Saturday, June 23, 2012

CREW 2 -Rumors Spreading-

Saya memikirkan banyak jalan cerita bisa terjadi disini, itulah kenapa dari kemarin ragu buat nerusin baiknya gimana cerita ini harus di buat.
Tapi akhirnya saya mengukuhkan hati.. ntar baca sendiri yah~ hha
Yang jelas cerita ini ga bakal pendek, mungkin bisa lebih panjang dari FF paling panjang yang pernah saya bikin..
Dan mungkin sedikit melenceng dari rencana awal~ kkk *sedikit doank~!*
Maap buat yang udah lama nungguin^^
Hope y'all enjoy it!

CREW
-Rumors Spreading-


Story by : LIGHT a.k.a C Drago

Cast : Woo Jiho (BLOCK B Zico), Song Joongki, Choi Seunghyun (BIGBANG TOP), Jang Hyunseung (BEAST Hyunseung), Yong Junhyung (BEAST Junhyung), Lee Jinki (SHINee Onew), Kwon Jiyong (BIGBANG G-Dragon), Kim Soohyun, Kim Kibum (SHINee Key)

Suported Cast : Park Jungsoo sonsaengnim (Super Junior Leeteuk) *mungkin bakal sering muncul nantinya)

Rate : tebak sendiri (alibi ga ngerti gituan)

Genre :Shonen

Length : tunggu sampe tamat baru tau ntar~

Summary : Woo Jiho, anak korea yang baru balik setelah lama tinggal di California, masuk ke SMA Yeongang sebagai siswa baru karena dia tertarik sama film CROWS ZERO. Dia ingin punya teman-teman seperti yang ada di CROWS ZERO itu, kelihatan keren. Tapi sepertinya keadaan yang diinginkannya sama sekali tak bisa direalisasikan disini. Hampir seluruh siswa disini terliat niat sekolah dan muka bandel sulit untuk di temukan. Selain itu yang terjadi adalah Jiho di hujani rumor-rumor tak enak yang entah didapatkan siswa sekolah itu dari mana.

[CHAP1]

*betewe, ijin repost boleh asal kasi sumber lengkap sama foto penulisnya~ [SAYA] #pedeakut ..tapi jangan di bajak! saya bisa nangis kalo itu kejadian~ T_T.. nanti pelakunya saya telen idup-idup lho~ ._.*

P.S : maap kalo englishnya ada yang salah gramar~!! hh

===============CHULBALLLLL!!!!===============
CTIK!

“Sudah kau temukan anakku?” seorang pria setengah baya bertanya disertai suara pematik api yang menyulut pipa tembakaunya. Ia kemudian berdiri dan berjalan mendekati foto besar di salah satu sisi ruangan besar itu. Foto anaknya ketika berumur 12 tahun. Sebelum ia melarikan diri.

“Maaf, belum sajangnim..” laki-laki berumur sekitar 15-16 tahun menjawab dengan menundukkan sedikit kepalanya.

Pria setengah baya itu menghembuskan sedikit asap dari mulutnya. “UHUK! UHUK!”

Sajangnim!”

Gwaenca.. UHUK! Gwaenchanayo.. hahh~ aku memang sudah terlalu tua untuk merokok..” pria itu meletakkan pipanya asal ke meja yang ada di dekatnya, kemudian mengangkat tangan kanannya untuk mengusap foto anak semata wayangnya itu. “Itulah mengapa kamu harus menemukannya secepat mungkin, Kibum-ah..” katanya dengan senyum ramahnya. “Walaupun ia tak mau mengambil alih pekerjaanku, paling tidak aku ingin bertemu dengannya sekali saja..”

Sajangnim..”

Pria itu berbalik. “Ya! Sajangnim sajangnim terus! Liat ini jam berapa heh? Kamu nggak sekolah?” serunya.

Kibum tersentak, kemudian melihat jam dinding yang menempel di salah satu bagian ruangan itu. Bila tidak cepat, ia akan terlambat. Ini hari keduanya masuk ke sekolah, ia tak mau di cap sebagai siswa pemalas gara-gara itu. “Ah.. Umh..Cwesonghamnida sajangnim, annyeongi gyeseyo~!” tanpa mengatakan apapun lagi ia bergegas keluar dari ruangan tuannya itu. Pria setengah baya tadi terkekeh, "Kenapa minta maaf?" gumamnya geli. Ia tersenyum tipis dan kembali memandang ke arah foto besar tadi. Ia sangat merindukan bocah didalam foto itu.

