Mengawali oktober, akhirnya gw bisa apdet lagi~ >_<
nih cerita ga kelar-kelar gw tulis gegara gw suah kembali ke alam nyata dan menghadapi masalah yang nyata.. KULIAH!
yah~ pulang udah cape, jadi memilih tidur dari pada onlen..hehehe *curcol*
I don't Understand
“Chukkahaeyo~!!!” JinKi berseru senang
setelah mendengar cerita ChaeYong barusan, tentang dirinya yang baru terpilih
sebagai kapten tim.
“Hehe.. gamsahamnida~!” ChaeYong tersenyum
lebar.
“Kalau begitu,
hari ini datang ke rumahku! Akan kumasakkan barbeque dengan kualitas daging
paling enak di toko orang tuaku!” lanjutnya sambil mengacak rambut ChaeYong
yang duduk berhadapan dengannya di meja kantin kampus.
“Jinchayo? Gomawo hyung!” ChaeYong berterima kasih.
“Lalu, kapan
pertandingannya?” tanya JinKi.
“Sekitar
seminggu lagi. Nanti aku beri jadwal pertandingan untuk hyung! Nonton ya!”
jawab ChaeYong dengan raut wajah ceria.
JinKi mengangguk
dengan senyum lebar yang membuat matanya menyipit. “Aku pasti nonton!” katanya.
“Tapi.. jadi kapten itu berat lho! Bagaimana kalau kau tidak bisa memimpin
anggota tim yang lain? Beban kapten itu sungguh berat..” ujar JinKi dengan
ekspresi wajah yang berubah drastic dari sebelumnya.
“YA!! CHICKEN!
Jangan merusak kebahagiaan orang kenapa sih?” ChaeYong protes, meski ia tahu
yang dikatakan JinKi itu benar.
JinKi tersenyum
kecil dan membentuk dua jari di tangan kanannya menjadi huruf V. “Peace!
Bercanda!” katanya. “Ngomong-ngomong yongie, kau mengirim pesan padaku
semalam?” tanya JinKi mengalihkan topic.
“Ah.. jinchayo?”
“Kamu gimana sih?”
JinKi mengambil smartphone dari sakunya, kemudian memperlihatkan pesan yang
dikirimkan ChaeYong padanya semalam setelah membukanya terlebih dahulu. “Ige! Kau mengirip pesan aneh padaku! Dan
kau memanggilku oppa!” katanya, bersamaan dengan ChaeYong yang membaca isi
pesan yang dikirimnya sendiri sekarang.
Jaljinaessoyo, chicken oppa
“Mwo?? Ini pasti
bukan aku~!” kata ChaeYong tidak percaya.
JinKi menarik
kembali smartphone nya dengan tampang sinis. “Jelas-jelas nomornya milikmu! Dan
hanya kau yang memanggilku chicken!” jawab JinKi dengan analisis sederhananya
yang 100% benar. “Ada apa sih? Ada sesuatu yang menyenangkan?” tanya JinKi
penasaran.
ChaeYong
terdiam, namun ingatannya melayang pada kejadian semalam. JoongKi oppa-nya yang
tiba-tiba menggodanya dengan “ppoppo” dan membuat wajahnya merah padam seperti
gurita goreng. Seperti sekarang. “Yongi! Kau baik-baik saja?” tanya JinKi pada
Yongi melihat wajah anak gadis dihadapannya yang tiba-tiba memerah itu.
“Ah.. gwaenchana..” jawab Yongi sambil
memegangi kedua pipinya, mencoba menghilangkan warna merah di pipinya itu.
Namun tidak akan pernah bisa hilang sepanjang ia masih memikirkan JoongKi dan
kejadian semalam.
***
“Aku pulang~!”
ChaeYong berseru bersamaan dengan terdengarnya suara debam pintu yang ditutup.
Ia melepas sepatunya dan bergegas masuk kedapur. “Bibi! Aku bawa daging dari
JinKi hyung~!” teriaknya lagi.
