Sunday, October 23, 2011

I don't Understand [FANFIC] [4]


Akirnya setelah ngetem beberapa minggu.. yaampun~ bener-bener gw gasempat melirik naskah barang sedikitpun~ -__- gegara kuliah dan praktikum pala gw kagabisa nengok *kecuali buat nonton videonya onyu* *ehehe~*
oke, di sini banyak yang ga gw kuasai seperti model pekerjaan di media masa dan lain-lain yang gw karang-karang seadanya ajalah~ haha.. jadi kalo agak aneh yah mohon di maklumi ya~ bakal gw perbaiki di lain hari~^^
Happy reading~!

I don't Understand

PRIIIIIITT~!!!

Peluit berbunyi keras memenuhi seluruh stadion, tanda pertandingan sudah berakhir. Dan sesaat suara riuh dari arah penonton yang mendukung club Seoul bergema. Tim putri Seoul menang dengan angka 54-41. JoongKi pun ikut bertepuk tangan dan beberapa kali meneriakkan nama adiknya ‘Yongi~! Daebak!!’ dengan wajah bahagia. Namun JinKi masih tertegun duduk di kursinya. Meski seisi stadion riuh, JinKi seperti tidak mendengar apapun, sampai JoongKi menepuknya dan mengajaknya ber-high five karena kemenangan tim adiknya itu. JinKi baru sadar bahwa pertandingan sudah usai.

“Mereka keren! Kau melihatnya kan?” ujar JoongKi pada JinKi setelah mereka ber-high five.

“Ah.. ye~ mereka keren!” JinKi tampak mengulangi kata-kata JoongKi.

JoongKi mengernyitkan dahinya, merasa ada sesuatu yang aneh. “Kau kenapa?”

“Ah.. uh.. ahniyo hyung~.. ayo kita ke ruang pemain!” ajak JinKi mencoba mengalihkan perhatian.

“Ide bagus!” JoongKi mengacak rambut JinKi. “Kajja!” ajaknya kemudian mereka segera berlalu pergi ke ruang pemain.

***



Tak berapa lama setelah mereka menunggu di depan pintu masuk, beberapa anggota tim Seoul putra maupun putri muncul, juga coach mereka. Mereka segera mengenali JoongKi begitu keluar dan melihat bocah lelaki tampan dengan kamera terkalung di lehernya itu. Mereka menyapanya karena sudah sangat lama tidak bertemu, juga menanyakan kabarnya. Semuanya tampak senang melihat JoongKi juga rindu dengan permainan gemilangnya yang kini sudah tidak bisa ia lakukan lagi.

Hyung!” satu teriakan itu mengalihkan perhatian JoongKi dari teman-teman lamanya pada seorang anak perempuan dengan jaket kebesaran tim mereka. “Hyung! Kau melihat permainan kami dari awal?”

“Tentu! Kau hebat!” jawabnya pada ChaeYong yang segera keluar dengan wajah berseri-seri. “Aku juga menonton tim putra! Mereka sangat keren!” katanya sambil melihat kea rah gerombolan pemain Seoul yang sudah berlalu, dengan tatapan sedikit miris.

ChaeYong tahu apa yang ada di pikiran kakaknya. Ia menepuk-nepuk lengan kakaknya berusaha membuatnya tidak sedih. Namun yang dilakukan JoongKi malah menjepit leher ChaeYong dengan lengannya dan mengacak rambutnya, “Kau makin keren aja sih mainnya??” serunya. Memubuat ChaeYong berusaha melepaskan diri namun tetap tertawa kecil meski sedikit kesakitan.

“Ah.. JinKi hyung! Kau disini juga?” ChaeYong baru menyadari keberadaan JinKi setelah JoongKi melepaskan dari jepitannya itu. “Bagaimana? Tim ku keren kan?”

Namun JinKi tidak menjawab. Tampangnya malah seperti orang bingung sejak tadi. Bahkan ia tidak bicara sepatah kata pun sejak saat mereka menunggu ChaeYong muncul dari ruang pemain.

Ya hyung~! Kau kenapa sih?” ChaeYong menepuk JinKi.

Gwaenchanayo~!” jawab JinKi dengan nada sedikit tinggi.

Ya~! Hyung nantang duel ya?? Aku kan tanya baik-baik~!”

