Iman
ku ga kuat!
I
don't understand masih kurang 1 chapter lagi, tapi crew ini menggodaku~
telat
sebulan dari rencana posting semula karena masih kehambat FF itu.. jadi yah..
hehe :p
CREW
-INTRO-
Story
by : LIGHT
a.k.a C Dragon (UUUUYEAH!!)
Cast
:
Woo Jiho, Song Joongki, Choi Seunghyun, Jang Hyunseung, Yong Junhyung, Lee
Jinki, Kwon Jiyong, Kim Soohyun, Kim Kibum
Rate
:
tebak sendiri (alibi ga ngerti gituan)
Genre
:
Shonen (pokoknya gaada tokoh utama cewe disini..)
Length
:
Nan Molla~~~ *tereak kyak Yoseob di SOOM(?)*
Author
Note :
Akibat saya tergila-gila Crows Zero sejak nonton sekitar 1 tahun+ yang lalu..
jadi ide ini tercipta saat itu juga sebenernya, cuma yaa.. waktu itu lagi ada
FF lain yang masih jalan, takut terkatung-katung, jadi baru di matengin
sekarang.. *curhat*
*betewe,
ijin repost boleh asal kasi sumber lengkap sama foto2 penulisnya~ [SAYA] #pedeakut ..tapi jangan di bajak! saya bisa
nangis kalo itu kejadian~ T_T.. nanti pelakunya saya telen idup-idup lho~ ._.*
===============CHULBALLLLL!!!!===============
Bandara
International Incheon
“I’ve
got to Korea dad.. yea~ it’s really nice! Hmh.. I’ll go to school today..
Yeongang High! Hmm.. take care dad! I’ll call you later!”
Setelah
menelpon seseorang, cowo dengan style rambut di iket model samurai itu tampak
memincingkan matanya sambil melihat sekeliling terminal kedatangan itu. Ia
menarik nafas sebentar, menghembuskannya, kemudian berjalan keluar untuk segera
menuju ke Seoul, dimana ia harus tinggal dan menetap untuk beberapa tahun ini.
Di salah satu kopernya tertera name tag ‘Woo Jiho’. Jadi dia orang Korea? Tentu
saja. cuma karena terlalu lama tinggal di California dia jadi terbiasa ngomong
bahasa inggris.
Disini tampangnya Jiko kayak gini nih~ |
Jiho
ke Seoul menggunakan bus, ia ingin langsung menuju ke sekolah barunya.
Yeongang, untuk melaksanakan obsesinya setelah nonton film Jepang favoritnya.
Crows Zero. Sampai kini di bus dia senyum-senyum sendiri sambil liat mini
poster Crows Zero yang dia simpen dalam tas nya dan sekarang dia keluarkan
untuk di pandangi.
Sementara
itu di Yeongang High School dan sekitarnya, suasana tahun ajaran baru yang di
mulai di awal musim semi, dimana bunga-bunga sakura sedang cantik-cantiknya
mekar itu, sangat ramai seperti biasanya. Banyak anak-anak baru dengan seragam
yang masih bau Tekstil datang untuk memulai masa baru mereka di SMA. Dengan
wajah berseri-seri dan kondisi yang masih rapi dan segar, mereka bersemangat
layaknya anak TK yang baru saja masuk ke SD. Beda kondisinya dengan beberapa
makhluk Tuhan penghuni SMA Yeongang di tahun ketiga mereka.
KLONTANG!
Terdengar
suara kaleng jatuh di sebuah tempat dimana mesin penjual minuman berada. Bukan,
bukan seseorang yang kini tengah membeli minuman disana. Tapi seseorang yang
tengah mencongkel display kaleng minuman setelah mendapati minuman di mesin
penjual tersebut habis. Salah satu siswa tahun ketiga Yeongang High School ber
name-tag Jang Hyunseung itu memungut kaleng kosong yang digunakan untuk display
itu, kemudian menggojoknya. Tak terdengar suara apapun dari dalamnya. “Kosong?”
gumamnya. Entah dia terlalu polos atau bodoh.