*

Suara debam keras pintu terdengar berulang kali di sebuah ruang kelas kosong yang sudah tak terpakai lagi di salah satu sudut sekolah itu. Jiho berada disana, mencoba memaksa untuk membuka pintu yang terkunci itu. Meski ia tahu pintu itu tak akan bisa dibuka, tapi siapa tahu ia bisa merusaknya dan mengambil apa yang ingin di ambilnya sekarang. Sesuatu yang sangat berharga.

Anggapan menakutkan tentang Jiho langsung bertambah. Siswa-siswi yang melewatinya berusaha untuk jauh-jauh darinya. Penampilan Jiho sudah terlihat menyeramkan, ditambah perlakuan kasarnya terhadap pintu yang tak berdosa itu. Dan rumor pun makin berkembang tak tentu arah. Tapi bocah ini masa bodoh dengan itu, yang penting ia bisa membuka pintu ini. Dan disaat itulah pangeran berkuda putih(?) nya datang. Oke, nggak selebai itu juga sih.

“Udah aku tebak kamu pasti bakal kesini pagi-pagi!” dengan senyum ramah nan lebarnya Jinki menyapa Jiho dengan cara yang tak biasa. “Baju mu sampe bau!” Jinki berkomentar lagi. Basa-basi. Dan sama sekali nggak memperhatikan bagaimana siswa-siswi yang melewati mereka mengagumi keberanian Jinki bisa ngomong sama anak yakuza (-___-) itu.

Jinki membuka kunci pintunya dan mempersilakan Jiho masuk. Koper itu masih ada disana, dan semua peralatan Jiho. Mungkin gara-gara koper berharganya itu tertinggal, dia jadi nggak ganti.. err.. oke, nggak usah di bahas. “Lain kali hati-hati jangan sampe kelupaan! Untung gue jujur orangnya!” Jinki nyombong.

Tapi ga tau Jiho nggak tertarik dengan show of nya bocah sipit itu, atau karena dia keburu menyelesaikan urusan lainnya, Jiho nggak tertarik menanggapinya. Ia mengambil koper itu dan bergegas. Namun sebagai junior yang baik, ia tak lupa berterima kasih pada Jinki yang sudah baik hati membukakan pintu ini untuknya.

“T-thanks..” katanya.

“Umh!” Jinki mengangguk mengiyakan. “Lain kali kalau ada masalah, kamu bias ngobrol sama aku! Mungkin soal sekolah ini!” katanya. Jiho hanya mengangguk, berusaha tersenyum, tapi ragu, kemudian bergegas meninggalkan ruangan itu dan pergi entah kemana.

Sementara Jinki tak tahu bahaya tengah mengancamnya setelah ini. Seseorang mengapit lehernya dari belakang dengan satu tangannya, membuat nafasnya sesak sejenak. Dan tanpa harus melihat siapa dia, bocah itu sudah tahu siapa tersangkanya. “YA! YONG JUNHYUNG!”

“Siapa tuh?” nggak memperdulikan penderitaan(?) Jinki, Junhyung malah nanya hal lain. “Murid baru yang dibilang yakuza itu ya?”

“Lepasin tangan lo heh! Gue kecekek!” dan akhirnya Junhyung melepaskannya. Jinki mengusap lehernya sejenak, memandang sebal kearah Junhyung. Gara-gara kutukan gurunya dia jadi seperti ditakdirkan bersama bocah ini terus. “Woo Jiho namanya!”

“Jadi dia yakuza?”

“Tauk! Gue mau ke kelas, gue yang piket ni hari..” Jinki berlalu tak mempedulikan Junhyung yang masih melihat ke arah Jiho yang celingukan entah ngapain.

Sesaat kemudian Junhyung sadar ia harus melakukan sesuatu, ia berbalik, kemudian mengejar Jinki yang sudah berlalu mendahuluinya. “YA! Sipit! Gue juga piket bareng elu! Pinjemin gue PR matematika yaa!!” teriaknya, kemudian merangkul teman sekelasnya itu setelah berhasil menyamai langkahnya.