Namun bukan
bibinya yang ia temukan di dapur, melainkan YoonHee yang kini tengah memasak
sesuatu. “Yongi, annyeong~!” sapanya
dengan senyum ramah seperti biasa.
“Noona?”
“Yongi, sudah
pulang?” tiba-tiba bibinya muncul dari pintu masuk setelah mendengar
keponakannya baru saja pulang.
“Iya bi, aku
bawa barbeque untuk makan malam! JinKi hyung memberikannya untukku setelah kami
memasaknya berdua di rumahnya!” jawab Yongi sambil menyodorkan kotak makan yang
dibungkus dengan kain warna biru langit.
“Aigoo~ kenapa
dia repot-repot.” Ujar bibinya sambil membuka kotak makan itu. Bau daging
panggang langsung menyeruak ke seluruh ruangan setelah kotak makan itu terbuka.
Selain kualitas dagingnya yang bagus, JinKi juga lumayan lihai membakar
barbeque dan membuat saus barbeque seperti yang di ajarkan oleh ibunya. “Ahh..
katakan terima kasih padanya ya!”
“Iya bi..” jawab
ChaeYong dengan senyum di wajah.
Namun seketika
senyumnya luntur saat tiba-tiba seseorang merangkul lehernya dari belakang. Ia
kenal betul bau yang datang bersamaan dengan melingkarnya tangan putih mulus di
lehernya. “Bau apa ini?” JoongKi yang baru muncul tiba-tiba itu bertanya.
Hidungnya cukup peka soal yang seperti ini.
“Yongi bawa
oleh-oleh dari rumah JinKi! Daging panggang!” jawab YoonHee seraya menaruh
semangkuk tumis sayuran di atas meja makan untuk makan malam.
“Wah~ ini hadiah
keberhasilanmu darinya?” tanya JoongKi. Ia melirik Yongi dengan senyum
kharismatiknya, kemudian mengacak rambutnya semangat. Namun ChaeYong tidak
bergeming. Ia tetap diam, sementara degup jantungnya tidak bisa ia kendalikan.
Ia ingin menyingkirkan tangan JoongKi yang melingkar akrab di lehernya, namun
ada suatu perasaan yang ingin ia lebih lama berada di posisi itu.
“Maaf, aku mau
ke toilet!” kata ChaeYong kaku. Tangannya menyingkirkan lengan JoongKi pelan,
kemudian ia bergegas ke toilet padahal ia tidak ingin melakukan apapun disana.
“Aigoo~ eottokhajyo??” ia bergumam sendiri sambil memegang dada dan
wajahnya secara bergantian. “Aku kenapa sih?? Yaampun..” katanya lagi setelah
duduk di atas kloset.
“Yongi! Cepat ya
bertapanya! Kita udah mau makan nih!” JoongKi berteriak dari luar, memanggil
ChaeYong untuk segera ikut makan malam.
ChaeYong
mengatur nafasnya sejenak. “K..kalian duluan saja! Aku sudah makan kok!”
teriaknya dari dalam toilet, kemudian kembali mengatur perasaannya lagi.
“Haish..” keluhnya pada diri sendiri.
***
ChaeYong’s scene
Hohhh~!!! Akhir-akhir
ini rasanya benar-benar menyebalkan! Rasanya aku seperti ingin menjauhi JoongKi
oppa untuk beberapa waktu. Tapi oppa malah jadi lebih sering muncul di
hadapanku. Jika dulu frekuensi aku bertemu dengan oppa adalah 80%, mungkin
sekarang sudah 98%.
Oppa sedang
tidak ada kegiatan akhir-akhir ini, lebih sering memotret untuk kesenangannya
sendiri dan menjadikanku objek fotonya. Ia ikut saat aku pergi ke kampus,
berlatih di klub, main-main di lapangan di komplek sebelah, bahkan saat aku
keluar dengan JinKi hyung. Dan saat kutanya, ada saja alibinya untuk membuatku
akhirnya mengiyakan permintaannya.