Dari
belakang, seseorang dengan seragam yang sama, sama bentuk-warna-dan lusuhnya,
berjalan sambil melompat-lompat sedikit dengan senyum amat lebar di wajahnya. Aegyo.
Benar-benar tidak cocok antara tubuh besarnya dan kelakuannya yang seperti anak
TK baru dapat angpow itu. Sesaat ia terhenti, memandangi bocah dengan kaleng
minuman kosong di tangan kanan dan obeng di tangan kirinya itu. Ia mendekatinya
dengan senyum semakin lebar setelah menyadari siapa anak bodoh yang baru
mencongkel display mesin penjual dan kini hendak mengembalikannya.
“Barhenti
senyum, Seunghyun-a! Mentang-mentang trik mu berhasil!” katanya sinis
tanpa berhenti membenahi mesin minuman yang baru di congkelnya itu. Sepertinya
sejak tadi ia sadar seseorang baru datang dengan senyum lebar di wajahnya.
Bocah laki-laki yang dipanggil Seunghyun itu tersenyum lebih lebar lagi. “Ah!!
Aku haus!!” Hyunseung berteriak-teriak.
Seunghyun
menyodorkan sesuatu yang baru diambilnya dari saku celananya. Minuman jus buah.
“Ini bingkisan syukuran dariku!” katanya. Hyunseung melirik bocah itu, dan dia
masih tersenyum lebar.
“Oke,
ini cuma gara-gara aku haus ya!” Hyunseung merebut kaleng minuman itu,
membukanya dan menenggaknya sampai habis.
Setelah
mengembalikan display di mesin penjual itu kembali, Hyunseung mengambil tas
sekolahnya, kemudian berjalan ke arah sekolah bersama anak laki-laki berbadan
besar yang tadi sengaja menunggunya, si Choi Seunghyun. Yang sampai sekarang
senyumnya masih lebar dari kuping ke kuping. Karena triknya berhasil membuatnya
mendapat uang lebih banyak dari Hyunseung. Entah battle apa yang mereka lakukan
semalam, tidak perlu tahu. Karena tak ada kaitannya dengan cerita yang sedang
dimulai ini.
“Ya~!
Jeongsoo menghubungimu?” tanya Hyunseung sambil mengecek pesan di ponselnya.
Ada dari beberapa nomor, termasuk dari orang bernama Jeongsoo itu.
“Nggak
tahu! Ponselku di sita hyeong!” jawab Seunghyun enteng. Karena terlalu
banyak masalah, kakaknya membatasi akses Seunghyun dengan teman-teman di luar
sekolahnya dengan menyita ponselnya.
“Aku
terancam di skors~!” gumam Hyunseung. Ia mengantongi ponselnya kemudian.
Terancam tidak naik kelas, tapi ia masih santai begitu.
“Nggak
kaget~” gumam Seunghyun. Yah, mereka pasangan tukang bolos sekolah, tak
mengherankan mereka di vonis hampir di skors. Namun menjadi sangat mengherankan
ketika kini mereka sudah duduk di bangku kelas 3 tanpa hambatan. Meski
frekuensi masuk sekolah mereka bias dihitung dengan jari.
Ditengah
obrolan mereka, tiba-tiba saja sebuah sedan mewah warna hitam mengkilat
melewati mereka, memasuki kawasan sekolah yang tinggal beberapa langkah lagi
dari tempat kedua anak kelas 3 itu berdiri. Mereka berhenti, begitu juga dengan
siswa-siswa yang lain yang juga ingin masuk ke dalam sekolah, menunggu mobil
itu masuk, dan mereka akan menyusul.
Senyum
Seunghyun yang sesaat hilang karena terlalu capek mengembangkan senyum
berjam-jam, kini kembali terkembang melihat sedan mewah itu berlalu di
hadapannya. Harapan hidupnya baru saja lewat. Membuat Hyunseung menghela nafas
dan menyadari kebodohannya bisa berteman dengan bocah mata duitan sepertinya.
“Kejar sana! Aku malu liat tampang tuan crab mu itu!” keluh Hyunseung sambil
mendorong bocah laki-laki plontos dengan tindik di telinga itu mendahuluinya.
