Saturday, April 28, 2012

FAN [ONESHOT]

Terinspirasi dari lagu dan MV nya Epik High dengan judul sama.. yaitu FAN..
Enjoy~!^^

FAN


Story by : LIGHT a.k.a C Dragon (UUUUYEAH!!)

Cast : Yong Junhyung (BEAST), Jeon Boram (T-ara)

Side Cast : Choi Minho (SHINee), Choi Seunghyun (BIGBANG)

Rate : ada kekerasannya.. rate berapa ya? /GLOTHAK!

Genre : Romance, kekerasan(?)

Length : ONESHOT

Author Note : maap klo tragedy(?) nya agak fail.. agak gabakat bikin yang beginian, tapi pengen sih ya.. maklumin ya~ :p happy reading~!^^


=================================


Libur musim panas telah usai, siswa-siswi kembali ke sekolah mereka untuk kembali memulai hari-hari membosankan bersama buku-buku sekolah mereka dan bertemu dengan guru yang akan membimbing mereka dengan segenap jiwanya. Yong Junhyung berjalan santai menyusuri koridor sekolahnya dengan headset terpasang di kedua telinganya. Sesekali ia menggumamkan lirik lagu dari bibirnya, kemudian tangannya bergerak-gerak sesuai dengan lagu yang didengarnya. Namun saat banyak orang berada di sekelilingnya, ia mendadak berhenti dan berjalan sok cool memasuki kelasnya.

"Hei Yong Jun!" seseorang menepuk kepalanya keras dari belakang saat Junghyun baru saja melangkahkan kaki melewati pintu kelas di bagian samping belakang, ia menoleh sambil menggosok kepalanya. Seorang anak lelaki botak berdiri dengan cengiran di bibirnya. "Kamu kemana aja? Minggu lalu aku menelponmu tau! Ibuku mengajak kita liburan ke pantai, kamu malah nggak di rumah!"

"Aku kerja!" jawab Junghyun sekenanya setelah ia rasa mendengar pertanyaan pria plontos itu dari sela-sela lagunya.

"Bohong! Aku tau kamu ngungsi dari penggemarmu!" ujar temannya yang lain yang duduk didepan bangku nya. "Tuh lihat, baru aja masuk, sassaeng nya udah bejibun didepan kelas! Ngeri~" tambahnya, kemudian kembali duduk menghadap ke depan, memunggungi Junhyung dan membuka majalah sepak bolanya.

Junhyung tak menghiraukannya, ia menggantungkan ranselnya di gantungan yang ada di meja, kemudian mengecek laci mejanya. Novel yang ia tinggalkan sebulan lalu masih ada disana dan.. sebuah gantungan kunci souvenir pantai dalam plastik transparan dan ujungnya diikat kertas kawat berwarna emas. Junhyung mengambilnya, memandanginya sejenak, kemudian menoleh ke arah Seunghyun, bocah botak yang tengah bergurau dengan seseorang yang duduk di bangku didepannya.

"Seunghyun-a, ini oleh-oleh dari mu?" tanya Junhyung sambil menunjukkan apa yang didapatnya.

Seunghyun terbengong sebentar, kemudian menggeleng. "Eomma beli kepiting dan cumi! Nanti malam mau dimasak dan kamu juga di undang! Aku ga beli oleh-oleh kayak gitu kok buat kalian.." jawab Seunghyun jujur, karena memang benda itu bukan darinya.

"Dari sassaeng mu kali Jun, soalnya aku liat tadi pagi ada yang masuk ke kelas dan memasukan sesuatu ke laci meja mu!" Minho yang semula sudah sibuk dengan majalahnya, kini kembali nimbrung. Junhyung memandanginya sejenak, kemudian memasukkannya lagi kedalam laci. Ini hadiah pertama yang ia dapat setelah liburan musim panas, setelah sehari sebelum liburan ia mendapatkan hadiah yang ke 53.

*

"Belum tau juga sapa yang ngasih itu?" tanya Minho setelah menenggak habis sekotak susu coklat dan membuang kotaknya asal ke bawah, entah bakal menimpa siapa di bawah sana (mereka sekarang lagi di balkon kelas).