Aku berusaha
belagak biasa saja, tapi rasanya berada didekat oppa saja membuatku kesulitan
bernafas. Apa lagi skinship yang sangat sering dilakukannya padaku. Aku tahu
mungkin ia tidak memandangku sebagai orang lain atau sebagai wanita. Tentu saja,
aku adiknya, dan tampangku 80% seperti lelaki! Tapi bagaimanapun aku tetap
wanita, emosiku seperti gadis pada umumnya, juga perasaanku. Aku menyukai oppa
sejak lama, namun aku selalu berusaha menafsirkannya ini adalah rasa suka
karena oppa baik padaku. Dan karena aku sudah sangat lama hidup bersama oppa.
Yah. Aku ingin perasaanku seperti itu.
Dan saat ini
seperti apa yang aku katakan, aku sedang duduk di sebuah kedai kopi bersama
dengan JinKi hyung yang duduk berseberangan denganku, juga JoongKi oppa yang
duduk di sebelahku dan kini tengah menjadikan kopi pesanannya sebagai objek
fotografi. JoongKi oppa terus sibuk dengan kegiatannya sendiri, aku sibuk
mengendalikan perasaan aneh yang akhir-akhir ini terus berkecamuk, dan entah
apa yang benar-benar JinKi hyung lakukan kini. Ia terus memperhatikan apa yang
JoongKi oppa lakukan, dan sesekali memandang ke arahku seperti ingin mengatakan
sesuatu, namun ia mengurungkannya. Dan itu terjadi beberapa kali. Ia bahkan
tidak meminum cappuchino nya sedikitpun hingga busanya menghilang sedikit demi
sedikit dari atas kopi.
“JinKi hyung,
kopimu!” kataku padanya mencoba tampak biasa. JinKi hyung yang sepertinya
terbengong jadi tersadar. Ia menatapku sebentar, hingga aku melirikkan mataku
ke arah kopinya.
“Ah ya..”
katanya kemudian menenggak kopinya sampai habis. Dan setelah itu kami bertiga
kembali diam.
“Kalian mau
donat?” tanya JoongKi oppa tiba-tiba sambil mengecek hasil potretnya. “Hmm? Kau
Yongi?” katanya lagi setelah memandang ke arah kami.
“Terserah hyung
saja!” jawabku.
“Kau?” tanya
JoongKi oppa pada JinKi.
“Ah.. uhh.. apa
ada ayam?” katanya. Dan ucapan singkatnya itu sesaat mencairkan suasana.
Membuatku melupakan apa yang aku pikirkan sebelumnya. Aku dan JoongKi oppa
tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Di tempat seperti ini ia masih cari ayam??
“Kenapa kalian tertawa?” JinKi hyung protes.
“Tentu saja kami
tertawa! Di tempat seperti ini mana ada ayam?? Kalau mau cari ayam dari tadi
jangan ngajak kesini!” jawabku seraya melemparkan entah apa yang kuambil dari
saku jaket ku padanya.
“Ayo ke fast
food! Aku traktir kalian ayam!” JoongKi oppa yang mulai meredakan tawanya
mengajak kami. Dan sesaat senyum lebar dan bahagia terkembang di wajah JinKi
hyung. Baru sekali kulihat seseorang bisa sebahagia itu hanya karena ayam. Dan
aku tak bisa berhenti terkekeh meski kami sudah meninggalkan kedai kopi itu.
Hingga JinKi hyung memaksaku berhenti tertawa dengan menjepit leherku dengan
lengan kanannya menjitakku pelan, tapi tawaku malah semakin keras.
***
Hari ini aku
merasa sudah kembali seperti semula. Tidak ada lagi kecanggungan antara diriku
dan oppa. Meski masih sedikit terasa berdebar, tapi aku sudah bisa
mengendalikannya. Berkat kejadian semalam. Aku benar-benar harus berterima
kasih pada JinKi hyung.