“Ah.. ne~ mianhada!” katanya dengan sedikit cengiran.

“Sudahlah.. karena hari ini timku menang dan aku sedang baik hati, kutraktir hyung makan!” ajak ChaeYong sambil merangkul JinKi yang lebih tinggi darinya, membuat JinKi harus menunduk saat berjalan dengan ChaeYong. “Ayo JoongKi hyung!” ujarnya lagi dan JoongKi mengikuti mereka dari belakang dengan senyum geli melihat dua orang aneh di depannya itu.

***

“ChaeYong-I chukhahamnida~! Yeah~!!” ChaeYong berteriak sendiri sambil mengangkat segelas jus yang di pesannya dan meminumnya. Meski usianya sudah masuk 20 tahun, ia masih tidak mau menyentuh alkohol. Karena ia merasa olahragawan tidak baik meminum minuman beralkohol.

“Memalukan sekali memberi selamat untuk diri sendiri~!” komentar JoongKi.

Wae~? Aku suka kok~!” jawab ChaeYong tak peduli. Dan tanggapan JoongKi hanya kekehan kecil. Meski tidak ada hal yang lucu yang ChaeYong katakan.

Keurae.. chukkahae~!” ujar JoongKi akhirnya. Mereka terdiam sejenak hingga ChaeYong tiba-tiba mengambil kamera DSLR JoongKi yang di letakkannya didalam tas khususnya di atas meja. Ia memeriksa list foto yang di ambil kakaknya itu, namun tidak satupun foto yang dicarinya ia temukan disana.

Hyung~! Kenapa tidak ada satupun foto pertandingan disini?” tanya ChaeYong sambil terus memeriksa list foto didalam kamera itu. Tidak ada satupun selain foto dirinya di depan stadion olah raga dan fotonya bersama JinKi di tempat yang sama yang mereka ambil sebelum akhirnya mereka datang ke tempat makan itu.

“Aku tidak bisa membawanya masuk! Panitia yang berjaga di tempat pemeriksaan tiket tidak memperbolehkanku membawanya!” jawab JoongKi kemudian melahap mie nya.

“Bukankah hyung bisa pakai kartu pers?”

“Aku lupa~! Mianhae..” jawab JoongKi segera tanpa melihat ke arah ChaeYong. Namun sebelum anak perempuan itu menampakkan kekesalannya, JoongKi segera menunjukkan sesuatu di dalam kantong jaketnya. Kamera digital. Kamera yang diberikan JinKi padanya untuk mengambil gambar saat pertandingan.

Mwoya?” tanya ChaeYong tak mengerti.

“Ini foto pertandinganmu! Tidak mau? Ya sudah, aku hapus saja..” jawab JoongKi sambil belagak hendak menghapus hasil potretnya. Namun Seperti yang diduga, ChaeYong segera merebutnya dan melihat hasil foto yang di ambil kakaknya itu.

Satu demi satu ia melihatnya, dan semakin lama senyumnya makin lebar. Ia sangat senang momen kemenangan pertamanya sebagai kapten di abadikan dengan baik oleh kakaknya. “Kyeopta~! Hyung~! Jeongmal gamsahaeyo~!” katanya tanpa melunturkan senyumnya.

JoongKi tersenyum kecil. “Berterimakasihlah pada JinKi! Jika tidak ada dia, aku tidak mungkin bisa mengambil gambarmu!” jawab JoongKi sambil melirik JinKi yang duduk di antara mereka (ini susah gambarinnya.. pokoknya mereka bertiga duduk di sisi meja yang berbeda -__-).

Mata ChaeYong sesaat melebar, ia tampak kaget sambil memandangi JinKi yang sejak tadi sibuk dengan ayamnya. “Wuaah~! Jinchayo?? JinKi hyung~ kau brilian sekali~!!” ujar ChaeYong memuji JinKi kemudian menepuk-nepuk lengan atasnya. Membuat anak laki-laki itu menghentikan aktifitas makannya. Namun ia tidak menjawab sepatah katapun. “Wae hyung? Sikapmu aneh sekali! Kenapa tidak bicara satu katapun padaku? Ya~!” katanya lagi.

“M..mworago..?” JinKi bertaya canggung.