Tanpa
perintah yang kedua kali, Seunghyun bergegas mengejar sedan itu masuk kedalam
halaman sekolahnya yang besar itu sambil berteriak, “Nae chinguya~!
Jamkanmanyo~!!” dengan tampang bodoh yang seolah berkata,‘Uang adalah
teman~! Uang adalah teman~!’
Sedan
mengkilat itu berhenti didepan pintu masuk gedung sekolah besar itu. Seorang
pria paruh baya dengan jas keluar dari kursi supir, berjalan ke belakang,
kemudian membuka pintu mobil mewah itu dan mempersilakan tuannya keluar. “Tuan
muda, silakan..~” katanya seraya menunduk hormat. Seorang laki-laki dengan
seragam yang sama dengan siswa di sekolah itu keluar dari dalam mobil,
merapikan seragamnya sejenak, kemudian mengangguk kecil pada supirnya itu,
mempersilakan supirnya untuk membawa mobilnya kembali pulang.
Siswa
dengan paras tampan tak tertandingi itu berjalan menuju ke pintu masuk gedung
sekolah dengan tenang sampai seorang siswa dengan rambut plontos dan tampang
nyengir menjijikan itu berlari dan merangkulnya sok akrab. “Nae chingu~~!!”
Siswa
kaya itu nyengir kecil, kemudian menarik tangan yang menggantung di pundaknya
itu, dan melepaskannya. “Kamu nggak malu diliat anak baru?” katanya, sebagai
alibi untuk menghindari bocah bernama Seunghyun itu mempermalukan dirinya.
“Ah..
keurae~!” Seunghyun langsung berdiri tegap, meghilangkan tampang cengo
memalukannya menjadi tampang sok cool khasnya. Ia mengulur sedikit lehernya,
memasukkan salah satu tangan di saku celananya, dan satu tangan lagi
menggenggam lengan ranselnya yang ia bawa di bahu kanan, kemudian berjalan
masuk dengan tampang berkarisma. “Joongki-a, kajja!” katanya. Berbeda
180 derajat dari sebelumnya.
Siswa
kaya dan tampan yang di panggil Joongki itu tersenyum lebar sampai menampakkan
gigi depannya, disertai datangnya siswa dengan tampang hampir secantik wanita
yang sebelumnya datang bersama Seunghyun, Jang Hyunseung, menghampirinya dari
kejauhan. “Aku nggak tau gimana kamu bisa tahan sama dia!” ujarnya lirih, namun
masih bias terdengar. Joongki hanya terkekeh, kemudian bergegas masuk diikuti
Hyunseung dengan senyum pendek di bibirnya.
*
Hari
ini hari pertama masuk sekolah di tahun ajaran baru. Sama seperti sekolah
lainnya, sebelum pelajaran dimulai, SMA YeonGang juga melaksanakan upacara
penyambutan siswa baru dan pembukaan tahun ajaran baru bagi seluruh siswa
sekolah yang dilaksanakan secara sederhana di auditorium sekolah yang berukuran
besar dengan kapasitar 500 orang itu.
Setelah
upacara dilakukan, seluruh siswa segera menghambur di kelas masing-masing.
Kecuali siswa kelas 1 yang masih sibuk dengan acara pembagian kelas. Mereka
akan mendapat pengumuman kelas di auditorium, dan siswa yang namanya di sebut
dalam kelas itu segera mengikuti guru wali kelas menuju ke kelas masing-masing
untuk mendapatkan pengarahan sebelum acara belajar di mulai. Namun dua siswa
kelas 2 ini masih tetap berada di lingkungan auditorium meski sebentar lagi
kelas mereka akan dimulai. Mereka adalah Lee Jinki dan Yong Junhyung yang entah
apa yang dia lakukan dengan mengintip barisan anak kelas 1 yang baru keluar
itu.
“Ya~!