Sementara itu Jiho masih sibuk celingukan kesana-kemari entah mencari apa. Tangannya menyeret-nyeret kopernya, dan lagi-lagi hari ini dia nggak bawa tas sekolah dan buku-buku sekolahnya. Yang selalu nggak lupa dibawanya adalah poster film kesayangannya itu.

Namun saat sampai di samping sebuah ruangan dan dia mendengar sesuatu, Jiho berhenti dan sejenak melupakan tujuan sebenarnya. Ia mendekat ke arah pintu, kemudian melihat dari kaca transparan yang berada di pintu. Seseorang tengah melakukan sesuatu disana. Bernyanyi? Ia tidak yakin. Jiho membuka pintunya, dan sejenak dentuman suara music bergaung keluar ruangan. Dan terdengar suara bocah yang tengah dilihatnya itu melantunkan rapp yang liriknya tak pernah di dengarnya. Apa dia seorang MC?

Merasa seseorang tengah memperhatikannya, pria dengan jas seragam yang sama dengan Jiho itu berbalik, dan mendapati Jiho tengah terbengong memperhatikannya. “Oh! Are you.. the Californian kid?” Tanya laki-laki MC itu, namun berkat musik yang cukup keras itu Jiho nggak mendengarnya sama sekali.

Ya?”

“Ah.. jamkanmanyo!” bocah MC itu mematikan musiknya, kemudian kembali pada Jiho. “Kau Woo Jiho murid baru dari California itu?” Tanya bocah itu lagi.

“Oh.. yes!” jawabnya singkat.

“Ah.. nice to meet you!” MC itu tersenyum lebar. “Aku Kwon Jiyong! Penyiar radio sekolah! What r u doin here, by the way?”

Sesaat Jiho teringat pada apa yang menjadi tujuan awalnya dating ke sekolahnya pagi-pagi. “You know where the rest room is..?”

“Oh.. lurus saja, belok ke kanan di bawah tangga!” Jiyong menunjukkan arah.

“Oh, ok~! Thanks!”

Your welcome!” Jiho berlalu, tak lupa membawa kopernya, sementara Jiyong memperhatikan bocah itu pergi ke arah toilet. “Kenapa dia bawa-bawa koper ke sekolah?” Jiyong berpikir sejenak, kemudian menyimpulkan sendiri. “Mungkin di California style anak sekolah kayak gitu ya? Ck..” Jiyong menaikkan kedua alisnya, kemudian kembali masuk, menutup pintu dan meneruskan apa yang menjadi kegiatannya semula.

*

Jiho masuk kedalam toilet. Sepi, terang saja, ini masih pagi. Tak seorangpun berada disana, hanya sesekali terdengar suara titik air jatuh ke salah satu wastafel. Kran itu tak nggak bisa mati dengan sempurna. Jiho mengambil peralatan mandinya, oke, hanya sikat gigi dan pasta giginya. Setelah menuang(?) pasta gigi di atas sikatnya, Jiho mulai membersihkan giginya. Dan tak lama seseorang masuk kedalam kamar mandi itu dengan tergesa-gesa. Setelah menutup pintu, ia bergegas ke deretan kloset untuk buang air kecil dan segera melaksanakan tugas sucinya disana. Tak lama, ia selesai, beralih ke wastafel untuk mencuci tangan. Sesekali melirik Jiho. Jiho balik meliriknya Mereka lirik-lirikan(?).

Usai mencuci tangan, bocah itu ingin bergegas pergi, namun perhatiannya di alihkan oleh koper besar di sebelah bocah itu. Dan kini ia tahu siapa laki-laki ini. “Whoaaa! Kamu Yakuza.. ahni..” ia berhenti sejenak, berdeham sejenak, dan raut wajahnya berubah jadi sok keren. “Yu ar the boi from California yah?” katanya sok bahasa inggris tapi logatnya medok korea. Karena Jiho lagi sikat gigi, dia cuma bisa mengangguk mengiyakan.

“Wae yu bawa-bawa.. aish~ gimana ngomongnya?” gumamnya sendiri. Bingung, nggak bisa basa inggris tapi pengen ngomong inggris. Tapi akhirnya dia nyerah. “Ok, nais to mit yu deh!” ujarnya, kemudian berlalu.

