Udah lama ga bikin FF dengan cast seluruhnya BIGBANG..
Ini sebenernya cuma FF pendek, yang idenya saya dapet engga sengaja, langsung ditulis hari ini juga, dan jadilah seperti ini..
ngga tau bagus apa engga.. sekedar ngalirin ide aja~.. ENJOY~!^^v
Café
I remember, when you walk trough that door,Sit down in that chair,The times we shared.. but you’ve been here..
Suara helaan nafas terdengar seiring dengan dentingan cangkir kopi yang
menyentuh tatakannya di meja. Jiyong duduk di salah satu meja di sebuah café,
dengan buku catatan dan pulpen yang senantiasa ia bawa kemanapun ia pergi. Buku
itu digunakannya saat ia hendak menuliskan lirik jika ia mendapatkan inspirasi,
inspirasi bisa didapatnya dimana saja, termasuk disini. Tapi sejak tadi, ia
biarkan buku catatan itu tertutup, dan pulpennya tersemat di dalam spiralnya.
Tidak berniat untuk membukanya sedikitpun. Karena mala mini ia tidak mau
memikirkan tentang lirik lagu. Ia hanya ingin merenungkan sejenak, beberapa hal
yang terjadi padanya.
Jiyong menilik arlojinya. 11.30. Sudah hampir tengah malam, dan dia masih di
luar rumah. Semoga saja ibunya tak mengunci pintu rumah, atau ia harus menginap
di rumah Yongbae lagi nanti. Pria kurus itu menatap sekeliling, dan sesaat
dilihatnya seorang pria tinggi berambut coklat tengah berseteru dengan seorang
gadis dengan rambut panjang yang matanya sudah berkaca-kaca. Gadis itu
berteriak-teriak sambil sesekali mendorong pria di hadapannya. “JANGAN PERNAH
KEMBALI KEHADAPANKU, SEUNGHYUN-A!!” wanita itu berteriak, menimpukkan handbag
coklatnya pada pria tinggi itu, kemudian berlari pergi keluar dari café.
“Pertengkaran pasangan kekasih.. umh.. klasik~” gumam Jiyong, ia kembali
mengambil cangkir espresso-nya itu dan menghirupnya sedikit, kemudian
meletakkannya lagi. Tiba-tiba senyum getir muncul di wajahnya. Matanya mulai
berkaca-kaca. Jiyong menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis, mengingat
apa yang baru terjadi padanya satu minggu yang lalu. Di tempat ini..
#FLASHBACK#
“Oppa.. aku ingin putus..” gadis
cantik di hadapan Jiyong itu berkata tiba-tiba di tengah candaan mereka. Belum
habis tawa Jiyong yang sebelumnya, dan ia harus dikagetkan dengan hal seperti
ini.
“He?” sisa senyum masih tersungging di bibir Jiyong. Masih belum jelas
mendengar apa yang baru saja dikatakan gadisnya itu.
“Putus! Aku mau kita putus!” gadis itu berkata lagi.
“M..mwoya? Kejutan apa yang mau kau buat? Ulang tahunku masih lama, jangan
main-main..” Jiyong masih berusaha tertawa, menganggap gadis itu sedang
bercanda meski perasaan khawatir tiba-tiba memenuhi relung hatinya.
“Aku tidak main-main.. ku mau kita putus..” gadis itu bicara lagi tanpa
ekspresi. Tak ada ekspresi sedih, takut.. wajahnya begitu datar.
“T..tapi.. apa aku melakukan kesalahan padamu?” senyum Jiyong pun pudar pada
akhirnya. Kini ia benar-benar khawatir. Ia tak ingat hubungan mereka pernah
hampir hancur. Ia pikir selama ini mereka baik-baik saja. Gadis itu tak pernah
membuat kesalahan yang berarti, begitu juga dirinya sendiri. Dan mala mini tiba-tiba
gadis itu meminta.. putus..?
“Ahniyo..” gadis itu menjawab datar.
“Then why?” Jiyong mengerutkan keningnya.
Gadis itu berdiri, mengenakan tas selempangnya, kemudian menunduk sopan pada
Jiyong. “Terima kasih atas semuanya oppa, aku sangat senang! Maaf aku sudah
banyak merepotkan oppa, tapi sekarang aku sudah tidak bisa bersama oppa lagi..
selamat tinggal! Jaga dirimu baik-baik!” gadis itu pun menegakkan dirinya
kembali, kemudian berlalu keluar dari café.