"Lah.. kan kamu yang sering liat dia.." Junhyung balik nannya.

"Dia datang kayak maling tau! Pake masker, kupluk, sama jaket, dan setelah pulang sekolah aku nggak pernah liat ada anak cewe yang memakai barang-barang itu." jawab Minho jelas.

"Dari semua sassaeng mu, dia yang paling niat!" Seunghyun yang duduk di bibir jendela menambahkan. "Asal kamu nggak di teror aja sih ngga masalah! Soalnya fansgirl jaman sekarang suka serem!"

Minho melempar gulungan kertas bungkus permen karetnya ke Seunghyun. "Kayak kamu punya aja!" katanya, kemudian terkekeh. Seunghyun melompat turun, kemudian mencekik leher Minho dengan lengannya.

Junhyung mengacuhkan dua temannya itu, memandang ke bawah, ke halaman sekolah dimana banyak anak-anak yang berseragam sama dengannya entah melakukan apa disana. Dan ia mendapati seseorang tengah memandang ke arahnya, namun saat mereka bertemu pandang, orang itu segera bersembunyi, dan Junhyung tak bisa mengenali dengan benar siapa orang itu. Dan ia mengacuhkannya. Seperti biasa, ia selalu acuh terhadap apapun yang ia pikir tak menguntungkannya.

*

From:Minho
Bareng aku ke rumahnya Seunghyun ntar malem, aku tunggu di dekat minimart!

Junghyun menutup ponselnya kemudian mengantonginya. Menilik arlojinya sebentar, masih satu jam lagi dari jam janjian mereka. Junhyung melihat sekelilingnya, minimart tempatnya bekerja masih sangat sepi, ia pikir mungkin sebentar lagi tempat ini akan tutup, minimart kecil kotor dan peminatnya sangat sedikit. Kebanyakan orang hanya datang untuk menukarkan uang atau membeli barang seperti rokok dan permen karet. Makanya tak begitu banyak barang yang dijual disini.

"Hyeong, aku kedepan sebentar ya!" katanya pada seorang lagi yang kini tengah duduk menghadap ke televisi. Dia pemiliknya.

"Pergilah!" katanya tanpa perduli.

Junhyung keluar dari minimart ke gerobak kecil di sebrang jalan yang menjual banyak kudapan untuk mengganjal perutnya yang sudah lapar setengah mati. Ia membeli beberapa makanan dan bergegas kembali lagi ke tempat kerjanya. Namun sesuatu mencegahnya. Ia merasa seseorang mengikutinya. Junhyung menoleh ke segala arah, mencari siapa yang mengikutinya. Dan sekelebat bayangan seperti melewati matanya. Bukan sekelebat bayangan, tapi matanya menangkap sesuatu namun kepalanya bergerak terlalu cepat. Junhyung mengembalikan pandangannya ke arah ia melihat sesosok manusia itu.

"Siapa disana?" seru Junhyung, pada entah siapa yang ia rasa tengah mengikuti dan memperhatikannya. Namun ia tak melihat pergerakan sedikitpun di arah yang ia lihat. Junhyung mengalihkan perhatiannya lagi ke arah lain, dan tiba-tiba Junhyung merasakan sesuatu menusuknya, benda sekecil jarum, dan yang dirasakannya setelah itu hanyalah.. gelap.

*

"Harusnya kerjaannya udah kelar jam segini, tapi Junhyung belum nongol tuh!" ujar Minho pada Seunghyun melalui telepon. Sudah setengah jam ia menunggu temannya itu disana, namun ia tak muncul juga hingga Seunghyun menelponnya. "Ponselnya gabisa di hubungin juga!" tegas Minho.

"Low bat kali! Kamu cek sono di minimartnya! Sapa tau dia lupa!" Seunghyun memaksa.

"Iye iye pak bos! Aku tutup ya!" Minho mengantongi ponselnya, dan bergegas ke minimart meninggalkan vespa nya terkunci aman disana. Namun setelah masuk, ia hanya mendapati seorang pria 29 tahun berbadan gempal, dengan kacamata dan ramen cup di tangannya.

"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" tanya orang itu, wajahnya tampak sedikit sumringah ada orang yang mau datang ke minimart kecilnya itu.