Jiho sebenarnya tau apa yang pengen di tanyakan bocah laki-laki tadi, tentang kopernya. Dia sendiri sebenarnya juga merasa aneh bawa-bawa koper di sekolah. Tapi apa boleh buat, dari pada nanti kelupaan lagi dan dia gabisa ganti baju seharian kayak kemaren. Mending malu dikit bawa-bawa koper begituan.

Belum lama orang tadi pergi, dan Jiho juga belum kelar sikat gigi, tiba-tiba ada yang gedobrakan dari luar, masuk ke toilet. Orang yang sama dengan sebelumnya. Dia berhenti sejenak di belakang Jiho. “Sori ngagetin! Tugas suci dateng nih!” ujarnya, dan bergegas masuk ke salah satu stall. Jiho mengernyit, namun tak memperdulikannya dan melanjutkan kepentingannya sendiri.

*

“Choi Seunghyun!”

“…”

“Choi Seunghyun??”

“…”

“Bocah itu nggak datang hari ini? Seunghyun-a??” Park sonsaengnim mengedarkan pandangannya ke seantero kelas. “Nggak ada yang tau dia kemana?”

“Toilet pak!” salah seorang dari siswa kelas 3-D itu berseru. “Jinjja?” Siswa yang lain mengangguk, dan tak lama pintu kelas di bagian samping belakang terbuka, dan seorang siswa bertubuh tinggi dan botak 3 cm itu muncul sambil memasukkan ujung kemeja seragamnya kedalam celana. Seluruh kelas memandang ke arahnya, hingga membuatnya bengong. Dan sesaat kemudian nyengir lebar dan dengan bodohnya mendadahkan tangannya ke arah teman-temannya itu.

Yha! Cepetan duduk!” dengan berbisik, Hyunseung menginstruksikan Seunghyun kembali ke bangkunya.

“Oke, Seunghyun masuk!” Park saem mencentang daftar hadir Seunghyun, dan berlanjut memanggil siswa yang lain. Seunghyun duduk ke bangkunya yang bersebelahan dengan Hyunseung di bagian belakang kelas, terpisah oleh gang kecil yang memisahkan setiap bangku siswa.

“Ngapain lama banget ke kamar mandi?” bisik Hyunseung kepo.

“Biasa, ada tugas agung yang mesti gue selesaikan! Agak susah, makanya gue agak kelamaan di dalem!” jawab Seunghyun, bikin Hyunseung sedikit merasa jijik dengan pembicaraan ini, dan memilih mengalihkan perhatiannya pada gurunya yang masih mengabsen siswa di kelasnya itu.

“Lu tau si murid kelas satu yang dari amrik itu ga? Masa dia ke sekolah bawa-bawa koper!” Seunghyun bisik-bisik lagi ke Hyunseung, kemudian terkekeh. Hyunseung nggak terlalu merespon, hanya melirik Seunghyun sedikit. Penasaran, tapi takut sama Park saem. “Tauk dah disono dia di ajarin apaan..” dan sebelum ceritanya sempat diselesaikan, potongan kecil kapur tulis mendarat di jidat Seunghyun. Meninggalkan titik kecil berwarna putih disana.

“Mau ngobrol, keluar!” teriak Park saem. Seunghyun segera berdiri dan hendak keluar, namun dengan cepat Park saem bicara lagi. “Gue salah ngomong nih.. Seunghyun! Duduk! Gaboleh keluar dari kelas sama sekali sampe jam pulang sekolah!”

“Yah saem~!” Seunghyun protes.

“Diem duduk! Atau nggak boleh keluar kelas sampe besok pagi?” dan akhirnya Seunghyun memilih duduk dengan tenang di bangkunya.

*

Seperti setiap harinya Joongki berdiri di samping jendela sambil memperhatikan halaman sekolahnya diluar sana, bocah yang kemarin dilihatnya disana tak ada dimanapun. Mungkin ia ada di kelasnya, Joongki tak tahu. Tapi sesaat ia merasa aneh dan janggal. Biasanya seseorang selalu menyela dalam kegiatan melamunnya, tapi hari ini bocah itu tidak muncul.