Ya!” ChaeYong terkekeh, kemudian meletakkan kamera pocket itu dan mengambil kamera DSLR JoongKi kemudian menyetelnya seakan dia seorang professional. Ia mengarahkan lensa kameranya pada JinKi yang memandangnya dengan tatapan ‘jangan foto aku’ dan terus menghalangi ChaeYong yang berusaha mengambil gambarnya.

Hyung~! Ini sebagai tanda terima kasihku! Kau tidak mau?” ChaeYong tetap kukuh ingin mengambil gambar JinKi, dan menyebabkan foto pertama yang di ambilnya menyebabkan pose aneh JinKi yang tertangkap kamera. ChaeYong tertawa lepas sementara JinKi rebut sendiri ingin tahu bagaimana hasilnya. Keduanya terus-terusan membuat suasana semakin bising. JinKi terus complain meski dengan tertawa-tawa kecil, dan ChaeYong tetap berusaha mengambil gambar JinKi dengan skill memotret seadanya itu. Sementara di hadapan mereka JoongKi duduk menghabiskan mie sambil memandang ke arah dua dongsaengnya tanpa bicara apapun. Hanya memandang mereka. Bahkan tanpa ada senyum tersungging di bibirnya, sedikitpun.

***

JoongKi’s scene

Hahh.. bagaimana aku mengatakannya. Melelahkan.

Setelah segala kegiatan aku lakukan diluar rumah, kini akhirnya aku bisa rebahan di atas ranjang sambil memeriksa hasil fotoku di kamera yang kupinjam dari JinKi. Lumayan. Hasil karya tangan terampil yang sudah bertahun-tahun bergelut dengan dunia fotografi~! Kkk..

Dan aku teruskan memeriksa hasil foto dari kameraku sendiri. Setelah hasil fotoku di hari-hari sebelumnya, akhirnya sampai di beberapa foto pose aneh JinKi yang diambil oleh ChaeYong. Sesaat aku terkekeh melihatnya, namun sampai di satu foto yang sangat sempurna, yang tercipta dari tangan amatir itu..

~FLASHBACK~

“Waahh.. neomu kyeopta~!” puji ChaeYong pada hasil potretnya sendiri. Sementara aku masih sibuk menghabiskan makananku.

“Waahh.. jincha kyeopta!” JinKi ikut menyahut. Entah apa yang kini sedang mereka bicarakan.

“JoongKi hyung~! Bisa cetak ini untukku?” ChaeYong memanggilku tiba-tiba, membuatku mendongak ke arahnya. Dan segera melihat apa yang mereka bahas sebelumnya. Foto JinKi. Senyum sempurna JinKi yang diabadikan ChaeYong dengan kameraku. Entah ini kebetulan atau ia memang berbakat, tapi foto ini benar-benar bagus! “Cetak yang satu ini untukku! Sebagai kenang-kenangan~!”

Aku terdiam sebentar. “Keurae~!” jawabku kemudian. Tampak tak ada ragu. Dan sesaat keduanya bersorak layaknya anak kecil yang dijanjikan mainan. Hanya karena aku menyanggupi mencetak foto hasil karyanya.

~FLASHBACK END~

Kuhela nafasku pendek. Entah kenapa rasanya aku tidak ingin menyanggupi permintaannya. Mencetak foto ini..

Sebentar, kurasakan sedikit perasaan aneh saat mengingatnya. Juga perasaanku pada saat itu. Saat melihat keduanya tertawa-tawa sambil memainkan kameraku, entah kenapa rasanya aku ingin merebut kameraku dan tidak mengijinkan mereka bersenang-senang dengannya. Ada sesuatu yang mengganjal. Sedikitpun aku tidak bisa tersenyum. Saat itu, bahkan saat mengingatnya juga muncul perasaan yang sama. Aishh.. ada apa denganku sebenarnya~??

Kulihat foto itu lagi. Benar-benar aku tidak ingin menyanggupinya. Kuarahkan ibujariku ke arah tombol delete. Kupejamkan mataku untuk menahan keraguanku.

Hana.. Dul.. Set~

Hyung~! Belum tidur?”