"Yong Junhyung.. apa dia sudah pulang?" tanya Minho.

"Aku juga mencarinya! Sekitar beberapa jam yang lalu dia pamit keluar, tapi sampai sekarang belum kembali lagi." jawabnya. "Apa tak ada yang ingin dibeli?"

Minho terbengong sebelum akhirnya menggeleng dan keluar dari minimart itu dengan cepat. "Aku rasa ada sesuatu yang terjadi sama Junhyung!" katanya pada Seunghyun yang kembali dihubunginya melalui ponsel.

*

Junhyung akhirnya terbangun setelah cukup lama ia tak sadarkan diri. Ia bangun, membuka matanya sedikit yang segera menutup kembali setelah merasakan silau, matanya menatap langsung ke bohlam lampu di plafon ruangan itu. Ruangan. Junhyung baru tersadar ia berada didalam ruangan, dan ia tidak mengenal sama sekali tempat itu.

Ia beranjak bangun, namun ia tertahan oleh sesuatu, kedua pergelangan tangannya diikat dengan kain ke dua sisi tempat tidur, kakinya yang masih bersepatu juga diikat dengan kain di sisi bawah tempat tidur dengan terpisah. Ia memandangi semuanya bergantian, bagaimana dia bisa berada disini? Di sebuah ruangan yang ia pun tidak tahu ini dimana, di atas ranjang dan kedua tangan dan kakinya diikat hingga ia tak bisa bergerak. Detector detak jantung ada di meja di sisi kanan ruangan, beberapa kabel tersambung di urat nadinya. Tapi ruangan itu sama sekali tak tampak seperti rumah sakit.

Belum sempat ia menanyakan apapun, pintu, sebagai satu-satunya akses keluar dari ruangan yang tak ada jendela bahkan ventilasi sekecil apapun, terbuka, dan sesosok gadis dengan apron putih yang penuh dengan noda oli dan debu muncul membawa sebaki makanan yang tentu saja untuk Junhyung.

"Syukurlah kau masih hidup, aku takut dosisnya terlalu banyak.." katanya tenang. Sepertinya ia sedang menunggui orang sakit di rumah sakit dan melihatnya tampak sehat membuatnya bisa bicara setenang itu.

"Kau siapa?" gumam Junhyung geram, sekaligus ketakutan.

"Gwaenchana, Boram-ah.. kau sudah tahu ia tidak mengenalmu!" kata gadis itu pada dirinya sendiri, sementara tangan kirinya menyangga mangkuk bubur dan tangan kanannya memegang sendok, membantu Junhyung untuk memakannya. "Meogeo! Kau butuh banyak energi untuk proses setelah ini!" ujarnya lembut pada Junhyung. Nada bicaranya cenderung ceria, sepertinya ia menantikan sesuatu yang akan dilakukannya dengan Junhyung setelah ini sejak lama.

"Mau apa kau?"

"Sudah makan saja!" gadis itu mendorong sendok berisi bubur itu ke mulut Junhyung, namun ditepisnya hingga terjatuh, kakinya terjulur karena ikatannya terlepas saking kerasnya ia berontak dan berhasil menumpahkan semangkuk bubur di tangan gadis itu beserta nampan dan isinya yang semula berada di pangkuannya. Semuanya berserakan di lantai, membuat gadis bernama Boram itu terdiam sejenak memandangi semuanya. Ia berdiri, mendekati Junhyung, dan tamparan keras mendarat di pipi kiri Junhyung. "KAU..!"

Jantung Junhyung berdegub ketakutan, nafasnya tersengal, keringat mulai membanjiri dahinya, tangan dan kakinya gemetar, gadis yang pada awalnya terlihat sangat manis ini tiba-tiba menjadi menyeramkan.