Joongki menoleh memperhatikan ke arah pintu masuk kelasnya. Hanya ada beberapa bocah tengah bersandaran di pintu sambil mengobrol, dan fans ssasaengnya yang sesekali mengintip dari pintu, kemudian bersembunyi di balik tembok (dan bisa dilihat dari jendela) mereka melonjak-lonjak kegirangan setelah sempat kontak mata dengan Joongki. Mungkin ia tidak datang, pikir Joongki. Namun sebelum ia sempat membuang pandangannya keluar jendela lagi, Hyunseung masuk dengan cepat, membawa dua kotak nasi yang kemarin dibawa oleh Seunghyun ke kelasnya.

“Balikin ini!” sebelum Joongki sempat bertanya, Hyunseung sudah menjawab cepat. “Dia lagi di hukum Jungsoo nggak boleh keluar kelas sampe pulang nanti!” Hyunseung seperti sudah mengerti apa yang bakal di tanyakan Joongki padanya. Tatapannya menyaratkan itu.

Keurae?” Joongki terkekeh, kemudian mengembalikan pandangannya keluar jendela.

Hyunseung meletakkan dua kotak makan itu diatas meja Joongki yang lagi-lagi sudah dipenuhi banyak sekali kotak makanan baru. Meski Joongki nggak pernah memakan pemberian fans-fansnya itu *karena nggak mungkin juga dia menghabiskan hampir 20 kotak dalam satu kali makan siang*, tapi cewe-cewe itu tetep tak gentar memberikan sebegitu banyak makanan untuk Joongki. Heran.

“Gila fans lo..” gumam Hyunseung, Joongki hanya tersenyum mendengarnya. “Gue ambil satu ya!” ujar Hyunseung kemudian mengambil salah satu kotak yang paling menarik perhatiannya. Satu kotak makan paling besar yang ada di tengah-tengah ber belas-belas kotak makan itu. Hingga menjatuhkan beberapa kotak yang di atasnya. Setelah berhasil mengambilnya, ia kembalikan kotak-kotak makan itu dengan asal ke tempatnya, kemudian berjalan mendekati Joongki dan berdiri di sebelahnya.

“Gue tebak lo lagi kangen sama Seunghyun..” Hyunseung ngawur.

“Lu pikir gue homo?” keduanya terkekeh.

“Lo ga bosen apa bediri mulu disini, udah kayak pangeran nyari putri mahkota aja!” komentar Hyunseung. Dan lagi-lagi Joongki tersenyum lebar, berefek pada fans ssasaeng nya pada pingsan bahagia semua, dan jadi menuh-menuhin lorong depan kelas Joongki. “Sekarang gue tebak, lu lagi nyariin bocah California itu kan?” Joongki tersenyum lebar. Hyunseung menebak dengan akurat. “Lu punya rencana apa sama bocah itu?”

Joongki melirik Hyunseung, menaikkan sebelah alisnya. “Rencana apaan?”

“Dipikirnya gue nggak tau isi otak lo?” namun Hyunseung nggak meneruskan tebakannya. Dari pada menebak, ia lebih tertarik mendengar sendiri dari Joongki. Tapi sepertinya bocah itu nggak ingin memberitahukan isi pikirannya. Atau memang dia nggak punya rencana apapun?

Hyunseung melihat ke luar jendela yang sama dengan Joongki, menyandarkan kedua tangannya disana. “Seunghyun bilang dia abis liat itu bocah di toilet tadi pagi, bawa-bawa koper!” ujar Hyunseung. Joongki melirik ke arah Hyunseung, tertarik dengan ceritanya.

“Ngapain?” Joongki geli.

“Tau, sebelom Seunghyun kelar cerita, dia di teriyakin Park Jungsoo!” Hyunseung terkekeh. “Dia beneran nggak keluar dari kelas, padahal gue tau Jungsoo cuma nggertak aja! Mau dia keluar sekolah juga gue tebak Jungsoo ga bakal peduli! Tapi..” pembicaraan Hyunseung malah beralih pada Seunghyun.

“Kayak ga kenal Seunghyun aja sih!” komentar Joongki. Hyunseung ngangguk-ngangguk. Dia tau betul gimana temannya itu. Begitu juga dengan Joongki. Namun bocah tampan itu kini lebih tertarik dengan mengapa anak baru dari California itu ke sekolah bawa-bawa koper? Apa karena dia ke sekolah lupa bawa ransel?