Tak tinggal diam, Jiyong segera berdiri dan mengejarnya hingga ia dapat
meraih gadisnya itu didepan pintu café, meraih tangannya dan membuatnya
berbalik. Tak sepenuhnya berbalik, karena gadis itu menyembunyikan wajahnya
dari tatapan Jiyong. “Apa maksudmu? Ini serius??” Jiyong sedikit berteriak. Ia
rasakan gadis itu sedikit bergetar.
“Lepas!” gadis itu menginstruksikan lirih sambil berusaha menarik lengannya.
“Aku serius oppa!”
“Tapi kenapa? Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan? Tatap aku..” Jiyong
memegang kedua pipi gadis itu dan menengadahkannya. Dilihatnya kedua bola mata
gadis itu. Ia sedang menahan tangis.
Gadis itu melepaskan tangan Jiyong dari pipinya. Tidak menjawab apapun, ia
mundur beberapa langkah dan berkata untuk yang terakhir kalinya.. “Selamat
tinggal..” kemudian pergi meninggalkan Jiyong tanpa petunjuk sedikitpun.
Membuat pria kurus dengan kacamata itu tertegun sendirian penuh dengan
kekhawatiran, perasaan bersalah, kesedihan, dan kebingungan yang berbaur
menjadi satu. Air mata mulai meleleh tanpa pertanda. Dia menangis.
#FLASHBACK END#
“Tuan! Tuan!” sebuah suara terdengar diiringi goncangan yang di alami tubuh
kurus itu tiba-tiba. Jiyong. Ia mendongak, mendapati seluruh lampu café sudah
mati, dan cahaya yang sangat terang masuk kedalam café itu melalui dinding kaca
yang membuat hampir keseluruhan ruangan terlihat dari luar. Ia menoleh, mata
sembabnya mendapati seorang pelayan dengan kemeja putih dan apron hitam khas café
itu tengah membangunkannya. “Anda tidak apa-apa?” pelayan itu bertanya, melihat
keadaan wajah Jiyong yang tampak benar-benar buruk. Mata sembab, bekas air mata
di kedua pipinya.
“A..anhiyo..” suaranya terdengar hampir habis. Tentu saja, ia kehabisan energi
untuk menangis semalam, sampai ia tak sadar tertidur di café yang buka 24 jam
itu sampai pagi. Pada akhirnya ia tidak tidur di rumahnya sendiri atau menginap
di rumah Yongbae.
Tanpa menghiraukan pelayan yang masih berdiri dihadapannya itu, Jiyong
membuka buku catatannya, membalik setip halaman yang ada tulisannya, hingga
sampai di halaman paling belakang dimana ia tak menemukan satupun halaman
kosong di buku catatan itu. Ia menoleh lagi. Mata polos pelayan itu masih
memandanginya dengan bingung. “Emh.. kau..” Jiyong membaca nametag pelayan itu.
“Lee-Seung-Ri-ssi.. boleh aku minta selembar kertas?” Jiyong bertanya.
“Ah ye?” Seungri tampak berpikir, kemudian mengaduk saku celananya. “Maaf,
tuan butuh yang besar atau kecil?” pelayan itu bertanya lagi.
“HVS! Atau apa saja yang sebesar itu..” Jiyong mendengus.
“Ah, baiklah, tunggu sebentar!” pelayan itu bergegas masuk kedalam ruang
pelayan, kemudian keluar dengan beberapa lembar kertas file, kemudian
memberikannya pada Jiyong. “Ini tuan..”
“Gamsahamnida..” katanya sambil menerima lembaran kertas itu. “Oh ya, aku
pesan espresso lagi!”
“Ah, ye.. mohon tunggu sebentar!” pelayan itu berlalu lagi untuk membuatkan
pesanan Jiyong. Jiyong menegakkan duduknya, mengambil pulpen yang ia selipkan
pada spiral di buku catatannya itu, dan mulai menulis sesuatu sambil sesekali
mendendangkan lagu secara random. Melodi yang tiba-tiba masuk di pikirannya.
***
Daesung turun dari sepedanya setelah sampai didepan pagar rumah, setelah
membuka gerbangnya, ia menuntun sepedanya itu masuk dan memarkirkannya didepan
rumah. Sebelum masuk, ia terlebih dahulu memeriksa kotak surat, mengambil semua
surat yang ada, dan membawa semuanya masuk sambil memeriksanya satu persatu.