"Kau ini siapa?" Junhyung akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, nadanya sangat lirih, ia takut jika ia bertanya dengan keras ia akan mati saat itu juga. (trus ceritanya abis deh #eh)

"Aku Jeon Boram! Aku yakin kau tak pernah sadar, seseorang yang selalu berjalan di belakangmu saat pulang sekolah, yang memperhatikanmu dari halaman sekolah saat kau duduk di balkon kelas, yang tak mengambil makan siang hanya agar kau bisa makan lebih, dan yang mengirimkan 53 hadiah saat sebelum liburan musim panas dan tak ada satupun yang kau ambil!" jelasnya panjang dengan wajah kesal. Tangannya merogoh saku celana di balik apronnya itu, dan mengeluarkan sesuatu. "Dan ini! Yang akhirnya kau tinggalkan juga dilaci mejamu itu!" Boram melemparnya kasar dan mengenai wajah Junhyung, kemudian jatuh di pangkuannya. "KAU BOCAH SIALAN!!" Boram menempeleng kepala Junhyung keras, "Kenapa aku tak bisa berhenti mencintaimu, kau bodoh!!!"

"M..mwo??" Junhyung terkesiap. Dia senang mendapat pernyataan cinta, namun ia pikir keadaan ini sama sekali tidak cocok dengan hal itu.

Gadis itu tak menjawab, ia menghapus air matanya sendiri, kemudian mengambil kain yang semula mengikat kaki kiri Junhyung dan mengikatkan kembali pergelangan kaki Junhyung dengan benda itu. "Kau tetap disini, aku akan membawamu keluar setelah ini! Kau tidak boleh kemana-mana!" katanya. Ia kemudian keluar dari ruangan itu setelah membisikan sesuatu yang cukup dapat didengar oleh Junhyung, "Mulai malam ini kau adalah milikku!"

*

Boram memasukan satu bagian terakhir kabel pada mesinnya, kemudian beranjak untuk menyalakannya, mengetes apakah benda yang baru selesai di buatnya itu bisa berfungsi dengan baik. Menyala. Beberapa lampu yang di pasang berpendar, dan terdengar lirih bunyi mesin yang bekerja. Dengan begini ia yakin alatnya akan berfungsi pada Yong Junhyung, yang merupakan alasan mengapa ia membuat alat ini. Mati-matian belajar soal mesin dan manusia, karena idenya untuk membuat seseorang bisa mencintainya dengan bantuan mesin. Dan kini alat itu sudah jadi.

Ia mematikannya kembali, menyeka peluhnya dengan lengannya yang menyisakan bekas oli di keningnya. Ia tersenyum simpul menghadapi hasil kerjanya. Saatnya dimulai, begitu pikirnya. Ia segera ingin membuat Yong Junhyung itu menjadi miliknya. Junhyung yang ia tahu tidak pernah mencintainya, bahkan melihatnya saja tidak. Membalas sapaannya pun sama sekali tak pernah dilakukannya. Bagi Boram, hanya ini satu-satunya cara, selain membunuhnya, kemudian membunuh dirinya sendiri untuk mengikutinya.

*

Junhyung masih sibuk memberontak, berusaha melepaskan dirinya. Keringat sudah membanjiri tubuhnya, namun ia tak berhenti berusaha, hingga ikatan di tangan kanannya akhirnya terlepas. Ia kemudian melepas ikatan di tangan kirinya, lalu di kedua kakinya. Ia turun dari ranjang itu, kemudian berlari ke arah pintu dan membukanya.

"Sudah kubilang kau tak boleh kemana-mana!"

"N..neo.."

"Iya, ini aku! Jeon Boram! Ingat! Jeon Boram!" katanya. "Hahh.. mungkin kukatakan seratus kalipun kau tidak akan tahu namaku saat bertemu lagi nanti! Karena kau takkan memanggilku!"

Junghyun terdiam. Bukannya takjub, yang ia pikirkan sekarang hanyalah cara melarikan diri dari hadapan gadis imut tapi menyeramkan ini.

"Kembali kesana!" Boram menginstruksikan, namun Junhyung tak bergeming. "Kau melawanku? Cepat kembali!!" Boram mendorong tubuh Junhyung hingga ia mundur beberapa langkah. Gadis itu mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya di balik apron kumal itu. Sebuah pistol yang entah didapatnya dari mana, kemudian mengarahkan mulut pistolnya pada Junhyung. "Kembali kesana atau ku tembak!?"

"Biarkan aku pergi!!!" Teriaknya. Ia kembali maju, hendak menghempaskan Boram dengan kasar agar ia bisa keluar dan lari dari sana, jika gadis itu tidak balik mendorongnya.