Namun sepertinya hal kecil begitu saja bisa membuat rumor di sekolah bertambah buruk. Terutama di kelas dimana Jiho berada. Jiho tak keluar dari kelas hari itu. Ia tidak ingin orang-orang aneh yang menebar pandangan takut padanya itu akan menggeledah isi kopernya dan membuatnya berantakan nantinya. Tapi sebenernya gimana mau nggeledah, orang noel aja takut. Tapi tetap aja Jiho nggak bergerak seincipun untuk pergi dari bangkunya. Ia diam disana dengan pandangan mengarah keluar jendela kelas, entah apa yang dilihatnya disana.

Sementara rumor itu makin nggak jelas jluntrungannya. Gara-gara koper yang di bawa-bawa Jiho. Ada yang bilang itu koper isi senjata yang akan digunakannya untuk menyerang sasarannya. Ada juga yang bilang koper itu berisi berkas-berkas rahasia jaringan mafia yang dia pimpin. Ada juga yang bilang koper itu berisi korban yang udah berhasil dia takhlukan, makanya dia nggak mau meninggalkan kopernya itu meski sebentar. Makin lama rumor itu makin nggak jelas. Tapi Jiho nggak mau tau atau emang nggak paham kalo dia di takutin, juga ga tau. Namun sepertinya, rumor itu juga nggak ngefek ke dua orang yang dari kemarin duduk di bangku di depan Jiho dan di sebelahnya. Mereka malah asik dengan kegiatan masing-masing seperti biasanya.

“Mereka kayak emak-emak deh! Ngegosip mulu!” salah satu dari dua siswa itu yang berambut blonde mencibir kesal, kemudian meletakkan pensilnya setelah selesai menggambar sesuatu. Dia mengubah posisi duduknya menghadap kesamping, kemudian menoleh ke arah Jiho. “Lu nggak sebel apa di tuduh macem-macem sama mereka?”

Jiho ngerasa di ajak ngomong, noleh, tapi nggak tahu bocah blonde itu barusan ngomong apa. “Ya?” katanya.

Bocah blonde yang duduk di depannya itu mendengus, dan nggak berniat meneruskan pertanyaannya lagi. “Gue Kim Kibum by the way!” katanya pada Jiho.

“Oh! Woo Jiho!” Jiho membalas perkenalannya.

“Dia Kim Soohyun! Dia emang agak aneh dikit orangnya, kadang otaknya nggak tau di simpen dimana! Tapi dia baik!” ujar Kibum lagi, memperkenalkan bocah yang kini tengah membaca novel psikologis di bangkunya yang ada di sebelah Jiho. “Soohyun-a!”

Soohyun mendongak. “Ne?” Kibum melirik ke arah Jiho, dan Soohyun mengikutinya, kemudian tersenyum lebar. “Oh, aiyem Kim Soohyun imnida! Bangapseumnida!” ujarnya ceria, namun membuat Kibum menepukkan tangan di jidatnya.
“Woo Jiho!” Jiho memperkenalkan diri lagi.

“Ngomong-ngomong, Jiho-yah! Kenapa bawa-bawa koper kesini?” Tanya Kibum mengalihkan pembicaraan. Jiho mengembalikan pandangannya dari Soohyun ke Kibum, kemudian ke kopernya.

“Barang-barangku! Kemarin aku titipin dan lupa aku bawa pulang!” jawab Jiho jujur.

“Pantesan! Gue pikir style di California, sekolah bawa-bawa koper!” Jiho cuma nyengir aneh denger pembicaraan Kibum. Sekolah di Negara mana yang stylenya bawa-bawa koper. Kayaknya ga ada deh!? “Lu tau ga sih, mereka bilang didalem koper lo isi mayat!”

Jiho menaikkan sebelah alisnya. Bingung. “They said that inside your suitcase is a corpse! Nggak masuk akal banget tau!”

Jiho mencondongkan sedikit badannya kedepan, mendekat ke arah Kibum. “Kalo ternyata bener didalam koperku isinya mayat gimana?” bisiknya.

“HEH?” Kibum merinding, dan mundur sedikit dari Jiho.

Jiho bersandar di kursinya, kemudian terkekeh pelan. Tawa pertama yang di perlihatkannya di sekolah itu. Kibum bisa bernafas lega melihat tawa kecil Jiho, ia hanya bercanda. Soohyun yang sejak berkenalan tadi mengalihkan perhatiannya pada mereka berdua ikut tertawa melihat wajah kaget Kibum.