Ayo balik ke kelas! Sonsaengnim dateng bisa berabe tau!!” Jinki merajuk meminta
Junhyung untuk kembali, namun ia tak bergeming, masih mengintip ke arah barisan
anak kelas 1 yang baru keluar dari Auditorium itu. Jinki sebenarnya bisa saja
kembali sendiri ke kelas, kalau bocah ini tidak menggenggam erat bagian belakang
kerah baju seragamnya. Neraka bagi Jinki karena ia harus sekelas lagi dengan
Yong Junhyung tahun ini! Padahal ia sudah berdoa ke kuil agar terpisah darinya
di kelas dua. Tapi tetap saja, seperti apa yang dikatakan wali kelas mereka di
kelas satu dulu, mereka berdua tak akan terpisah. “Ya~! Yong Junhyung!”
Jinki berteriak lagi sambil membenahi kacamatanya.
“Diem,
ayam!” bisik Junhyung sedikit keras. Matanya masih melihat ke arah siswa-siswi
yang baru keluar dari auditorium. Entah ia sedang mencari siapa.
Jinki
menyerah pada akhirnya, mau gimana lagi, genggamannya kuat sekali! Dari pada
seragamnya sobek. Ia lalu memilih mendekat dan ikut memonitor siswa baru yang
kini tengah menghambur ke kelas masing-masing bersama wali kelas mereka itu.
“Kamu nyari siapa sih?” tanya bocah sipit itu pada temannya.
Tidak
menjawab, matanya masih mengawasi anak-anak dengan seragam yang masih bau
pabrik tekstil itu sampai seseorang akhirnya menggaet mata Junhyung. “Itu dia!”
katanya, kemudian melepaskan kerah baju Jinki dan berlari ke arah bocah yang di
maksud. Jinki melonggarkan kerah bajunya, namun tetap tidak pergi dari sana.
Namun di tengah stretchingnya, pandangan Jinki tertuju pada seseorang. Seorang
bocah dengan seragam masih rapi, berjalan di koridor didekatnya dengan ransel
besar dan salah satu tangannya menyeret koper besar berwarna coklat tua.
“Ngapain
ke sekolah bawa-bawa koper?” batin Jinki. Dia, sebagai salah satu pengurus
osis, hatinya tergerak untuk menawarkan bantuan pada bocah itu, yang sipitnya
11-12 sama dia. Dengan cepat Jinki mendatanginya. “Hei, aku Lee Jinki, siswa
kelas 2. Ada yang bisa dibantu?” katanya, tapi gayanya malah mirip tukang MLM.
“Oh..”
sesaat bocah itu terlihat kaget. Namun kemudian ia juga merasa aneh sendiri
kenapa ia memutuskan ke sekolah membawa seperangkat alat bepergian itu.
“Kenapa
bawa-bawa koper ke sekolah?” tanya Jinki polos.
“Oh..
it’s not..” Bocah itu diam sejenak. “Aku baru datang dari California, tapi
belum sempet pulang, makanya aku bawa koper ini ke sekolah!” jelas bocah itu
dengan logat Korea yang bisa dibilang sudah sedikit luntur karena terlalu lama
tinggal di Amerika.
“Kalo
gitu masukin aja ke bekas ruang berita di ujung sana!” Jinki menunjuk ke sebuah
ruangan yang memang sudah lama tak pernah di pakai, namun ia biasa berada di
sana saat jam istirahat untuk belajar. “Kamu titipin di situ, nanti pulang
sekolah kamu ambil lagi!”
“Oh..
keurae..” katanya. “Thanks, seonbaenim!”
Jinki
mengangguk, dengan senyum di wajahnya yang membuat matanya makin ilang. “Namamu
siapa betewe?” tanya Jinki kemudian.
“Woo
Jiho..”
“Oh..
nice to meet you then~!” ujar Jinki, pamer kalau nilai bahasa Inggrisnya dapet
bagus. Si Jiho itu mengangguk kecil, kemudian bergegas untuk menitipkan tas
besar-besar itu dan menuju ke kelas yang seharusnya menjadi kelasnya mulai hari
ini.
