Akirnya setelah ngetem beberapa minggu.. yaampun~ bener-bener gw gasempat melirik naskah barang sedikitpun~ -__- gegara kuliah dan praktikum pala gw kagabisa nengok *kecuali buat nonton videonya onyu* *ehehe~*
oke, di sini banyak yang ga gw kuasai seperti model pekerjaan di media masa dan lain-lain yang gw karang-karang seadanya ajalah~ haha.. jadi kalo agak aneh yah mohon di maklumi ya~ bakal gw perbaiki di lain hari~^^
Happy reading~!
I don't Understand
PRIIIIIITT~!!!
Peluit berbunyi
keras memenuhi seluruh stadion, tanda pertandingan sudah berakhir. Dan sesaat
suara riuh dari arah penonton yang mendukung club Seoul bergema. Tim putri
Seoul menang dengan angka 54-41. JoongKi pun ikut bertepuk tangan dan beberapa
kali meneriakkan nama adiknya ‘Yongi~! Daebak!!’ dengan wajah bahagia. Namun
JinKi masih tertegun duduk di kursinya. Meski seisi stadion riuh, JinKi seperti
tidak mendengar apapun, sampai JoongKi menepuknya dan mengajaknya ber-high five
karena kemenangan tim adiknya itu. JinKi baru sadar bahwa pertandingan sudah
usai.
“Mereka keren!
Kau melihatnya kan?” ujar JoongKi pada JinKi setelah mereka ber-high five.
“Ah.. ye~ mereka keren!” JinKi tampak
mengulangi kata-kata JoongKi.
JoongKi
mengernyitkan dahinya, merasa ada sesuatu yang aneh. “Kau kenapa?”
“Ah.. uh.. ahniyo hyung~.. ayo kita ke ruang
pemain!” ajak JinKi mencoba mengalihkan perhatian.
“Ide bagus!”
JoongKi mengacak rambut JinKi. “Kajja!”
ajaknya kemudian mereka segera berlalu pergi ke ruang pemain.
***
Tak berapa lama
setelah mereka menunggu di depan pintu masuk, beberapa anggota tim Seoul putra
maupun putri muncul, juga coach mereka. Mereka segera mengenali JoongKi begitu
keluar dan melihat bocah lelaki tampan dengan kamera terkalung di lehernya itu.
Mereka menyapanya karena sudah sangat lama tidak bertemu, juga menanyakan
kabarnya. Semuanya tampak senang melihat JoongKi juga rindu dengan permainan
gemilangnya yang kini sudah tidak bisa ia lakukan lagi.
“Hyung!” satu teriakan itu mengalihkan
perhatian JoongKi dari teman-teman lamanya pada seorang anak perempuan dengan
jaket kebesaran tim mereka. “Hyung!
Kau melihat permainan kami dari awal?”
“Tentu! Kau
hebat!” jawabnya pada ChaeYong yang segera keluar dengan wajah berseri-seri.
“Aku juga menonton tim putra! Mereka sangat keren!” katanya sambil melihat kea
rah gerombolan pemain Seoul yang sudah berlalu, dengan tatapan sedikit miris.
ChaeYong tahu
apa yang ada di pikiran kakaknya. Ia menepuk-nepuk lengan kakaknya berusaha
membuatnya tidak sedih. Namun yang dilakukan JoongKi malah menjepit leher
ChaeYong dengan lengannya dan mengacak rambutnya, “Kau makin keren aja sih
mainnya??” serunya. Memubuat ChaeYong berusaha melepaskan diri namun tetap
tertawa kecil meski sedikit kesakitan.
“Ah.. JinKi hyung! Kau disini juga?” ChaeYong baru
menyadari keberadaan JinKi setelah JoongKi melepaskan dari jepitannya itu.
“Bagaimana? Tim ku keren kan?”
Namun JinKi
tidak menjawab. Tampangnya malah seperti orang bingung sejak tadi. Bahkan ia
tidak bicara sepatah kata pun sejak saat mereka menunggu ChaeYong muncul dari
ruang pemain.
“Ya hyung~! Kau kenapa sih?” ChaeYong
menepuk JinKi.
“Gwaenchanayo~!” jawab JinKi dengan nada
sedikit tinggi.
“Ya~! Hyung
nantang duel ya?? Aku kan tanya baik-baik~!”