“Gud jop, chingu-ya!” Soohyun terkekeh. Jiho melebarkan senyumnya sambil menatap ke arah Kibum yang masih memegangi dadanya sendiri karena kaget.

Sementara itu di sudut lain kelas yang memperhatikan gerak-gerik Jiho, rumor mulai merebak lagi. Mereka bilang Jiho sudah menentukan target lain. Kim Kibum.

*

*Pulang sekolah*

“Itulah kenapa koper yang dia bawa warnanya merah! Soalnya dia takut darahnya merembers keluar! Kalo pake warna lain, ntar ketauan bercak darahnya, dia bisa di tangkap polisi!” bisik salah seorang siswa pada siswa lain saat mereka berjalan pulang ke sekolah. Sementara yang lain mengiyakan dan menanggapi dengan berbagai argumen yang mereka karang-karang sendiri, namun seakan benar.

“EH! Sst! Ada orangnya!” salah satu dari mereka memperingatkannya, dan mempercepat langkah mereka melewati Jiho yang sedang ngintip ke ruang yang sama dengan yang pernah di lewatinya tadi pagi. Ruang yang digunakan Jiyong untuk berlatih sendirian. Seperti siswa VIP, dia sampai punya ruangan sendiri untuk berlatih.

Seperti biasa, Jiho tak peduli dengan apa yang didengarnya. Nonsense. Dia malas menanggapi mereka. Ia lebih memilih mengintip Jiyong latihan di dalam ruangan itu, mengagumi bagaimana Jiyong melantunkan lirik-lirik dengan musik khas lagu rapp yang belum pernah didengar Jiho sebelumnya. Mungkin freestyle? Atau itu lagu Jiyong sendiri.

Dan sejenak musik berhenti. Bocah didalam ruangan itu menatap layar laptopnya, kemudian melakukan sesuatu, entah apa itu Jiho tak bisa melihatnya dengan jelas. Jiyong berbalik setelahnya, dan saat itu juga ia melihat seseorang mengintip dari kaca yang ada di pintu masuknya. Jiyong tersentak sesaat. Kaget. Pandangan mata Jiho yang tajam membuatnya merinding. Mungkin benar rumor yang berhembus, bahwa Jiho tengah menjadikannya target sekarang. Tapi sesaat ia menepis rumor bodoh itu, kemudian mendekati pintu masuk dan membukanya setelah memantapkan hatinya. Ia merasa butuh keberanian untuk melakukan ini.

“O..Oh! W-what are you doin’ here?” Tanya Jiyong dengan senyum ragu.

“Umh.. Just..” Jiho menegakkan badannya, menggaruk bagian belakang lehernya. “That song was great!” ujarnya.

Jiyong tersenyum lebar. Ketakutannya langsung menghilang begitu ia mendengar apa yang dikatakan Jiho. Ia suka musik Jiyong dan datang kesini untuk mendengarkannya, begitu pikirnya. “You made that song?” Tanya Jiho lagi.

Jiyong mengangguk. “Yes Iam!” Jiyong membuka pintunya lebih lebar. “Wanna check more?”

Can I?”

Jiyong mengangguk. “Of course!” ujarnya dan mempersilakan Jiho masuk. “Thanks for liking my music!” dan pintu pun tertutup. Musik pun mulai berbunyi lagi, kini bukan Jiyong yang menyanyikannya langsung. Ia memutarkan file di laptopnya, beberapa lagu yang ia buat sendiri namun belum pernah dia perdengarkan ke orang lain. Mungkin Jiho orang pertama yang mendengarkan lagu-lagu itu. Tak banyak orang tertarik dengan musisi amatiran sepertinya.

Tapi siapa sangka para pencari rumor mulai mengembangkan fitnah mereka. Seseorang yang lewat ruangan itu dan melihat Jiho masuk kedalam yakin bahwa dirinya tengah mulai melakukan serangan pada target pertamanya. Kwon Jiyong. Woo Jiho tengah melakukan aksinya.

*

“Seungie~! Pijitin gue ya!” Seunghyun merengek manja ke Hyunseung dan sesaat kemudian menepuk-nepuk bahu dan pinggangnya lagi. “Sumpah Jungsoo bikin badan gue pegel! Seharian duduk doank di kelas ga bisa ngapa-ngapain!” keluhnya.