BANG!

Sebuah peluru sukses mendarat di kaki kiri Junhyung, meninggalkan bercak darah di lantai. Celananya berlubang dan sedikit tebakar. Ia jatuh di atas lantai kayu ruangan itu, tangannya memegang erat bagian kakinya yang tak tertembus peluru, ia berteriak memekakkan telinga. Terdengar sekali rasa sakitnya dari nada suaranya.

"ARRRGGGHHH!!!"

"Sudah kubilang kan.." tiba-tiba nada bicara Boram melemah, ia menurunkan pistolnya, tangannya begitu lemas hingga ia menjatuhkan benda berwarna hitam itu di lantai. Boram berlari ke arah Junhyung, kemudian memeluknya. Ia menangis. Ia menyesal melakukan itu pada orang yang dicintainya, tapi jika tidak begitu, Junhyung akan lari, dan kemungkinan untuk mendapatkannya kembali akan sangat sulit.

"Mianhae.. bukan maksudku untuk menyakitimu, Junhyung-a.." Boram terisak, tangannya melingkar di leher Junhyung, memeluknya erat, sementara Junhyung mengerang kesakitan. "Tolong turuti aku jika kau tidak mau seperti ini.. aku akan melepaskanmu nanti jika kau mau menuruti apa kataku.." katanya. Pelan, ia melepaskan pelukannya, menyeka air matanya, kemudian memandang Junhyung lekat. "Kau mau menuruti apa kataku?"

Junhyung ragu, namun demi keselamatan dirinya, ia akhirnya mengangguk kecil.

"Jhoa!" Boram mendekat, mengecup pipinya pelan, kemudian beranjak. "Kita bereskan lukamu dulu! Kita harus keluarkan peluru dari kakimu!"

*

Setelah lukanya di bersihkan dan dibalut dengan kain, Boram membawa Junhyung ke sebuah ruangan besar yang bentuknya seperti pabrik, karena banyak sekali mesin di dalamnya, namun semuanya sudah usang dan tidak dapat dipakai. Di dalam bekas pabrik itu ada satu bagian yang kosong, dan disana terdapat satu buah mesin buatan Boram. Kursi dengan banyak bagian mesin pengendali, dan Junhyung di dudukkan disana. Laki-laki itu diam, wajahnya ketakutan, ia menurut saja dengan apa yang dikatakan Boram padanya.

Boram memasangkan pengikat tangan, kemudian pergelangannya di tempeli semacam kabel, begitu juga tangan kirinya. Kakinya dikunci dengan besi berbentuk bulat agar ia tidak lari. Boram membuka kancing kemeja Junhyung dan memasangkan beberapa kabel dengan tape di dadanya. Di keningnya di tempeli juga beberapa, dan Boram siap mengaktifkan mesinnya.

"Saat kau terbangun nanti, yakinkan aku bahwa kau juga mencintaiku Yong Junhyung!" ujar Boram sambil menatap laki-laki itu lekat. "Aku, Jeon Boram! Satu-satunya gadis yang kau cintai!"

Junhyung menarik nafasnya berat. Ia takut sesuatu akan terjadi padanya setelah melihat apa yang dilakukan padanya, dan kata-kata yang baru saja ia dengar dari gadis itu. Ia yakin setelah ini ia tidak akan baik-baik saja.

"Nantinya hanya aku gadis yang kau perhatikan, kau hanya akan mendengarkanku, kau akan membalas sapaanku dengan tulus, saat aku dibelakangmu kau akan berbalik dan menyapaku, kau akan menerima hadiahku dan makan siang bersamaku di kantin sekolah!" Boram tersenyum senang membayangkan jika apa yang dilakukannya ini berhasil. "Saranghaeyo, Yong Junhyung!"

Boram beranjak, ia menjauhi Junhyung, mengambil tombol kendalinya. Menarik nafas sejenak, kemudian mulai menghitung agar Junhyung bisa sedikit mempersiapkan diri dan perasaannya. "3.. 2.. 1.."

NGUUUUUNGG!