OMO~!!!” aku berteriak kaget mendengar suara yang tiba-tiba meuncul di sebelahku. Dengan kepala yang tiba-tiba melongok menatapku itu, hingga aku menjauhkan diri darinya dan memegang dadaku. Berusaha menurunkan efek shock yang membuat jantungku bekerja lebih keras. “Yongi.. apa yang kau lakukan disini?” tanpa sadar aku bertanya.

Wae~? Aku hanya ingin mengingatkan hyung soal foto itu!” katanya sambil menunjuk ke arah kamera yang ada di tanganku. Aku melihatnya. Kelegaan besar yang kurasakan, untung aku tidak sampai melemparnya.

“Aish.. jincha~!” kometarku. Tapi ekspresinya tetap terlihat sama, tersenyum sok imut sambil menunggu aku mengiyakan permintaannya. “Keurae.. besok aku kerjakan!” jawabku akhirnya.

“JoongKi hyung jjang~!” katanya kemudian menepuk pundakku. “Jeongmal gomawoyo hyung~!^^ Selamat tidur!” katanya kemudian bergegas pergi keluar dari kamarku sambil memainkan handuk mandi yang terkalung di lehernya. Sepertinya ia baru saja selesai mandi dan mampir dulu ke kamarku sebelum ia kembali ke kamarnya sendiri.

Sudah beberapa menit sejak ChaeYong keluar dari kamarku, namun detak jantungku masih belum stabil. Masih bisa kurasakan degup yang begitu cepat, dan konsentrasiku terpecah kemana-mana. “Haish~!! Jincha~!” keluhku pada diriku sendiri. Kuletakkan kameraku sembarang di atas meja, kemudian menarik selimutku dan segera tidur setelah mematikan lampu kamar. Hari ini benar-benar membuatku gila!

***

Hyung~!! Aku nebeng lagi donk~!” ujar ChaeYong sebelum aku mengayuh sepedaku keluar dari halaman rumah. Aku menoleh sejenak, memperhatikan tampang tengilnya yang nyenngir lebar sambil menaik-naikkan alisnya itu. Rengekan yang sudah sangat sering aku dengar.

Keurae~!” jawabku sok cool dan tanpa perlu aba kedua, ChaeYong segera menaikki boncengan sepedaku. Segera kurasakan beban semakin berat dan membuat sepedaku sedikit turun yang goyah. “Kau makin berat!” komentarku padanya.

“Hish.. tidak pantas membicarakan berat badan pada wanita!” katanya, membuatku mendapat ide untuk mengusilinya.

“Memang kau wanita?” tanyaku dengan kekehan kecil di akhir kalimat.

YA~! HYUNG~!” teriaknya, membuatku tertawa semakin keras.

Segera ku kayuh sepedaku, menyadari sudah terlalu lama kami berbincang. Meski masih dengan tawa yang cukup keras dan ChaeYong yang tidak berhenti protes. Entah kenapa aku sangat bahagia, meski sesekali pundak dan punggungku sakit menerima pukulannya. Tapi aku benar-benar belum pernah sebahagia ini.

---

“Sampai~!” ujarku setelah kami sampai di pintu gerbang kampusnya. ChaeYong segera turun dari sepedaku dan bergegas tanpa mengatakan apapun padaku. Apa dia sudah terlambat? “Ya~! Tidak ada ucapan terima kasih?” seruku padanya.

ChaeYong berhenti sebentar, kemudian berbalik dan berlari kembali. Ia mengaduk ranselnya sebentar kemudian meletakkan sesuatu kedalam genggamanku yang diraihnya sebelumnya. “Permen karet?”

“Permen karet anti ngantuk! Demi kesuksesan pekerjaanmu hyung~!” jawabnya dengan maksud yang tidak jelas dan membuatku bertanya-tanya. Namun rasa penasaranku terkikis seiring langkahnya pergi menjauh, masuk kedalam lingkungan kampus. “Terima kasih tumpangannya!” teriaknya lagi tanpa menghentikan langkahnya.

Aku tersenyum kecil sambil sesekali melepas nafas. Bocah itu.. kenapa pagi ini terlihat sangat menyenangkan~.

***

Hari ini jadwal pemotretan dengan seorang model untuk cover majalah perusahaan. Majalah akan terbit sekitar satu minggu lagi, dan konsep yang digunakan sudah ditentukan, maka hari ini pemotretan untuk cover sudah bisa dilakukan.

