. Serasa tidak mau
melepaskannya lagi. Ingin berada seperti ini seterusnya.
Joongki’s scene END
***
Chaeyong’s scene
“Yongi~ pegang
tanganku..” Joongki oppa berkata
padaku.
“Oppa~”
“Aku tidak mau
kita terpisah. Ayo!” katanya sambil memegang tanganku dengan erat dan kami
berjalan menyusuri taman kota, hingga tiba-tiba aku terjatuh kedalam sebuah
lubang yang entah bagaimana caranya bisa berada disana, padahal semula aku
tidak melihatnya.
“Jang Chaeyong!”
terdengar seseorang memanggilku. Apakah itu Joongki oppa yang menyelamatkanku?
“Oppa?”
SLAPP!
“Aigoo~ Ya! .. eh..” Sonsaengnim?
Ia memukulku
dengan gulungan kertas. “Sudah puas kau tidur di kelasku?” Sonsaengnim bertanya padaku dengan tatapan marah. Ia menunduk,
menatapku yang kini tengah terduduk di.. lantai?
Aku segera
berdiri, merapikan baju dan rambutku dan bersikap sopan pada sonsaengnim. “Cwesonghamnida, Baek-saem!”
ujarku sambil menunduk hormat padanya.
“Aish.. dari sekian banyak mahasiswa
hanya kau yang selalu membuat urat kepalaku keluar semuanya!” katanya sambil
sekali lagi memukulku dengan gulungan kertas. “Kalau bukan atlit provinsi sudah
tak ada ampun lagi bagimu!” katanya lagi. Ah~ untunglah, aku masih bisa sedikit
lega. “Jangan tersenyum! Kembali ke meja dan jangan membuat kelasku gaduh! Arraseo?”
“N..ne~ Saem!”
jawabku sambil sekali lagi menunduk dan kembali duduk di mejaku.
---
“Aish~ jincha! Kalau begini aku bisa gila! Haish~!!” dengan penuh kebingungan aku berteriak-teriak sendiri di perpustakaan
kampus sambil mengacak-acak rambutku yang sudah tak karuan ini. Joongki oppa membuatku gila! Apa ia tidak tahu
apa yang dilakukannya semalam membuat perasaan yang sudah lama ingin
kuhilangkan ini jadi kambuh lagi??
Ehm.. tentu saja
ia tidak tahu, aku tidak pernah mengatakannya. Tapi.. ahh~! Jincha!! Aku seperti orang stress di
perpustakaan. Sebentar-sebentar diam. Kemudian mengacak-acak rambutku sendiri.
Sebentar kemudian mengacak-acak wajahku(?). Aku heboh dengan pikiranku sendiri,
hingga terdengar suara gaduh dari arah lain di ruangan besar itu, dan pikiranku
goyah. Aku periksa ada apa disana. Beberapa orang juga mendatangi tempat itu,
dan beberapa diantaranya kini tengah mengembalikan buku-buku yang berserakan di
lantai ke tempatnya semula.
“Gamsahamnida~ maaf merepotkan~!” Salah
satu dari mereka meminta maaf.
“Chicken?” aku
masih melihatnya tanpa membantu. Masih seperti biasa, kecerobohan yang tak
tertandingi. Tapi sejenak terlintas dipikiranku. “Mungkin ia bisa membantuku!”
Aku bergegas
membantu mereka mengembalikan buku-buku yang berserakan itu, kemudian menarik
Jinki oppa yang sedang sibuk
berterima kasih itu, keluar dari kerumunan. Mungkin dia tahu solusi dari
masalahku yang aneh ini. Setidaknya ia bisa sedikit membantuku.
“Waeyo??” tanya Jinki oppa setelah kami berdua duduk di meja
yang kutempati sebelumnya. Wajahnya tampak begitu kaget melihatku, tapi aku tak
mengindahkannya. Karena ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padanya.
Tapi bagaimana
menyusun kata-katanya. Emh.. aku bingung, dan malah mengacak-ngacak rambutku
sendiri. “Bagaimana aku mengatakannya..” bisikku pada diri sendiri. Tapi
sepertinya Jinki oppa bisa mendengarku.