“Ya! Berhenti
dengan kamera mu!” aku berteriak pada oppa karena risih. Ia terus mengarahkan
lensa kamerannya padaku dan menjepretku apapun yang sedang aku lakukan. Saat
sedang makan, belajar di perpustakaan, main basket, bahkan saat aku mau masuk
ke toilet! Kalau tidak aku marahi, mungkin ia sudah mengikutiku masuk kedalam
toilet! Menyebalkan sekali.
Namun meski
berkali-kali aku memarahinya, responnya tetap saja hanya senyum lebar favoritku
yang membuatku segera diam, takhluk hanya dengan melihatnya.
“Kau tahu..”
“Tidak!” aku
memotong perkataannya.
“Ya~!” JoongKi
oppa berteriak dan menarik hoodie ku saat aku hendak melarikan diri, kemudian
mencubit pipiku dan entah kenapa aku malah tertawa meresponnya. “Dengarkan dulu
apa yang aku katakan!” katanya setelah melepaskan pipiku, dan memukul kepalaku
pelan.
“Oke.. oke..”
jawabku sekenanya.
“Aku akan buat
pameran lagi!” katanya tanpa basa-basi.
Tidak menjawab,
aku hanya melihat ke arah wajahnya yang sedikit serius. Namun senyum kecil
masih menghiasi wajahnya. Oppa benar-benar terlihat tampan saat seperti ini.
“Dan kau sebagai
modelnya!” katanya padaku.
Diam. Sedetik.
Dua detik. “Omo.. aku?? Jinchayo???” aku berteriak padanya. Ia
tidak mejawab, tidak juga mengangguk. Tapi aku tahu ia tidak mungkin salah
bicara dan aku tidak mungkin salah dengar. “W..wae? kenapa aku?” tanyaku bingung.
“Kau tidak suka?”
katanya.
“B..bukan
begitu, tapi apa tidak ada model lain? YoonHee noona mungkin? Dia cantik dan punya badan yang bagus.. sedangkan
aku..” jawabku, namun oppa segera memotongnya.
“Makanya aku
memilihmu! Sudah terlalu banyak model cantik terpampang di atas kertas foto!
Terlalu biasa!” jawabnya yakin. Aku diam. “Dan jika kau lihat ini.. aku suka
gayamu yang natural!” katanya dengan senyum kecil di wajahnya sambil
memperlihatkan beberapa hasil jepretannya padaku.
Haruskah aku
bingung, takjub, atau tersenyum bahagia? Yang jelas, kini perasaanku sangat
meluap-luap! Aku tidak percaya oppa menggunakanku sebagai modelnya. Aku ingin
memeluknya dengan erat sekarang, tapi tidak mungkin. Jadi aku menahannya dengan
sok cool sambil melihat kea rah lain, namun sesekali aku tetap tidak bisa
menyembunyikan perasaanku. Meski kutahan, senyum di wajahku tetap meminta untuk
menampakkan diri.
ChaeYong’s scene END
***
“Yongi~!!”
seorang gadis dengan kaos basket warna merah bernomor 9 berteriak pada ChaeYong
yang berlari di bagian paling depan, kemudian melemparkan bolanya sekuat tenaga
pada gadis berambut pendek itu. ChaeYong menangkapnya, kemudian melakukan lay
up shoot ke ring lawan dengan sukses.
“JJANG~!!” gadis yang satu lagi berseru
pada ChaeYong, kemudian melakukan high five dengan gadis yang boys looks itu.
Kini mereka
sedang latihan. Latihan terakhir sebelum besok mereka melakukan pertandingan
penyisihan. Dan sepanjang hari ini permainan ChaeYong benar-benar sangat baik.
Yah, memang biasanya ia bermain dengan baik. Tapi hari ini ia jauh lebih baik
dari biasanya. Selain itu senyum cerah selalu terpampang di wajahnya, hingga
membuat teman-temannya heran.