“Ah.. ne~ mianhada!”
katanya dengan sedikit cengiran.
“Sudahlah..
karena hari ini timku menang dan aku sedang baik hati, kutraktir hyung makan!” ajak ChaeYong sambil
merangkul JinKi yang lebih tinggi darinya, membuat JinKi harus menunduk saat
berjalan dengan ChaeYong. “Ayo JoongKi hyung!”
ujarnya lagi dan JoongKi mengikuti mereka dari belakang dengan senyum geli
melihat dua orang aneh di depannya itu.
***
“ChaeYong-I chukhahamnida~! Yeah~!!” ChaeYong
berteriak sendiri sambil mengangkat segelas jus yang di pesannya dan
meminumnya. Meski usianya sudah masuk 20 tahun, ia masih tidak mau menyentuh alkohol.
Karena ia merasa olahragawan tidak baik meminum minuman beralkohol.
“Memalukan
sekali memberi selamat untuk diri sendiri~!” komentar JoongKi.
“Wae~? Aku suka kok~!” jawab ChaeYong tak
peduli. Dan tanggapan JoongKi hanya kekehan kecil. Meski tidak ada hal yang
lucu yang ChaeYong katakan.
“Keurae.. chukkahae~!” ujar JoongKi akhirnya. Mereka terdiam sejenak hingga
ChaeYong tiba-tiba mengambil kamera DSLR JoongKi yang di letakkannya didalam
tas khususnya di atas meja. Ia memeriksa list foto yang di ambil kakaknya itu,
namun tidak satupun foto yang dicarinya ia temukan disana.
“Hyung~! Kenapa tidak ada satupun foto
pertandingan disini?” tanya ChaeYong sambil terus memeriksa list foto didalam
kamera itu. Tidak ada satupun selain foto dirinya di depan stadion olah raga
dan fotonya bersama JinKi di tempat yang sama yang mereka ambil sebelum
akhirnya mereka datang ke tempat makan itu.
“Aku tidak bisa
membawanya masuk! Panitia yang berjaga di tempat pemeriksaan tiket tidak
memperbolehkanku membawanya!” jawab JoongKi kemudian melahap mie nya.
“Bukankah hyung bisa pakai kartu pers?”
“Aku lupa~! Mianhae..” jawab JoongKi segera tanpa
melihat ke arah ChaeYong. Namun sebelum anak perempuan itu menampakkan kekesalannya,
JoongKi segera menunjukkan sesuatu di dalam kantong jaketnya. Kamera digital.
Kamera yang diberikan JinKi padanya untuk mengambil gambar saat pertandingan.
“Mwoya?” tanya ChaeYong tak mengerti.
“Ini foto
pertandinganmu! Tidak mau? Ya sudah, aku hapus saja..” jawab JoongKi sambil
belagak hendak menghapus hasil potretnya. Namun Seperti yang diduga, ChaeYong
segera merebutnya dan melihat hasil foto yang di ambil kakaknya itu.
Satu demi satu
ia melihatnya, dan semakin lama senyumnya makin lebar. Ia sangat senang momen
kemenangan pertamanya sebagai kapten di abadikan dengan baik oleh kakaknya. “Kyeopta~! Hyung~! Jeongmal gamsahaeyo~!”
katanya tanpa melunturkan senyumnya.
JoongKi
tersenyum kecil. “Berterimakasihlah pada JinKi! Jika tidak ada dia, aku tidak
mungkin bisa mengambil gambarmu!” jawab JoongKi sambil melirik JinKi yang duduk
di antara mereka (ini susah gambarinnya.. pokoknya mereka bertiga duduk di sisi
meja yang berbeda -__-).
Mata ChaeYong
sesaat melebar, ia tampak kaget sambil memandangi JinKi yang sejak tadi sibuk
dengan ayamnya. “Wuaah~! Jinchayo??
JinKi hyung~ kau brilian sekali~!!”
ujar ChaeYong memuji JinKi kemudian menepuk-nepuk lengan atasnya. Membuat anak
laki-laki itu menghentikan aktifitas makannya. Namun ia tidak menjawab sepatah
katapun. “Wae hyung? Sikapmu aneh
sekali! Kenapa tidak bicara satu katapun padaku? Ya~!” katanya lagi.
“M..mworago..?” JinKi bertaya canggung.