“Kau sudah datang?” sapa salah satu staff. Aku mengangguk kecil.

Ye, noona~” jawabku. “Modelnya sudah siap?” tanyaku kemudian.

“Sedang di rias. Kau bersiaplah dulu! Sebentar lagi modelnya akan segera siap!” jawab noona staff itu dan tampaknya ia ingin melihat modelnya agar persiapannya segera usai.

Tak berapa lama, model sudah siap dan pemotretan segera di lakukan. Pemotretan berlangsung dengan cepat, karena sepertinya model ini sudah sangat professional. Dia tahu bagaimana seharusnya berpose seperti yang kami mau. Tidak sampai 90 menit pemotretan selesai.

Aku bersama beberapa staff segera membereskan peralatan seusai pemotretan, namun pekerjaanku di hentikan sebentar oleh seseorang yang tiba-tiba menepuk pundakku. Aku mendongak ke arahnya, melihat siapa yang datang. “Annyeong oppa~!” ia menyapaku.

“YoonHee?” aku tersenyum kecil, namun kembali melanjutkan pekerjaanku meski tidak benar-benar mengacuhkannya.

“Pekerjaanmu hari ini lancar?” katanya padaku.

“Tentu saja~! Modelnya benar-benar professional!” jawabku seadanya.

Keurae?” katanya dengan senyum kecil yang memperlihatkan ada sesuatu yang aneh sedang dipikirkannya. Namun aku tidak tahu apa itu. “Jadi itu penyebab wajahmu berseri-seri?” katanya lagi, dan benar-benar menghentikan pekerjaanku.

Mwo?” tanyaku tidak mengerti.

“Wajah oppa terlihat sangat bahagia! Sampai warna pipimu semu merah begitu~!” jawabnya. Terlihat jujur. Kuletakkan barang-barang yang semula berada di tanganku dan segera memegang pipiku.

“Benarkah?”

YoonHee mengangguk yakin. Sepertinya ia tidak bohong. “Apa ada sesuatu yang membahagiakan oppa hari ini?” katanya terlihat penasaran. Namun aku tidak bisa menjawabnya. Bahkan aku sendiri tidak tahu jawabannya. Tapi memang hari ini perasaanku sedikit meluap-luap. Lebih bahagia dari biasanya.

“A.. ahni~!” jawabku dan kembali dengan pekerjaan beres-beresku. Membuat diriku sibuk, dan mencoba tidak mempedulikan yang dikatakan YoonHee.

JoongKi’s scene END

***

Kelas telah usai, ChaeYong bergegas keluar untuk segera mencari teman sepermainannya. JinKi. Sebelumnya ia sudah menghubungi bocah itu beberapa kali melalui ponsel, namun tidak sekalipun ia meresponnya. Mungkin ia masih di kelas.

ChaeYong memilih menunggunya di kantin kampus. Namun dalam perjalanan ke kantin, ia melihat JinKi tengah duduk di salah satu meja di perpustakaan melalui dinding kaca yang mengelilingi ruang perpustakaan. JinKi tampak sedang serius menulis-nulis sesuatu di atas buku catatannya. Sebentar-sebentar ia membaca buku besar yang terbuka di sebelahnya, kemudian kembali menulis beberapa kalimat.

ChaeYong mengurungkan niatnya ke kantin dan malah berlari memutar, masuk kedalam perpustakaan melewati pintu masuk dan segera menghampiri seonbaenim yang juga satu-satunya teman mainnya di kampus.

Hyung~!” panggilnya setelah sampai dan duduk di hadapan JinKi. JinKi tak merespon, ia masih tampak sibuk dengan pekerjaannya. “Apa yang sedang kau lakukan?”

“Mengerjakan tugas!” jawabnya kaku dan tanpa mendongak sedikitpun. Ia masih sok menyibukkan diri dengan pekerjaannya.

“Sejak tadi aku menghubungimu, tapi kau tidak menjawabnya?” kata ChaeYong lagi.

Keurae? Mungkin karena ponselku dalam mode diam. Jadi aku tidak tahu kalau kau menghubungiku!” jawab JinKi seadanya.