“Kau lagi senang
ya?” tanya MinHo, kapten tim putra, saat mereka istirahat setelah pelatih
menginstruksikannya.
“Oh.. ah..
ahniyo~” jawab ChaeYong, namun tetap tidak bisa menyembunyikan senyumnya.
***
“Besok nonton
pertandinganku ya, hyung!” kata
ChaeYong di tengah makan malam mereka dengan barbeque yang dimasak JinKi.
ChaeYong datang ke rumah JinKi sepulang latihan untuk mengembalikan tempat
makanan yang dipinjamnya saat membawa pulang barbeque dari rumah JinKi, tapi
JinKi menahannya dengan barbeque juga saat ia akan pamit pulang.
“Besok? Jam?”
katanya.
“5! Tapi
sebaiknya datang sebelum itu! Ah ya..” ChaeYong meletakkan sumpitnya, kemudian
mengaduk ranselnya dan mengeluarkan sesuatu setelah cukup lama tangannya
mencari-cari. “Karena aku pemain, aku mendapatkan 2 tiket gratis! Sebenarnya
sih karena aku minta, hehe.. untukmu, hyung!” katanya pada JinKi seraya
menyodorkan tiket pertandingannya.
JinKi
menerimanya. “Ah.. gomawo~” katanya. “Lalu
yang satu lagi?”
“Untuk JoongKi hyung!” jawab ChaeYong singkat kemudian
melahap daging panggangnya. “Umh.. mashita~!”
Sedangkan JinKi
hanya mengangguk-angguk sedikit kemudian mengantongi tiketnya dan ikut melahap
daging panggang yang baru di angkatnya dari panggangan itu.
***
“Aku pulang~!”
JoongKi berteriak dari arah pintu, kemudian bergegas masuk setelah melepas
sepatunya.
“Hyung~!!!” tiba-tiba terdengar teriakan
dari arah salah satu kamar, disertai suara langkah cepat ke arahnya. ChaeYong
segera muncul di hadapannya. Ia berdiri tegak, kemudian menempelkan sesuatu ke
jidatnya sendiri.
“Mwo?” Tanya JoongKi bingung.
“Untukmu! Tiket
gratis nonton pertandingan!” jawab ChaeYong dengan cengiran lebar di wajahnya. JoongKi
terkekeh.
JEPRET!!
“Bagus~!”
gumamnya kemudian.
“Heh~?” ChaeYong
melepas tiket di jidatnya itu kemudian melihat kea rah JoongKi yang tengah
memeriksa hasil jepretannya barusan.
JoongKi
tersenyum lebar, kemudian merebut tiket di tangan ChaeYong. “Mungkin foto ini
yang akan ku pampang paling besar saat pameran nanti!” katanya kemudian tertawa
puas seraya berjalan menuju kamarnya.
“Ya~!!” ChaeYong
berteriak seraya mengejar kakaknya yang sudah masuk kedalam kamar itu. Namun
emosinya sudah reda saat memasuki kamar yang tertata rapi itu. Ia duduk di
kursi belajar sementara kakaknya merapikan barang-barang yang baru dibawanya
pulang ke tempatnya masing-masing. “Tapi besok bisa datang kan hyung?” Tanya ChaeYong
sambil memutar-mutar kursi belajar yang di dudukinya. “Kalau datang, duduk
paling depan, teriak paling keras! AKu pasti tidak akan membuat hyung kecewa!”
lanjutnya.
“Kalau aku tidak
datang?” Tanya JoongKi menggoda adiknya.
“Aku akan
membunuhmu! Dengan menghapus semua file fotomu! Heheheheh..” jawabnya bercanda.
“Kalau begitu
aku pasti datang!” jawabnya mengakhiri percakapan, sebelum ia pergi ke kamar
mandi untuk membersihkan diri.