“Ya!” ChaeYong terkekeh, kemudian
meletakkan kamera pocket itu dan mengambil kamera DSLR JoongKi kemudian
menyetelnya seakan dia seorang professional. Ia mengarahkan lensa kameranya
pada JinKi yang memandangnya dengan tatapan ‘jangan foto aku’ dan terus
menghalangi ChaeYong yang berusaha mengambil gambarnya.
“Hyung~! Ini sebagai tanda terima
kasihku! Kau tidak mau?” ChaeYong tetap kukuh ingin mengambil gambar JinKi, dan
menyebabkan foto pertama yang di ambilnya menyebabkan pose aneh JinKi yang
tertangkap kamera. ChaeYong tertawa lepas sementara JinKi rebut sendiri ingin
tahu bagaimana hasilnya. Keduanya terus-terusan membuat suasana semakin bising.
JinKi terus complain meski dengan tertawa-tawa kecil, dan ChaeYong tetap
berusaha mengambil gambar JinKi dengan skill memotret seadanya itu. Sementara
di hadapan mereka JoongKi duduk menghabiskan mie sambil memandang ke arah dua
dongsaengnya tanpa bicara apapun. Hanya memandang mereka. Bahkan tanpa ada
senyum tersungging di bibirnya, sedikitpun.
***
JoongKi’s scene
Hahh.. bagaimana
aku mengatakannya. Melelahkan.
Setelah segala
kegiatan aku lakukan diluar rumah, kini akhirnya aku bisa rebahan di atas
ranjang sambil memeriksa hasil fotoku di kamera yang kupinjam dari JinKi.
Lumayan. Hasil karya tangan terampil yang sudah bertahun-tahun bergelut dengan
dunia fotografi~! Kkk..
Dan aku teruskan
memeriksa hasil foto dari kameraku sendiri. Setelah hasil fotoku di hari-hari
sebelumnya, akhirnya sampai di beberapa foto pose aneh JinKi yang diambil oleh
ChaeYong. Sesaat aku terkekeh melihatnya, namun sampai di satu foto yang sangat
sempurna, yang tercipta dari tangan amatir itu..
~FLASHBACK~
“Waahh.. neomu kyeopta~!” puji ChaeYong pada
hasil potretnya sendiri. Sementara aku masih sibuk menghabiskan makananku.
“Waahh.. jincha kyeopta!” JinKi ikut menyahut.
Entah apa yang kini sedang mereka bicarakan.
“JoongKi hyung~! Bisa cetak ini untukku?”
ChaeYong memanggilku tiba-tiba, membuatku mendongak ke arahnya. Dan segera
melihat apa yang mereka bahas sebelumnya. Foto JinKi. Senyum sempurna JinKi
yang diabadikan ChaeYong dengan kameraku. Entah ini kebetulan atau ia memang
berbakat, tapi foto ini benar-benar bagus! “Cetak yang satu ini untukku!
Sebagai kenang-kenangan~!”
Aku terdiam
sebentar. “Keurae~!” jawabku
kemudian. Tampak tak ada ragu. Dan sesaat keduanya bersorak layaknya anak kecil
yang dijanjikan mainan. Hanya karena aku menyanggupi mencetak foto hasil
karyanya.
~FLASHBACK END~
Kuhela nafasku
pendek. Entah kenapa rasanya aku tidak ingin menyanggupi permintaannya.
Mencetak foto ini..
Sebentar,
kurasakan sedikit perasaan aneh saat mengingatnya. Juga perasaanku pada saat itu.
Saat melihat keduanya tertawa-tawa sambil memainkan kameraku, entah kenapa
rasanya aku ingin merebut kameraku dan tidak mengijinkan mereka
bersenang-senang dengannya. Ada sesuatu yang mengganjal. Sedikitpun aku tidak
bisa tersenyum. Saat itu, bahkan saat mengingatnya juga muncul perasaan yang
sama. Aishh.. ada apa denganku sebenarnya~??
Kulihat foto itu
lagi. Benar-benar aku tidak ingin menyanggupinya. Kuarahkan ibujariku ke arah
tombol delete. Kupejamkan mataku untuk menahan keraguanku.
Hana.. Dul..
Set~
“Hyung~! Belum tidur?”
“OMO~!!!” aku berteriak kaget mendengar
suara yang tiba-tiba meuncul di sebelahku. Dengan kepala yang tiba-tiba
melongok menatapku itu, hingga aku menjauhkan diri darinya dan memegang dadaku.