Sementara
itu Jinki kembali menemui Junhyung yang baru saja mengembalikan dompet pada
seorang bocah berambut blonde. Dompet yang di temukan Junhyung di depan gerbang
sekolah, dan mengetahui siapa pemiliknya setelah melihat kartu pelajar bocah
itu. Tapi begonya, bukannya mencari si pemilih melalui radio sekolah yang lebih
gampang, malah mencarinya secara manual. Repot-repot nunggu siswa baru keluar
dari gedung auditorium dan mengorbankan teman semata wayang yang mau dan dengan
terpaksa menemaninya sekitar setengah jam disana. Dan sekali lagi, saat kembali
ke kelas pun, Junhyung kembali menarik kerah seragam Jinki kayak ngambil anak
kucing dari selokan.
“Lu
ga punya hati banget sih Jun..” keluhnya.
*
Jiho
duduk di salah satu bangku di kelas, tanpa membawa tas dan buku satupun. Dia
malah lupa kalo ke sekolah itu harus bawa buku -___-. Jadia dia duduk diam di
pojok kelas, paling belakang, dekat jendela. Diem. Dan cukup membuat
teman-teman barunya di kelas takut untuk duduk dekat-dekat dengan dia. Kecuali
dua orang yang sepertinya nggak punya urat takut di kepala mereka, yang satu
duduk di bangku di depan Jiho sambil mendengarkan music dengan iPod nya. Yang
satu lagi duduk sambil baca-baca buku pelajaran yang masih gress itu. Ketiganya
diem. Sementara yang lain sibuk bisik-bisik tetangga soal siswa baru dari
California yang Yakuza looks itu, dan dua orang lain yang
—peduli-setan-yang-penting-dapet-tempat-duduk— itu.
Jiho
mengambil mini poster Crows Zero nya. Satu-satunya barang yang tak pernah dia
lupakan untuk di bawa ke sekolah. Meletakannya di atas meja, kemudian
memandanginya sejenak. Tak lama, ia melayangkan pandangan ke seisi kelas. Melihat
tampang ingusan bocah-bocah di hadapannya itu, seperti tak mungkin ia bisa
punya teman-teman seperti di film kesukaannya itu. Ia mendengus. Membuat
wajahnya makin garang, dan murid-murid di kelas itu makin takut. Jiho
memasukkan posternya dengan asal kedalam laci, kemudian beranjak untuk keluar
dari kelas. Bosan, guru nya juga nggak masuk-masuk dari tadi.
Saat
pergi, tak sengaja ia menyenggol kursi siswa yang tengah belajar di bangku
sebelahnya itu. Tapi tanpa minta maaf, Jiho langsung keluar, bahkan tanpa
melihat ke arah siswa itu. Siswa itu hanya melirik Jiho sesaat, kemudian
kembali lagi dengan buku nya. Dan siswa-siswa di kelas itu kembali bisik-bisik
tetangga.
*
Berita
tentang siswa baru asal California itu menyebar dengan cepat ke seantero sekolah.
Bukan karena dia dari California, tapi juga karena Yakuza looks nya, yang
membuat rumor macam-macam tentang bocah itu tersebar ke seluruh sekolah. Mulai
dari sebenarnya dia adalah penerus genk mafia ayahnya, atau dia pembunuh
bayaran yang menyamar jadi siswa sekolah untuk mencari korbannya, dan yang
paling konyol adalah rumor tentang Jiho adalah titisan samurai yang ingin balas
dendam pada salah satu siswa Yeongang untuk kakek moyang yang di bunuh oleh
salah satu leluhur siswa Yeongang saat perang Korea dengan Jepang dulu, dan
yang diisukan adalah si Kwon Wanbyeok, alias Kwon Jiyong, yang kini lagi
asik-asikan siaran di Radio sekolah saat jam makan siang, menceritakan soal
rumor aneh yang didengarnya dan menyangkut dengan dirinya itu.
“Yah~
itu cuma rumor! Haha.. ada-ada aja sih.. yang penting aku ucapin selamat datang
buat seluruh siswa baru Yeongang High School! Happy studying guys!” Jiyong
mengakhiri cerita soal rumornya itu. Dan tak lama, lirih-lirih terdengar suara
music mengalun. “Untuk menemani makan siang teman-teman semua, dan tentunya
guru-guru yang masih sibuk di kantor, saya perdengarkan sebuah lagu ..ehem..
ciptaan saya sendiri sih.. OK! Let’s check it out! Last Farewell!” dan dentum
musik pun mulai membahana ke seluruh sekolah.