***
JoongKi’s scene
“Mohon maaf,
kamera dan alat perekam lain tidak diperkenankan dibawa masuk ke dalam stadion!
Anda bisa menitipkannya ketempat penitipan di depan!” seorang paniti
mengatakannya padaku saat aku hendak masuk kedalam stadion untuk menonton
pertandingan ChaeYong.
“Eh, tapi.. saya
pers!” jawabku beralasan. Padahal aku tidak datang untuk tugas meliput.
“Bisa tunjukkan
kartunya?” tanya panitia itu.
Aku membuka tas
yang kubawa di pundak kiriku. Mencoba mencari-cari kalau ada kartu pers di
dalamnya. Namun sepertinya aku memang tidak membawanya. “Aku lupa..” jawabku
pelan. “Tapi saya benar-benar pers!” jawabku bersikeras untuk membawa kameraku
masuk ke stadion.
“Maaf, mohon
anda titipkan di tempat penitipan!” katanya dengan tangan mengarahkanku pada
tempat penitipan yang hanya berjarak beberapa meter dari kami itu. Oke, aku
kalah! Dari pada aku tidak bisa menonton pertandingan Yongi, lebih baik aku
kehilangan satu momen bagus untuk memotretnya.
Setelah dengan
berat hati kutitipkan benda paling berhargaku itu, aku bergegas masuk dengan
tiket dan mendapatkan cap di tanganku sebagai tanda bahwa aku masuk dengan legal
dan jika nanti keluar, aku tidak perlu membeli tiket lagi untuk masuk kedalam
stadion.
Kulihat hampir
seluruh tempat duduk sudah penuh, hampir tidak ada satupun kursi kosong
sampai kudengar seseorang memanggilku
dengan suara yang cukup kukenal. “Hyung!
JoongKi hyung!!” teriaknya. Aku
menoleh, mendapati seorang anak laki-laki dengan kemeja kotak-kotak merah dan
dalaman kaos berwarna hitam. Ia melambai padaku. “Duduklah disini!” serunya
lagi.
Aku bergegas ke
arahnya dan duduk di bangku yang sudah di siapkan untukku. “Gomawo!” ujarku padanya. JinKi
mengangguk mengiyakan. “Kau sengaja mempersiapkan bangku untukku?” tanyaku sok.
“Iya!” jawabnya
pendek.
“Kau tahu aku
akan datang?”
JinKi mengangguk
kecil. “Yongi bilang ia minta 2 tiket gratis untukku dan JoongKi hyung! Jadi mana mungkin hyung tidak
datang!” jawabnya. AKu tersenyum kecil. Jadi dia dapat tiket dari Yongi juga?
Kini sudah
quarter 4 pertandingan basket tim putra dari Seoul dan Gwangjoo. Aku jadi rindu
masa-masa saat aku berlari-lari di lapangan ini. Sudah sangat lama. Rasanya
menyesakkan. Aku ingin kembali berlari di tengah lapangan itu, melakukan shoot,
dan berteriak-teriak menginstruksikan teman-temanku untuk bermain bagus. Tapi
kini semua hanya tinggal kenangan. Aku terlalu rapuh untuk melakukannya
sekarang.
Lamunanku
mungkin terlalu lama, sampai tak sadar pertandingan yang ku tonton sudah usai.
Seoul menang dengan 90-87. Mantan klub kebanggaanku!
“Itu dia!” JinKi
berseru sambil menunjuk kea rah lapangan. Beberapa pemain muncul bersama
beberapa official, duduk di tepi lapangan dan melakukan stretching sebentar,
kemudian berlari ketengah lapangan dengan beberapa bola dan mulai melakukan
shoot sebagai pemanasan.
Kulihat ChaeYong
berada di antara mereka. Berlari-lari kecil kemudian menangkap bola dan
melakukan shoot. Entah kenapa rasanya senang bisa melihatnya berada di tengah lapangan
seperti itu. Ia berusaha membuatku bangga, dan aku memang benar-benar bangga
padanya. Bahkan ia seorang kapten tim sekarang. Sepertinya senyumku jadi lebih
lebar saat memikirkan ini.