Berusaha menurunkan efek shock yang membuat jantungku bekerja lebih keras.
“Yongi.. apa yang kau lakukan disini?” tanpa sadar aku bertanya.
“Wae~? Aku hanya ingin mengingatkan hyung
soal foto itu!” katanya sambil menunjuk ke arah kamera yang ada di tanganku.
Aku melihatnya. Kelegaan besar yang kurasakan, untung aku tidak sampai
melemparnya.
“Aish.. jincha~!” kometarku. Tapi ekspresinya
tetap terlihat sama, tersenyum sok imut sambil menunggu aku mengiyakan
permintaannya. “Keurae.. besok aku
kerjakan!” jawabku akhirnya.
“JoongKi hyung jjang~!” katanya kemudian menepuk
pundakku. “Jeongmal gomawoyo hyung~!^^
Selamat tidur!” katanya kemudian bergegas pergi keluar dari kamarku sambil
memainkan handuk mandi yang terkalung di lehernya. Sepertinya ia baru saja
selesai mandi dan mampir dulu ke kamarku sebelum ia kembali ke kamarnya
sendiri.
Sudah beberapa
menit sejak ChaeYong keluar dari kamarku, namun detak jantungku masih belum
stabil. Masih bisa kurasakan degup yang begitu cepat, dan konsentrasiku
terpecah kemana-mana. “Haish~!! Jincha~!”
keluhku pada diriku sendiri. Kuletakkan kameraku sembarang di atas meja,
kemudian menarik selimutku dan segera tidur setelah mematikan lampu kamar. Hari
ini benar-benar membuatku gila!
***
“Hyung~!! Aku nebeng lagi donk~!” ujar
ChaeYong sebelum aku mengayuh sepedaku keluar dari halaman rumah. Aku menoleh
sejenak, memperhatikan tampang tengilnya yang nyenngir lebar sambil
menaik-naikkan alisnya itu. Rengekan yang sudah sangat sering aku dengar.
“Keurae~!” jawabku sok cool dan tanpa
perlu aba kedua, ChaeYong segera menaikki boncengan sepedaku. Segera kurasakan
beban semakin berat dan membuat sepedaku sedikit turun yang goyah. “Kau makin
berat!” komentarku padanya.
“Hish.. tidak
pantas membicarakan berat badan pada wanita!” katanya, membuatku mendapat ide
untuk mengusilinya.
“Memang kau
wanita?” tanyaku dengan kekehan kecil di akhir kalimat.
“YA~! HYUNG~!”
teriaknya, membuatku tertawa semakin keras.
Segera ku kayuh
sepedaku, menyadari sudah terlalu lama kami berbincang. Meski masih dengan tawa
yang cukup keras dan ChaeYong yang tidak berhenti protes. Entah kenapa aku
sangat bahagia, meski sesekali pundak dan punggungku sakit menerima pukulannya.
Tapi aku benar-benar belum pernah sebahagia ini.
---
“Sampai~!”
ujarku setelah kami sampai di pintu gerbang kampusnya. ChaeYong segera turun
dari sepedaku dan bergegas tanpa mengatakan apapun padaku. Apa dia sudah
terlambat? “Ya~! Tidak ada ucapan
terima kasih?” seruku padanya.
ChaeYong
berhenti sebentar, kemudian berbalik dan berlari kembali. Ia mengaduk ranselnya
sebentar kemudian meletakkan sesuatu kedalam genggamanku yang diraihnya
sebelumnya. “Permen karet?”
“Permen karet
anti ngantuk! Demi kesuksesan pekerjaanmu hyung~!” jawabnya dengan maksud yang
tidak jelas dan membuatku bertanya-tanya. Namun rasa penasaranku terkikis
seiring langkahnya pergi menjauh, masuk kedalam lingkungan kampus. “Terima
kasih tumpangannya!” teriaknya lagi tanpa menghentikan langkahnya.
Aku tersenyum
kecil sambil sesekali melepas nafas. Bocah itu.. kenapa pagi ini terlihat
sangat menyenangkan~.
***
Hari ini jadwal
pemotretan dengan seorang model untuk cover majalah perusahaan. Majalah akan
terbit sekitar satu minggu lagi, dan konsep yang digunakan sudah ditentukan,
maka hari ini pemotretan untuk cover sudah bisa dilakukan.