Hyunseung meneguk air putihnya, kemudian kembali berkonsentrasi pada pekerjaannya. Ngisi TTS. Mereka sedang di rumah Hyunseung sekarang. Rumah kayu tradisional yang sederhana namun cukup nyaman untuk di tempati. Keduanya duduk di ruang tengah yang bergabung dengan dapur. Menunggu nasi yang di masak Hyunseung matang.

“Lu nurut banget sama Jungsoo! Dia kan ga bener-bener ngehukum elo!” jawab Hyunseung asal, kemudian menuliskan beberapa huruf pada barisan kolom yang berada paling bawah.

Seunghyun tertarik sama apa yang lagi dikerjaan Hyunseung. Ia bergeser dan mengintip kegiatan Hyunseung. Sesaat senyum lebar terkembang di bibir Seunghyun melihat betapa cepatnya Hyunseung menyelesaikan TTS yang baru beberapa menit yang lalu dia kerjakan. “Buset~ cepet amat lu udah mau abis tuh TTS! Pinter juga lu ternyata!” Seunghyun mengacak rambut Hyunseung. Hyunseung menghindar, dan membuatnya sedikit limbung ke kiri, hampir jatuh, namun siku kirinya menumpu ke lantai. Seunghyun terkekeh. “Kenapa lu mau terjebak ke lembah kebodohan sama gue sih?”

“Gue kan setia kawan! Gue kasihan mesti liat lo bodoh sendirian! Haha..” candanya, kemudian meletakkan TTSnya di atas meja dan beranjak untuk memeriksa nasinya. Seunghyun yang mengambil alihnya, kemudian mencoba menyelesaikannya. Tapi akhirnya dia malah menggambari tepi halaman itu, memberikan hiasan gambar-gambar abstrak disana.

Hyunseung memang pintar sebenarnya. Ia cerdas. Namun hingga sekarang ia tak pernah mau Nampak pintar di hadapan orang lain. Saat ia seharusnya bisa mengerjakan semua soal ujian, ia hanya akan mengerjakan 65% nya saja, dan mengosongkan sisanya. Entah.. ia hanya ingin tampak biasa. Atau mungkin lebih bodoh dari biasa.

*To Be Continue*

Thx for reading!!
and COMMENT JUSEYO~!!

-Keep Shine Like HIKARI-

4 comments:

  1. Finally... :]

    bapak2 siapa kah di awal?
    dari chapt 1 sampai yg kedua ini nasib si Jiho sedih amat ya -_-" di bilang yang enggak bener dan dianya cuek aja. Satu sekolah pada suka ngegosip ya semua, ga ada kerjaan lain kaya Joongki yang suka mandangin jendela gitu? itu bocah juga hobi banget ngeliatin keluar jendela? kaya tinggal menghitung hari aja LOL

    Waktu Jiho di toilet udh ketebak siapa yg tiba2 masuk, dan tebakanku benar, itu TOP kkkk. Poor TOP :]

    Anndd Junhyung-Jinki bromance ya ckck
    di chap 2 ini masih ngebuka kartu cast nya satu-satu dan belum ada konflik kan ya, so i'll wait your next Eps!

    and i like this sentence->“Gue kan setia kawan! Gue kasihan mesti liat lo bodoh sendirian! Haha..” XD

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini kan sekolah para calon presenter acara gosip~ kkk.. biasa lah rumor anak sekolah~kk

      iy, gatau knp suka banget bagian mereka, sengaja tak bikin akrab gitu sih.. O-couple(?) kkk

      masih blm ngarah ke konflik kok~ cuma udah di intipin dikit^^ dan mungkin cerita tentang diri Jiho sendiri belom begitu d ceritain~ :)

      kkk.. hyunseung quote! hahaha

      sangkyuu^^

      Delete
  2. haha ceritany bguz.. Lite, ga bkin stress, tpi stress karna ngakak, cuma ada 2 kata aj yg guw notice "gedubrakan" ama "noel" haha.. ini serasa di korea selatan provinsi klaten yah., bwahaha.. Keep going and PPALIHAEBWA~ haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. hhh.. lumayan kan hiburan.. :p
      sangkyuu~ asal jangan bosen nunggu aja deh! hhh

      Delete