Mesin mulai bekerja, semuanya lancar, lampunya berpendar, mesinnya tampak bekerja dengan baik, seperti apa yang ia inginkan. Sampai sebuah kesalahan kecil membuat masalah disana. Tubuh Junhyung mulai bergetar, daya listriknya terlalu besar. Tubuh Junhyung terbanting-banting di atas kursi. Erangan-erangan keras dan melengking terdengar. Wajah Junhyung mulai memerah, urat nadinya tampak menonjol keluar.

Boram menyadari ada kesalahan disini, namun ia tak bisa berpikir bagaimana ia akan menyelesaikannya. Ia hanya berdisi di hadapan Junhyung, kedua tangannya memegangi kepalanya dengan kuat, ia berteriak-teriak memanggil nama Junhyung, meski ia tahu hal itu tak bisa menyelamatkannya. Ia mulai menangis dan berteriak terus menerus. Sementara Junhyung berjuang dengan hidup matinya. Tubuhnya terus bergetar-getar dan terbanting-banting di atas kursi itu, jika tidak diikat, mungkin ia sudah terlempar.

"JUNHYUNG-A!!!" Boram berteriak depresi.

DHUARRR!!!

Asap mengepul dari hadapanya. Mesin itu baru saja meledak. Junhyung tidak terkena langsung ledakannya, namun listrik daya besar yang mengenainya cukup untuk membuatnya sekarat. Tanpa berpikir ia berlari ke arah Junhyung, melepaskan semua yang mengikatnya. Beberapa bagian tubuhnya membiru, dan sepertinya terjadi pendarahan dalam ditubuhnya. Detak jantungnya sangat lirih, nafasnya pun tak terasa.

"JUNHYUNG!!! BANGUNLAH!! KAU SIALAN!! JIKA TAK BANGUN JUGA AKU AKAN MEMBUNUHMU!! YONG JUNHYUNG!!!" Boram berteriak kesetanan. Wajahnya sudah penuh dengan air mata. Tangannya terus menggoyangkan tubuh Junhyung, dan bibirnya terus meneriakkan namanya.

*

4 month later

"Kau baik-baik saja?" tanya seorang laki-laki dengan seragam sekolah ber name tag Choi Minho itu pada seorang gadis yang duduk di balik kaca di hadapannya dengan tangan terikat di badannya.

"Dia baik-baik saja?" gadis itu malah balik bertanya.

"Masik koma!" Minho melepas nafas pendek. "Sudah kubilang kau tak boleh melakukannya!"

"Kau tak tahu perasaanku, Minho!"

"Jeon Boram!!" Minho berteriak. "Bukan begini caranya untuk membuat seseorang mencintaimu!"

Boram terdiam, dan sedetik kemudian air mata mulai meleleh di wajahnya. Ia terisak. "Aku mencintainya.." bisiknya lirih. Ia menyesal karena kini harus mendekam di ruang tahanan khusus karena tuduhan percobaan pembunuhan, akibat sifat psyconya. Jika ia mendengarkan apa kata Minho, mungkin ia tidak akan berada disini dan Junhyung tidak akan sekarat.

Minho hanya bisa diam dan menatap Boram dengan tatapan penuh simpatinya.

***END***

HUAHHH!!! begimana sodara-sodara?
Moga anehnya nggak parah-parah banget yaa~ xO

-Keep Shine Like HIKARI-

15 comments:

  1. psyco bgt...serem boramnya
    tapi endingnya kok berasa nggantung ya???

    keep writing..dan tunggu aku kkkk

    ReplyDelete
    Replies
    1. sengaja tak bikin gitu sih~ kkk :p
      berasa ga feel nya?

      makasih dah baca btw^^

      Delete
  2. kali ini saya akan sampaikan sebuah kejujuran ... siap" , pegangi dadamu (?)

    membosankan ,, karena ? gw udah tau nih mv fan , kedua ga greget , ketiga terlalu banyak percakapan yg tidak terlalu penting , mungkin bisa diungkapkan dr sudut pandang narator saja .

    tantangan ni ,, bikin oneshot yang simpel aja , tapi itu bener" ngena bagi stiap pembaca ... maav ya kalo komen gw kali ini rada "panas" . kalo dirasa ga sreg yaaa abaikanlah , this is not a big problem =)

    as u said , keep writing .