“Mwo?”
“Kau tahu
bagaimana caranya membenci seseorang??”
Kami terdiam
beberapa detik. “Hehh??” dan hanya itu yang kudengar dari Jinki oppa atas
jawaban dari pertanyaanku.
---
“Ah.. keuraeyo~” gumamnya setelah ia mendengar
ceritaku secara lengkap. Cerita bodoh yang ku simpan sendiri sejak lama. Namun
sesaat terlihat wajahnya tampak sedikit kecewa. Sesekali ia menyeruput cola di
hadapannya, namun tak menyentuh ayam goreng pesanannya sedikitpun.
Aku mengangguk
kecil. “Ah~ aku jadi cerita hal yang memalukan..” aku menggaruk kepalaku,
membuat rambut bagian belakangku teracak sedikit. “Tapi aku tidak tahu
bagaimana solusinya. Makanya aku tanya padamu, hyeong!” aku memandanginya. “Tapi sepertinya kau juga..”
“Hehe.. mianhae~” katanya dengan senyum kecil di
wajahnya.
Aku menyandarkan
kepalaku di atas kedua tanganku yang kulipat di atas meja restoran cepat saji
itu. “Ahhh.. stresss~!!” keluhku pada diriku sendiri. Tapi setidaknya bebanku
berkurang sedikit setelah aku bisa menceritakan semuanya pada Jinki oppa. Tapi sepertinya hari ini ia tidak
seperti biasanya. Dia sakit ya?
Chaeyong’s scene END
***
“Aku menyukai
Joongki hyeong..” kata-kata itu terus
berputar di kepala Jinki dalam perjalanannya pulang ke rumah. Sesaat ia
tersenyum miris. Ternyata benar apa yang selama ini ditakutkannya, kedekatan
mereka memang tidak seperti saudara biasa. Pantas ia merasa kesal saat keduanya
terlihat akrab, meski ia terus menahannya. Tapi akhirnya kekhawatirannya
terjawab sudah.
Jinki duduk di
salah satu bangku bus yang akan mengantarnya pulang itu. Ia memandangi
bungkusan di tangannya. Bungkusan berisi ayam goreng yang tidak ia makan di
restoran tadi. Bahkan ayam goreng pun kalah dengan perasaannya. “Inilah kenapa
aku tidak suka dekat dengan wanita..” gumamnya, menahan isakannya.
***
Joongki’s scene
Aku tidak boleh
melanjutkannya. Perasaan ini, aku tidak bisa membiarkannya berkembang begitu
saja! Bodoh! Padahal aku hanya ingin mengeceknya kemarin, tapi kenapa malah
jadi seperti ini??
Jantungku tak
bisa berhenti berdegub dengan kencang sejak semalam, dan aku tak bisa
menghilangkan bayangan tentang kejadian waktu itu. Dan kini pekerjaanku jadi
semrawut karena aku sama sekali tak bisa berkonsentrasi. Akhirnya, aku
memutuskan menunda pekerjaan dan beristirahat di kantin kantor untuk
menetralisisr perasaanku, dengan secangkir coklat hangat yang kupesan. Kata
orang coklat itu bisa menenangkan pikiran.
“Oi, oppa! Sedang break?” seseorang menyapaku
dan langsung duduk berhadapan denganku. YoonHee. Aku mengangguk kecil. Namun tidak
menjawab dengan sepatah kata pun. YoonHee membuka bekalnya. Sejak SMA ia tidak
menghentikan kebiasaan membawa bekal makan siang dari rumah. “Kau mau?” katanya
padaku.
“Hmhh.. gomawoyo!” jawabku, dan kembali
menghirup coklat hangatku, kemudian meletakkan cangkirnya dan mengedarkan
pandanganku ke sekeliling ruangan.
“Ya, oppa!
Kudengar hari ini ada festival fotografi! Kau mau datang?” YoonHee memulai
obrolan lagi. Sepertinya ia tahu perasaanku sedang tidak enak. “Kulihat kau
gelisah sejak pagi! Mungkin datang ke festival bisa mengembalikan perasaanmu
jadi baik!” benar, dia tahu.