Termasuk
di kelas 3-A, tempat dimana siswa tampan dan kaya, Song Joongki berada
sekarang. Di kelasnya. Kini kelasnya terpisah dengan Seunghyun yang tahun ini
berada di kelas 3-D bersama Hyunseung. Namun bukan Seunghyun kalau tidak
dekat-dekat dengan Joongki. Setelah jam istirahat makan siang berdering, ia
langsung terbang dari kelas 3-D ke kelas 3-A dan menemui Joongki yang kini
tengah memandangi halaman sekolahnya yang luas dari jendela kelasnya. Dan
seperti biasa di tahun-tahun sebelumnya, Joongki yang sedang mengawasi siswa
baru di halaman sekolah, juga sedang diawasi oleh banyak mata dari
pemuja-pemujanya. Yah, fans nya. Tampan dan kaya, bagaimana wanita tidak
menyukainya? Tapi entah, Joongki tidak terlalu tertarik dengan hal itu. Ia
lebih tertarik dengan hal menarik apa yang akan terjadi di tahun ini. Sampai ia
tak menyadari Seunghyun sudah berdiri di sebelahnya dengan dagu menempel pada
bibir jendela dan tangannya menggantung di luar jendela dengan wajah malas.
“Kamu
di tonton tuh!” cibirnya dengan malas. Joongki hanya tersenyum kecil. Itu sudah
jadi hal biasa, ia tidak terkejut. “Liat apa sih?” Seunghyun bertanya lagi,
kini nadanya tampak sedikit antusias.
“Ada
satu siswa yang menarik perhatianku.” Jawab Joongki tanpa ragu.
Wajah
Seunghyun tampak kaget sesaat. Ia memegang bahu temannya itu agar bisa
menghadap ke arahnya. “Akhirnya.. Joongki-a~ ..kamu tertarik sama
cewe~!” katanya sok terharu dengan tampang mewek ala anime itu.
Joongki
melepaskan tangan Seunghyun, kemudian mengarahkan kepala bocah itu ke arah yang
sama dengan yang dilihatnya. “Bukan itu! Tapi dia!” Joongki menunjuk ke arah
bocah seukuran semut di bawah sana, sedang duduk di tepi lapangan sekolah.
Saking jauhnya, tak begitu kelihatan. Tapi yang jelas bocah itu laki-laki.
“Joongki-a~
kamu.. homo?”
“Pabo!”
Joongki memukul kepala Seunghyun. “Itu, si bocah dari California itu! Aku cuma
ngerasa.. bakal terjadi sesuatu yang menarik dari tangannya!” lanjutnya dengan
sedikit kiasan.
Seunghyun
melirik Joongki heran. “Kalo nggak kaya, kamu ini cuma manusia aneh yang di
anugrahi ketampanan!” lagi-lagi Seunghyun menekankan pada kata ‘kaya’ nya.
Sangat terlihat Seunghyun mendekati Joongki karena kekayaannya. Tapi sejauh ini
Joongki baik-baik saja. Hanya berteman dengan Seunghyun tak akan membuatnya
melarat.
“Betewe
Joongki-a.. itu bekal banyak banget di meja mu nggak di makan tuh?”
tanya Seunghyun melihat banyak sekali kotak makanan di atas meja Joongki,
semuanya adalah pemberian fans-fans sasaengnya (yaampun, sampe punya sasaeng)
yang sampai sekarang masih ngintipin di jendela.
“Buat
kamu aja kalo mau!” sebelum Seunghyun meminta, Joongki memberikannya.
“Jincha??
Ahh.. lu emang sohib gue Joongki! Peluk ya?”
Joongki
menatap Seunghyun sebal. “Pergi sono!”
“SIR
YES SIR!” serunya layaknya anggota militer yang di perintah komandannya.
Seunghyun bergegas pergi, mengambil beberapa kotak makanan untuk dibawanya
kembali ke kelas.
“Bawain
buat Hyunseung sekalian!” seru Joongki dengan senyum yang mulai tampak kembali
di wajahnya.