Beberapa menit
kemudian peluit dibunyikan. Wasit menginstruksikan pemain untuk ke pinggir
lapangan dan mempersiapkan 5 pemain inti mereka untuk segera masuk ke lapangan.
Seoul dengan seragam putih memasukan 5 pemain andalan mereka setelah kedua
belas pemain dan official meneriakkan yel seperti yang selalu mereka lakukan.
ChaeYong berada di antaranya. Setelah tim Seoul dan tim lawan berada di posisi,
wasit membunyikan peluitnya dan melambungkan bolanya, melakukan jump ball. Tim
lawan mendapatkannya, namun berhasil di halau tim Seoul dan gadis itu segera
melemparkannya pada ChaeYong yang sudah jauh berada di depan. Setelah
mendapatkannya ia segera melakukan lay up shoot. MASUK! Sebuah awal yang bagus,
dengan jurus andalannya bocah itu mendapatkan 2 poin! DAEBAK! Tapi tetap saja aku menyesal tidak bisa mendapatkan momen
bagus itu untuk di abadikan.
“Hyung!” JinKi memanggilku. Aku menoleh
ke arahnya dengan tampang bertanya. “Butuh kamera?” katanya padaku sambil
mengkode untuk melihat sesuatu di balik kemejanya. Sebuah kamera digital yang
entah ia sembunyikan dimana sebelumnya.
“Bagaimana..”
JinKi tersenyum.
“Aku tahu hyung
akan membutuhkannya!” jawabnya. “Gunakan dengan hati-hati, jangan sampai
ketahuan!” katanya sambil menyerahkan kameranya padaku dengan hati-hati.
“Ah.. gomawo!” jawabku benar-benar senang.
Bocah ini benar-benar jenius!
“Tapi
ngomong-ngomong hyung, kenapa hyung suka sekali mengambil gambar yongi?” tanya JinKi
polos.
Aku tersenyum. “Karena
aku menggunakannya sebagai model di pameranku yang selanjutnya!” jawabku
setelah mengambil satu gambar dari ChaeYong yang tengah melakukan shoot. “BAGUS!”
teriakku setelah kulihat ChaeYong berhasil membuat 2 poin lagi dengan shootnya.
JoongKi’s scene END
---
JinKi’s scene
“Karena aku
menggunakannya sebagai model di pameranku yang selanjutnya!” JoongKi hyung
menjawab dengan senyum di wajahnya.
Entah kenapa
rasanya seperti ada yang terbakar didalam diriku. Aku tidak bisa lagi
berkonsentrasi menonton pertandingan. Memangnya kenapa kalau JoongKi hyung menggunakan ChaeYong sebagai model
fotonya? Aku ingin mengabaikannya. Tapi rasanya aku tidak bisa. Dan aku tidak
tahu sebenarnya kenapa aku ini. Aku harap aku segera tahu! Perasaan ini
benar-benar menggangguku!
JinKi’s scene END
***To be
Continue***
eotte?^^
thx for reading and don't forget to leave a comment~!^^
JEONGMAL GAMSAHAMNIDA~!!!
-Keep Shine Like HIKARI-
hhhh ,, mau sampe kapan kelarnya ? ffku ? gimana ???
ReplyDeletengeri .. kereeen
ReplyDeleteini judulnya cidaha, mbak
@ravla : kapan yaa.. tergantung mood gue~ HAHAHA
ReplyDelete@karisha : ojo ngomong cinta dua hati.. emang lagune ungu? -__-
joongki kykny nyengir nyengir mulu yah kykny.. Haha..
ReplyDelete@ comment d atas.. Judul lagu ungu th CInta DAlam HAti .. Bkan cinta dua hati.. Xp
nice story.. Xp
ia sih.. abis kumur, biar kering~ #plakk
Deletegomawo^^