Aku memandangi
coklat hangat didalam cup yang sudah tinggal separuh itu. “Boleh juga!” jawabku
dengan senyum kecil.
“Oke, jam 5 ya!”
katanya menentukan. Aku mengangguk mengiyakan. Apapun, asal bisa membuatku
melupakan pikiranku yang absurd ini.
Joongki’s scene END
***
Pameran
fotografi yang diadakan di salah satu universitas di Seoul oleh klub fotografi
kampus itu sangat menarik, dan banyak dari masyarakat umum bahkan yang awam
tentang fotografi, datang kesana. Mulai dari pameran, kursus singkat fotografi,
hingga seminar yang membahas soal dunia potret memotret dan memperkenalkan alat
yang memiliki banyak macam itu ada disana. Juga stan-stan yang menjual makanan,
aksesoris, hingga menjual kamera dari seri yang paling antik, tustel, hingga
lomo, dan kamera paling canggih yang ada sekarang dijual disana. Tempat yang
bagus bagi kolektor kamera.
Joongki
benar-benar tampak telah melupakan apa yang menjadi pikirannya sejak pagi. Ditemani
YoonHee, Joongki berkeliling di seluruh tempat festival itu dengan tampang
berseri-seri, terutama saat mereka ada di stand yang menjual lengkap kamera
itu. Obat usulan dari YoonHee memang cukup mujarab untuk penyakit Joongki hari
itu. Ia senang bisa melihat seonbaenya itu tersenyum cerah kembali.
***
“Jadi lusa kita
sudah pertandingan perempat final untuk tim putri! Aku harap kalian tetap jaga
kondisi! Jangan begadang dan istirahat yang cukup! Yuri, tolong jangan diet lagi! Stamina mu jadi jelek akhir-akhir
ini!” coach langsung bicara dihadapan semua pemainnya begitu mereka berkumpul
setelah selesai game.
“Ye, coach!” seru mereka. Walaupun
beberapa ada yang masih menertawakan teman satu klub mereka.
“Oke, latihan
selesai sampai disini untuk hari ini! Besok kita latihan lagi jam 4! Arra??” serunya sekali lagi pada seluruh
pemainnya.
“Ye, coach!” dan semua langsung
menghambur ke loker pemain untuk mandi dan segera berganti pakaian sebelum
pulang ke rumah masing-masing.
“Kita buat poin
lebih banyak lagi besok lusa!” kata Hyojung, center tim inti mereka pada
Chaeyong begitu mereka masuk kedalam ruang loker. Chaeyong mengangguk kecil
dengan senyum lebar di wajahnya.
“Aku mohon
bantuan semuanya!” Chaeyong berkata sopan.
“Habis ini kita
makan sama-sama yuk!” salah satu anggota yang sama tingginya dengan Hyojung
mengajak anggota yang lain, dan semuanya mengiyakan.
Tapi Chaeyong
yang baru mengambil handuknya dari dalam sport bag langsung mengangkat tangan.
“Maaf, tapi hari ini aku ada banyak tugas! Aku tidak bisa ikut!” katanya
menyesal.
“Arraseo!” salah satu anggota yang
berdiri di sebelah Chaeyong mengacak rambut anak itu semangat, kemudian
mendahului yang lain masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Chaeyong
tersenyum kecil, kemudian menyusulnya diikuti yang lain, masuk kedalam
masing-masing stal yang berjejer banyak di dalam kamar mandi yang besar itu.
***
Setelah berpisah
dengan anggota klub nya yang lain, Chaeyong berjalan sendirian menuju ke
rumahnya yang sudah tidak jauh lagi. Lusa adalah pertandingan untuk menentukan
tim mereka akan masuk ke final atau tidak. Ia sudah tidak sabar untuk membawa
anggota tim nya menjadi juara se provinsi. Ia ingin gelar kaptennya bisa
menghasilkan sesuatu yang membanggakan bagi klub nya.