“Kau sudah datang?”
sapa salah satu staff. Aku mengangguk kecil.
“Ye, noona~”
jawabku. “Modelnya sudah siap?” tanyaku kemudian.
“Sedang di rias.
Kau bersiaplah dulu! Sebentar lagi modelnya akan segera siap!” jawab noona staff itu dan tampaknya ia ingin
melihat modelnya agar persiapannya segera usai.
Tak berapa lama,
model sudah siap dan pemotretan segera di lakukan. Pemotretan berlangsung
dengan cepat, karena sepertinya model ini sudah sangat professional. Dia tahu
bagaimana seharusnya berpose seperti yang kami mau. Tidak sampai 90 menit
pemotretan selesai.
Aku bersama
beberapa staff segera membereskan peralatan seusai pemotretan, namun
pekerjaanku di hentikan sebentar oleh seseorang yang tiba-tiba menepuk
pundakku. Aku mendongak ke arahnya, melihat siapa yang datang. “Annyeong oppa~!” ia menyapaku.
“YoonHee?” aku
tersenyum kecil, namun kembali melanjutkan pekerjaanku meski tidak benar-benar
mengacuhkannya.
“Pekerjaanmu
hari ini lancar?” katanya padaku.
“Tentu saja~!
Modelnya benar-benar professional!” jawabku seadanya.
“Keurae?” katanya dengan senyum kecil
yang memperlihatkan ada sesuatu yang aneh sedang dipikirkannya. Namun aku tidak
tahu apa itu. “Jadi itu penyebab wajahmu berseri-seri?” katanya lagi, dan
benar-benar menghentikan pekerjaanku.
“Mwo?” tanyaku tidak mengerti.
“Wajah oppa terlihat sangat bahagia! Sampai
warna pipimu semu merah begitu~!” jawabnya. Terlihat jujur. Kuletakkan
barang-barang yang semula berada di tanganku dan segera memegang pipiku.
“Benarkah?”
YoonHee
mengangguk yakin. Sepertinya ia tidak bohong. “Apa ada sesuatu yang
membahagiakan oppa hari ini?” katanya
terlihat penasaran. Namun aku tidak bisa menjawabnya. Bahkan aku sendiri tidak
tahu jawabannya. Tapi memang hari ini perasaanku sedikit meluap-luap. Lebih
bahagia dari biasanya.
“A.. ahni~!” jawabku dan kembali dengan
pekerjaan beres-beresku. Membuat diriku sibuk, dan mencoba tidak mempedulikan
yang dikatakan YoonHee.
JoongKi’s scene END
***
Kelas telah
usai, ChaeYong bergegas keluar untuk segera mencari teman sepermainannya. JinKi.
Sebelumnya ia sudah menghubungi bocah itu beberapa kali melalui ponsel, namun
tidak sekalipun ia meresponnya. Mungkin ia masih di kelas.
ChaeYong memilih
menunggunya di kantin kampus. Namun dalam perjalanan ke kantin, ia melihat
JinKi tengah duduk di salah satu meja di perpustakaan melalui dinding kaca yang
mengelilingi ruang perpustakaan. JinKi tampak sedang serius menulis-nulis
sesuatu di atas buku catatannya. Sebentar-sebentar ia membaca buku besar yang
terbuka di sebelahnya, kemudian kembali menulis beberapa kalimat.
ChaeYong
mengurungkan niatnya ke kantin dan malah berlari memutar, masuk kedalam
perpustakaan melewati pintu masuk dan segera menghampiri seonbaenim yang juga
satu-satunya teman mainnya di kampus.
“Hyung~!” panggilnya setelah sampai dan
duduk di hadapan JinKi. JinKi tak merespon, ia masih tampak sibuk dengan
pekerjaannya. “Apa yang sedang kau lakukan?”
“Mengerjakan
tugas!” jawabnya kaku dan tanpa mendongak sedikitpun. Ia masih sok menyibukkan
diri dengan pekerjaannya.
“Sejak tadi aku
menghubungimu, tapi kau tidak menjawabnya?” kata ChaeYong lagi.
“Keurae? Mungkin karena ponselku dalam
mode diam. Jadi aku tidak tahu kalau kau menghubungiku!” jawab JinKi seadanya.