Jinchayo?” tanya ChaeYong lagi. JinKi mengangguk kecil. Namun kebohongan JinKi segera terkuak setelah ChaeYong menemukan ponsel JinKi tergeletak di atas meja. Dengan usil ia membuka inbox JinKi dan menemukan beberapa pesan yang tadi dikirimnya sudah dibuka oleh JinKi. “Ya~! Seperti ini kau bilang tidak membukanya? Aish!” komentarnya sebal sambil memperlihatkan pesan yang baru dibukanya. JinKi hanya melirik sedikit dengan perasaan canggung. Kebohongan pertamanya langsung terbongkar. Namun ia tidak mengatakan apapun, masih mengerjakan tugas dalam diam.

“Ah.. sudahlah. Kerjakan saja sampai selesai, aku akan menunggumu hyung~!” ujar ChaeYong segera melupakan kekesalannya. Menunggu hingga JinKi menyelesaikan pekerjaannya.

***

ChaeYong’s scene

Apakah aku yang terlalu peka? Atau memang terjadi sedikit perubahan pada JinKi oppa? Ia tidak sedikitpun melihat kearahku. Saat kami mengobrol, ia tetap melihat ke arah meja atau ke arah lain yang sepertinya tidak ada yang menarik untuk di perhatikan. Candaan anehnya yang biasanya membuatku terbahak, kini benar-benar terasa tidak lucu. Ia terlihat seperti memaksakannya. Ada apa dengan chicken master ini? Apa dia sakit?

Sesekali aku menyingungnya untuk menyatakan apakah ada masalah yang membuatnya terlihat sedikit aneh. Namun ia tetap menolak untuk mengatakannya. Ia bilang tidak ada satu masalahpun yang dihadapinya kali ini. Benarkah? Tapi setiap senyum yang ditunjukkannya padaku mengikuti kata “gwaenchana” nya itu tampak sangat berbeda. Seperti di paksakan. Senyumnya terlihat sama, tapi aku bisa merasakannya, senyumnya tidak setulus yang biasa kulihat. JinKi oppa sedang menyembunyikan sesuatu yang tidak bisa ia ungkapkan padaku sekalipun. Apa dia tidak mempercayaiku sebagai sahabatnya?

ChaeYong’s scene END

***

JinKi’s scene

Apa dia melihatnya? Apa dia mengetahuinya?

Meski rasanya akhir-akhir ini ingin menjauhinya sebentar saja, tapi aku tidak bisa. Seperti ada magnet dalam diri ChaeYong yang mampu menarikku berada bersamanya saat kami bertemu. Entah kenapa akhir-akhir ini aku sedikit aneh saat bertemu dengan anak ini. Aku senang, tapi rasa senang ini sedikit asing. Kadang aku merasa sedikit malu, dan bahkan memandang wajahnya aku tidak bisa. Makanya aku ingin menjauh sebentar untuk menghilangkan perasaan aneh ini. Tapi sekali lagi, ChaeYong membuatku tidak mampu melakukannya. Bahkan untuk mengatakan ‘Aku harus pulang duluan’ .. aku harus menunggunya memutuskan kapan ia akan pulang. Aish.. jincha~!

Sebelum akhirnya ChaeYong menghampiriku di perpustakaan siang tadi, aku membaca sebuah novel psikologis yang kutemukan di antara banyak buku di rak di salah satu sudut perpustakaan. Setelah berpuluh-puluh lembar kubaca, akhirnya aku menemukan phrase yang sangat sama dengan apa yang sedang aku rasakan saat ini. Aku sedang jatuh cinta dengan seseorang. Itu yang dikatakannya dalam buku itu. Tapi benarkah?

Aku masih menyangkalnya didalam perasaanku. Itu tidak mungkin. Sampai hari ini aku belum pernah jatuh cinta pada seseorang. Bahkan aku tidak pernah berteman dengan seorang gadis karena terkadang aku merasa malu dan canggung saat bersama mereka. Ku kembalikan novel itu ke tempatnya, dan memutuskan untuk melanjutkan tugas yang kukerjakan. Sampai pada akhirnya ia datang.. Yongi.