“Request
accepted!!” seru Seunghyun. Mengundang kekehan renyah dari Joongki. Membuat
fansnya makin terpana.
*
“how’s
ur day bro?”
“A
little bit bored~”
“You
still obsessed with those Japan films, Zico?” orang di telepon bertanya,
kemudian tertawa.
“Shut
up! What’s wrong with that??” protes Jiho. Tapi orang itu tetap tak berhenti
tertawa.
“Sorry~” katanya, namun
masih menyisakan tawa yang membuat Jiho sebal.
“Listen!
I already have a friend here!” cerita Jiho dengan senyum di wajahnya. Senyum yang
tak pernah diperlihatkannya barang sekalipun di sekolah.
“A
friend? Really? But when first time you came here, no one look at you! Even
that fat boy, he scared to death when seeing you come!” tawa kembali
membuncah di akhir kalimatny, Jiho juga ikut tertawa. Ia ingat bagaimana
pengalamannya saat pertama kali ia tinggal di California. Bahkan teman sekolah
yang hobinya nge-bully anak baru itu tak berani padanya karena tampilan Jiho
yang preman banget itu.
“You’re
right!” Jiho menjawab pendek dengan sedikit tawa kecil keluar dari
tenggorokannya. “This one.. just a senior, but I hope he’ll be my friend! He’s
nice, and.. interesting.. yea.. something like that!”
“You’re
still straight, aren’t you?”
“Ya~!
Wanna die??” teriaknya. Teman Californianya yang masih tersambung melalui
telepon itu tertawa terbahak-bahak. Sementara Jiho ngamuk-ngamuk di depan mini
mart sampai membuat si pemilih mengambil sapunya untuk membela diri kalau
nantinya Jiho akan menghancurkan tempat itu. Err.. berlebihan -__-.
***To
be Continue***
Maap
kalo bahasa inggrisnya rada acakadut~ -____-
Yang
jelas belum ada konflik apapun disini, makanya judulnya intro..
Ja!
COMMENT NO JUTSU!!!
*dan
ga janji terusannya bakal di apdet berapa tahun kemudian~* :p
-Keep
Shine Like HIKARI-
aih ! yang terbayang pas adegan skolahan itu malah sekolahan gw . . .. lanjutih buruan ih !
ReplyDeletecepet amat udah di baca aja?hhh
ReplyDeletekan udah gw tulis tuh ga janji kapan apdetnya~ :p
biar ga cepet2 juga gapapa.. tapi cepet juga boleh.. HAHAHAHA
makasi udah baca^^
si mpeng cuma muncul sebentar -_- lanjutin! *asah piercingnya panda*
ReplyDeleteiye bang iye~ T_T
Deletemakasih betewe^^
uhmm.. I expect this would be the great one.. So dont disapoint me.. Kidarilkae..
ReplyDeleteYOSH~!^^ hoho
Deletedoain yang ini sukses.. :))
makasi banyak!^^
tukang MLM apaan oen?
ReplyDeletefeel FF ini dapet banget! apa lagi pas bayangin
Jidi, Seunghyun, hyunseung,jinki sama junhyung..
Kocak..anyway castnya bakal sekampung ya?
rame kayanya ●‿●
ini masih intro udah panjang gimana ntar
konfliknya? ck
next part di tunggu!
itu lho.. yang suka nawar-nawarin kerjaan tapi suruh bayar.. *pengalaman di tawarin*
Deletehahaha.. iya.. emang rencananya cast nya bakal banyak dan artis semuanya~^^
doain sukses ya.. konfliknya mau dibikin agak panjang sih~ sabar nunggu aja ya~^^
gamsahamnida~!!^^
oh kaya penyalur gitu.
DeleteOke di tunggu lanjutannya!!
hello..
ReplyDeleteaaaaa yokatta ternyata akun ku masih bisa d pake... (*´▽`*)
*ketauan g pnh bk blog lg*
hihi..
btw gomen ru kument..
*udah baca dulu tp gtw kl akun ku masih aktif*
udah ya gt aja kument nya..
hehe...
*CLINK*