“Jinchayo?” tanya ChaeYong lagi. JinKi
mengangguk kecil. Namun kebohongan JinKi segera terkuak setelah ChaeYong
menemukan ponsel JinKi tergeletak di atas meja. Dengan usil ia membuka inbox
JinKi dan menemukan beberapa pesan yang tadi dikirimnya sudah dibuka oleh
JinKi. “Ya~! Seperti ini kau bilang
tidak membukanya? Aish!” komentarnya sebal sambil memperlihatkan pesan yang
baru dibukanya. JinKi hanya melirik sedikit dengan perasaan canggung.
Kebohongan pertamanya langsung terbongkar. Namun ia tidak mengatakan apapun,
masih mengerjakan tugas dalam diam.
“Ah.. sudahlah.
Kerjakan saja sampai selesai, aku akan menunggumu hyung~!” ujar ChaeYong segera melupakan kekesalannya. Menunggu
hingga JinKi menyelesaikan pekerjaannya.
***
ChaeYong’s scene
Apakah aku yang
terlalu peka? Atau memang terjadi sedikit perubahan pada JinKi oppa? Ia tidak sedikitpun melihat
kearahku. Saat kami mengobrol, ia tetap melihat ke arah meja atau ke arah lain
yang sepertinya tidak ada yang menarik untuk di perhatikan. Candaan anehnya yang
biasanya membuatku terbahak, kini benar-benar terasa tidak lucu. Ia terlihat
seperti memaksakannya. Ada apa dengan chicken master ini? Apa dia sakit?
Sesekali aku
menyingungnya untuk menyatakan apakah ada masalah yang membuatnya terlihat
sedikit aneh. Namun ia tetap menolak untuk mengatakannya. Ia bilang tidak ada
satu masalahpun yang dihadapinya kali ini. Benarkah? Tapi setiap senyum yang
ditunjukkannya padaku mengikuti kata “gwaenchana”
nya itu tampak sangat berbeda. Seperti di paksakan. Senyumnya terlihat sama,
tapi aku bisa merasakannya, senyumnya tidak setulus yang biasa kulihat. JinKi oppa sedang menyembunyikan sesuatu yang
tidak bisa ia ungkapkan padaku sekalipun. Apa dia tidak mempercayaiku sebagai
sahabatnya?
ChaeYong’s scene
END
***
JinKi’s scene
Apa dia
melihatnya? Apa dia mengetahuinya?
Meski rasanya
akhir-akhir ini ingin menjauhinya sebentar saja, tapi aku tidak bisa. Seperti
ada magnet dalam diri ChaeYong yang mampu menarikku berada bersamanya saat kami
bertemu. Entah kenapa akhir-akhir ini aku sedikit aneh saat bertemu dengan anak
ini. Aku senang, tapi rasa senang ini sedikit asing. Kadang aku merasa sedikit
malu, dan bahkan memandang wajahnya aku tidak bisa. Makanya aku ingin menjauh
sebentar untuk menghilangkan perasaan aneh ini. Tapi sekali lagi, ChaeYong
membuatku tidak mampu melakukannya. Bahkan untuk mengatakan ‘Aku harus pulang
duluan’ .. aku harus menunggunya memutuskan kapan ia akan pulang. Aish.. jincha~!
Sebelum akhirnya
ChaeYong menghampiriku di perpustakaan siang tadi, aku membaca sebuah novel
psikologis yang kutemukan di antara banyak buku di rak di salah satu sudut
perpustakaan. Setelah berpuluh-puluh lembar kubaca, akhirnya aku menemukan
phrase yang sangat sama dengan apa yang sedang aku rasakan saat ini. Aku sedang
jatuh cinta dengan seseorang. Itu yang dikatakannya dalam buku itu. Tapi
benarkah?
Aku masih
menyangkalnya didalam perasaanku. Itu tidak mungkin. Sampai hari ini aku belum
pernah jatuh cinta pada seseorang. Bahkan aku tidak pernah berteman dengan
seorang gadis karena terkadang aku merasa malu dan canggung saat bersama
mereka. Ku kembalikan novel itu ke tempatnya, dan memutuskan untuk melanjutkan
tugas yang kukerjakan. Sampai pada akhirnya ia datang.. Yongi.