Kini aku tidak bisa menyangkalnya. Mungkin apa yang dikatakan penulis novel itu benar. Aku sedang jatuh cinta. Pada Yongi? Kuputar otakku untuk berpikir, tapi mendengar suaranya itu membuatku sulit untuk berpikir, bahkan konsentrasiku jadi terpecah kemana-mana. Bagaimana aku bisa menyukai bocah ini? Aku masih tidak percaya sampai sekarang. Sampai aku menyatakan pada diriku sendiri, aku memang menyukainya. Dan aku baru tersadar, ini kali pertama aku bisa merasa nyaman berada sedekat ini dengan seorang gadis. Yah, bagaimanapun, ChaeYong itu seorang gadis.

JinKi’s scene END

***

Oppa sedang jatuh cinta!” YoonHee berkata frontal, membuat JoongKi mendadak tersedak kopi yang baru ditenggaknya beberapa mili. Ia terbatuk, dan membuat keadaannya tidak semakin memburuk dengan menepuk-nepuk dadanya. “Ahh~ oppa maaf~!” pekik YoonHee sambil membantu laki-laki 26 tahun dengan kamera terkalung di bahunya itu untuk keluar dari penderitaan tersedaknya itu.

Gwaenchanayo~!” jawab JoongKi yang sudah agak membaik. Ia kaget karena tiba-tiba YoonHee mengatakannya, di tengah obrolan mereka di depan mesin penjual kopi.

“Maaf oppa.. aku hanya mengatakan apa yang aku pikirkan..” jawab YoonHee jujur. Kepolosannya benar-benar tidak tertandingi.

JoongKi menyeka air kopi yang tertinggal di sudut bibirnya akibat tersedak. “Bagaimana kau bisa berkata begitu?” tanya JoongKi penasaran.

YoonHee tersenyum kecil. “Tidak tahu, tapi aku bisa merasakannya! JoongKi oppa tak pernah terlihat se bahagia ini! Dan yang aku tahu, tanda-tanda seperti oppa ini seperti orang yang sedang jatuh cinta!” jawab YoonHee yakin. Ia menghirup kopinya sedikit kemudian membuka suara lagi. “Apa ada seseorang yang sedang oppa perhatikan akhir-akhir ini? Aku hampir tidak pernah tahu kalau oppa pernah menyukai seseorang! Bahkan saat SMA, oppa menjadi siswa populer dengan banyak fans! Tapi tak sekalipun aku mendengar oppa punya pacar?” YoonHee tampak berpikir. Tapi memang benar, JoongKi hampir tidak pernah memikirkan soal itu.

“Ahh.. iya ya..” jawab JoongKi canggung, kemudian menyruput kopinya lagi. Tidak tahu bagaimana lagi ia harus menjawabnya. Tapi ia pikir, semoga perasaan itu bukan menjadi perasaan yang akan ditakutkannya kemudian hari.

***

JoongKi’s scene

“Aku pulang~!” seruku sesampainya di rumah. Aku baru saja kembali setelah pulang dari kantor dan terlebih dulu mengambil beberapa foto yang aku cetak di percetakkan foto di sebelah kantor.

Hyung~!!!” tiba-tiba terdengar teriakan dari dalam salah satu kamar, dan tak sampai satu menit kemudian seseorang dengan Jumper yang belum genap dipakai berlari ke arahku. “Hyung~! Pesananku??”

Arrata!” jawabku dengan senyum kecil seperti biasa. Aku mengeluarkan bungkusan kertas dari dalam tasku, kemudian mengeluarkan beberapa lembar foto dari dalamnya. “Aku juga mencetak beberapa foto yang aku ambil saat pertandingan!” jelasku seraya memberikan foto-foto itu pada ChaeYong.

“Hwaahh.. gomawoyo hyung~!!” ChaeYong berteriak girang.

Melihatnya.. rasanya bahagia sekali.. entah kenapa. Aku tak bisa melunturkan senyumku meski sedetikpun. Rasanya tak ingin mengalihkan pandanganku biar sebentar saja.

JoongKi’s scene END

***To be Continue***

Thx for reading and don't forget to leave a coment~!^^
jeongmal gamsahamnida yorobun~!!

-Keep Shine Like HIKARI-

1 comment:

  1. kapan selesainya ~ hhh -_-
    "ponsel dalam mode diam" itu terdengar aneh . lebih baik "aku membisukan ponselku"
    #krik (?)

    ReplyDelete