Di tengah fantasi
yang dibuatnya sendiri, ia tak sengaja melihat dua orang yang sangat di
kenalnya sedang berjalan sama-sama dengan arah yang sama dengannya. Ke rumah
bibi Song. Chaeyong hendak menyapa mereka, hingga keduanya berhenti, dan
laki-laki yang diketahuinya sebagai Joongki itu menatap gadis di depannya
dengan tatapan serius. Dan sesaat Chaeyong mendengar Joongki baru mengatakan
sesuatu pada gadis itu. Dan membuatnya terdiam membatu untuk beberapa saat,
kemudian berlar pergi sebelum ia mendengar semua yang Joongki katakan. Ia
terlalu takut untuk mengetahuinya.
““Bagaimana
kalau mulai hari ini.. kita jalan..YoonHee-a~”
***
Joongki’s scene
“Bagaimana kalau
mulai hari ini.. kita jalan..YoonHee-a~”
akhirnya aku mengatakannya. Entah apa yang aku pikirkan, menurutku hanya ini
cara untuk menetralisir semuanya. Perasaanku.
“Ya, oppa! Kau main-main!” YoonHee terkekeh.
Ia pikir aku sedang bercanda sekarang.
“Aku serius.” Jawabku
yakin.
Ekspresi YoonHee
langsung berubah begitu ia tahu aku benar-benar serius. “Oppa.. tapi orang itu bukan aku kan..” YoonHee tahu aku tidak
menyukainya.
Aku buang
pandanganku darinya. Berpikir sebentar. Kembali memandang ke arahnya lagi,
kemudian menunduk 90 derajat di hadapannya. “Aku mohon, YoonHee-a! Hanya ini satu-satunya cara yang bisa
aku pikirkan! Tolong aku, kumohon~” kataku padanya.
“Oppa..”
Setelah cukup
lama aku menunduk, kutegakkan badanku dan memandangnya dengan tatapan memohon.
Kuharap ia mau menolongku. Dan tepat, YoonHee menganggukkan kepalanya pelan,
meskipun ekspresinya masih tidak yakin.
Aku tersenyum
lebar padanya, kemudian memeluknya. “Terima kasih~!” kataku padanya. Ini
pelukan yang sama, namun terasa begitu berbeda dengan semalam yang lalu. Benar,
ternyata aku telah melakukan kesalahan besar, dengan mencintai adikku sendiri.
Joongki’s scene END
***To be
Continue***
otteokhe? otteokhe??
hohoho.. don't forget to leave a coment, dan makasih udah baca~!^^v
-Keep Shine Like HIKARI-
just one word ... COMPLICATED !!!!
ReplyDeleteapakah hidup si author sebegini rumitnya ?
sekali sekali bikin yang agak ruwet kan ga dosa~ kkk
Deletehidup gw mah datar2 aja disini, sekedar meneguk segelas air putih, trus ngakak-ngakak di depan PC~hhh :p
makasih dah baca^^
btw itu poster barunya jinki ama joongki terlihat seperti kembar ,, pinter deh ya lu milih abang joong ki pose yg gitu ... kalo ga inget ah in gw embat itu awwwrrrr >_<\\\
Deletekan emang mereka mirip.. makanya entah kebetulan entah takdir gw demen orang yang tampangnya hampir sama~ -__-a
Deleteyah, gw lebih suka liat posenya yang natural daripada posenya ala model sih.. lebih asik diliatnya~hhh..
sampe sekarang gw masih mikir ada gitu ya orang seganteng joongki ~~~ hhh tapi kenapa kenapa gw pilih ah in coba ....... *tanya kenapa, ngiklan kan* *random*
Deleteada itu buktinya.. produk Allah yang indah ya~? hhh
Deleteya mungkin hati lo suka ama yang tampangnya garang tapi imut gitu?kkk.. *inget ah in di atique bakery ama sunkyunkwan.. satu imut, satu serem~*hh
aku ngerasa kasian sama jinki disini...
ReplyDeletemau comment tp kayaknya ga ada yg perlu di comment,, bagus, dari dulu aku suka cara penulisannya, ga bosenin
hehe keep writing aja ya, ditunggu part selanjutnya. FIGHTING ^^b
YOSH! gomawoyo arigato matur tengkyu xiexie~hahaha
Deleteditunggu juga FFmu yang selanjutnya..hehehe
keep writing mo~!^^