Kini aku tidak
bisa menyangkalnya. Mungkin apa yang dikatakan penulis novel itu benar. Aku
sedang jatuh cinta. Pada Yongi? Kuputar otakku untuk berpikir, tapi mendengar
suaranya itu membuatku sulit untuk berpikir, bahkan konsentrasiku jadi terpecah
kemana-mana. Bagaimana aku bisa menyukai bocah ini? Aku masih tidak percaya
sampai sekarang. Sampai aku menyatakan pada diriku sendiri, aku memang
menyukainya. Dan aku baru tersadar, ini kali pertama aku bisa merasa nyaman
berada sedekat ini dengan seorang gadis. Yah, bagaimanapun, ChaeYong itu
seorang gadis.
JinKi’s scene END
***
“Oppa sedang jatuh cinta!” YoonHee
berkata frontal, membuat JoongKi mendadak tersedak kopi yang baru ditenggaknya
beberapa mili. Ia terbatuk, dan membuat keadaannya tidak semakin memburuk
dengan menepuk-nepuk dadanya. “Ahh~ oppa
maaf~!” pekik YoonHee sambil membantu laki-laki 26 tahun dengan kamera
terkalung di bahunya itu untuk keluar dari penderitaan tersedaknya itu.
“Gwaenchanayo~!” jawab JoongKi yang sudah
agak membaik. Ia kaget karena tiba-tiba YoonHee mengatakannya, di tengah
obrolan mereka di depan mesin penjual kopi.
“Maaf oppa.. aku hanya mengatakan apa yang aku
pikirkan..” jawab YoonHee jujur. Kepolosannya benar-benar tidak tertandingi.
JoongKi menyeka
air kopi yang tertinggal di sudut bibirnya akibat tersedak. “Bagaimana kau bisa
berkata begitu?” tanya JoongKi penasaran.
YoonHee
tersenyum kecil. “Tidak tahu, tapi aku bisa merasakannya! JoongKi oppa tak pernah terlihat se bahagia ini!
Dan yang aku tahu, tanda-tanda seperti oppa
ini seperti orang yang sedang jatuh cinta!” jawab YoonHee yakin. Ia menghirup
kopinya sedikit kemudian membuka suara lagi. “Apa ada seseorang yang sedang oppa perhatikan akhir-akhir ini? Aku
hampir tidak pernah tahu kalau oppa
pernah menyukai seseorang! Bahkan saat SMA, oppa
menjadi siswa populer dengan banyak fans! Tapi tak sekalipun aku mendengar oppa punya pacar?” YoonHee tampak
berpikir. Tapi memang benar, JoongKi hampir tidak pernah memikirkan soal itu.
“Ahh.. iya ya..”
jawab JoongKi canggung, kemudian menyruput kopinya lagi. Tidak tahu bagaimana
lagi ia harus menjawabnya. Tapi ia pikir, semoga perasaan itu bukan menjadi
perasaan yang akan ditakutkannya kemudian hari.
***
JoongKi’s scene
“Aku pulang~!”
seruku sesampainya di rumah. Aku baru saja kembali setelah pulang dari kantor
dan terlebih dulu mengambil beberapa foto yang aku cetak di percetakkan foto di
sebelah kantor.
“Hyung~!!!” tiba-tiba terdengar teriakan
dari dalam salah satu kamar, dan tak sampai satu menit kemudian seseorang
dengan Jumper yang belum genap dipakai berlari ke arahku. “Hyung~! Pesananku??”
“Arrata!” jawabku dengan senyum kecil
seperti biasa. Aku mengeluarkan bungkusan kertas dari dalam tasku, kemudian
mengeluarkan beberapa lembar foto dari dalamnya. “Aku juga mencetak beberapa
foto yang aku ambil saat pertandingan!” jelasku seraya memberikan foto-foto itu
pada ChaeYong.
“Hwaahh.. gomawoyo hyung~!!” ChaeYong berteriak girang.
Melihatnya..
rasanya bahagia sekali.. entah kenapa. Aku tak bisa melunturkan senyumku meski
sedetikpun. Rasanya tak ingin mengalihkan pandanganku biar sebentar saja.
JoongKi’s scene END
***To be
Continue***
Thx for reading and don't forget to leave a coment~!^^
jeongmal gamsahamnida yorobun~!!
-Keep Shine Like HIKARI-
kapan selesainya ~ hhh -_-
ReplyDelete"ponsel dalam mode diam" itu terdengar aneh . lebih baik "aku membisukan ponselku"
#krik (?)