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah kan.. udah gw sangka sebelumnya jadi gw gakaget~ kkk
      ok deh.. makasi udah baca^^

      Delete
    2. well gpp , itung" refreshing ... ngluarin uneg" kan ga salah

      Delete
    3. uneg2? jangan2 lu lagi pms trus lu bawa kesini? kkk

      Delete
  3. wuihhhhhh boramkuh D: <-- komen ga mutu xD

    ReplyDelete
  4. hoyoh.. Kykny bakal bnyk ne comment guw.. Siiijaaak..
    1. Kadang ada Percakapan lu gue trus jd aku kamu.. Ga konsisten.. Mending pake aku kamu aj kalo lu gue th rada ga nyaman aj pas ngbcanya.. Ga biasany km bkin ff pake lu gue..

    2. typo evrywhere .. Lumayan bnyk typo.. Kurang fokus pas last editing yah..

    3. Genre ini namany fetish, bondage and sadomasocism.. Ak ga prcaya km punya ide se psyco ini.. Ckck *ini pujian lho*

    4. Jd conclution yg guw ambil dri crita ini : minho yg ngebantu boram untuk nyekap junhyung? Tpi pas d atas knapa dy nelpon tabi bilang ga nemu junhyung kmana.. Jd trksan minhony munafik.. Haha..

    5. Tumben tabi cma jd figuran.. Kyahaha..

    overall guw suka pas part bondage and fetishny..

    n.b. kalo ga tau fetish, bondage, and sadomasocism cek wiki aj

    ReplyDelete
    Replies
    1. komenmu membangun sekali~ *nangis terharu*

      iya nih, ak sendiri jg ngerasa ga konsisten~ hahaha :p okedeh, bakal di koreksi besok ya~^^
      typo is my midle name -____- bukannya ga fokus pas edit, emang ga tak edit~! HAHAHA *penulis gagal*
      oh.. itu namanya? *nambah pengetahuan*.. beneran lho itu idenya aku sendiri yang mikir *pas lagi gatau kenapa dengerin FAN berulang-ulang* ..makasi deh di puji~ kkk
      sebenernya.. minho ga bantuin apa2.. cuma dia udah tau.. hehe

      MAKASI BANYAK! ^^/

      Delete
  5. Boram menempeleng kepala Junhyung keras, "Kenapa aku tak bisa berhenti mencintaimu, kau bodoh!!!"

    bagian itu buat saya senyum2 ngabayangin Jun di tempeleng hahaha~

    well, ceritanya menarik! Tapi Feel nya saya kurang dapet..karena gak terlalu kenal Boram, tapi kalau tadi castnya Jiyeon feelnya dapet banget! anyway serem si boram suka sama orang kelewat batas. Tapi wait, bang TOP botak? hhh
    Trus, si minho dari awal udah tahu kalau Boram itu suka sama Jun? tapi kok gak di kasih tahu sama minhonya?



    oh ia, kemarin saya sapa onni di twitter tapi gak ada balesan --" padahal kemarin nanya sambungan CREW.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha.. ati2 ntar di sangka miring mesem2 sendiri~ kkk

      aku ambil boram soalnya dia imut banget~ cuma punya obsesi kegedean, jadi ga disangka kalo orang seimut dia bisa ngelakuin itu sih~ hhe..
      ya kalo gitu dibayangin itu jiyeon aja~ :p
      iya, kyk jaman dia di MV lies ama always itu lho botaknya :)
      minho tau, soalnya dia mergokin boram.. cuma dia bungkam..

      uname mu siapa nak? gaada mensyen masuk nanyain crew lho..
      twit mu di lock ga? klo di lock mensyenmu pastinya gabisa masuk ke aku~ ><

      makasih btw^^

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete
    3. LOL

      orang imut itu kadang2 perlu di curigai (?)
      plontos toh, saya kirain botak kaya biksu2 gitu haha
      Minho mah memang suka diam-diam =_=

      nanti saya mention lagi :)

      Delete
    4. beware! hahaha
      iya.. kayak di I AM SAM itu..^^
      minho kan patung.. #eh *dijedotin tiang gawang* kkk

      Delete