Setelah melepas sepatunya di depan pintu, Daesung masuk dan langsung menuju
ruang makan. Ia duduk di meja makan dengan mata masih tertuju pada surat-surat
itu, dan ia menemukan sebuah surat berupa amplop coklat besar dengan nama tujuan untuk seorang gadis yang
pernah tinggal di rumah itu. Kakaknya. Mata sipit Daesung jadi sedikit melebar.
Ia segera meninggalkan surat yang lain dan beralih pada surat itu. Ia membuka
amplop coklat besar itu, mengambil selembar kertas didalamnya, dan sebuah CD?
Daesung bergegas masuk ke kamarnya, memasukkan CD itu ke playernya dan
memutarnya, sementara matanya membaca kalimat yang tertulis di atas kertas itu,
dengan tinta hitam dan sedikit semburat luntur yang disebabkan oleh titik air
yang entah asalnya dari mana. Dan musik pun mulai mengalun..
Café
I remember
when you walked through that door
Sat down on that chair
The times we shared
But you’ve been here
nega anjaitdeon geu hayan uijamani
ne hyanggireul gieokhago
nega tteonan huro chagaun jeongjeongmani
neol gidarigo inneun jageun kape
Yo seupgwanidoen
Ice Coffee Espresso double shot
nuneul gama josimseure han mogeumman
heulleooneun jeulgyeo deutdeon eumak
simjangi jeomjeom ppareuge ttwieo onda
cheoeum neol mannan seolleideon
tteollimeul hoesanghae Caffeine himeul billyeo
kkok chaenggideon geunyeoui seoltang Syrup
ijen i kkeunjeokhami nan sirheo
Oh please don’t leave me alone
na eotteokharago
moduga jamdeun bam
wae nal honja duryeogo
Tell me the Truth
eojewa dareun oneul neujeotdago
yaksokhaetdeon seoro nanudeon maldeul
da geojit irago don’t make me fool
nega anjaitdeon geu hayan uijamani
ne hyanggireul gieokhago
nega tteonan huro chagaun jeongjeongmani
neol gidarigo inneun jageun kape
You don’t need me anymore
geu mareun marajwo
geudaeneun jigeum naega sirtaneun
deut jasineul sogigo
nalgeun jeo chaeksang wie saegyeonoheun
uri dul ireumkkajido
gieoksoge chueoksoge
geunyang mudeodunchaero
Oh my god mudeodundae do
geuge jal andwae
nal chaja oneun geon gonghwangsangtae
buranjeonghan simni soge banghwanghae
sseulsseulhi honja bul kkeojin bangane
neol geurimyeo chueokhaneun
bulhaenghan hwaga
yuilhan myeongjagi doen bigeukjeogin urisarang
ajikdo nae maeumeun neoro gadeuk han hwarang
neo tteonan seoureun hwangnyanghan samak
nega anjaitdeon geu hayan uijamani
ne hyanggireul gieokhago
nega tteonan huro chagaun jeongjeongmani
neol gidarigo inneun jageun kape
neo oerowo hal ttaemyeon eonjedeun neol gidarigo inneun
neo geuriwo bogo sipeun narimyeon neol bureugo inneun
naega tajudeon keopiwa jeobeo dun chaekgalpiwa
geudaemanui hayan jip wiro heureuneun bi baby
nega anjaitdeon geu hayan uijamani
ne hyanggireul gieokhago
nega tteonan huro chagaun jeongjeongmani
neol gidarigo inneun jageun kape
neo oerowo hal ttaemyeon eonjedeun
(nega anjaitdeon geu hayan uijamani
ne hyanggireul gieokhago)
neo geuriwo bogo sipeun narimyeon
(nega tteonan huro chagaun jeongjeongmani)
naega tajudeon keopiwa
(neol gidarigo inneun jageun kape)
geudaemanui hayan jip wiro heureuneun bi baby[*TRANS*I remember
when you walked through that door
Sat down on that chair
The times we shared
But you’ve been here
Only the chair I sat in
remembers my scent
After you left cold silence,
A small café that is waiting for you
Yo ice coffee espresso
double shot that has become a habit
Close my eyes, carefully just one sip
Flowing music that we enjoyed listening to
My heart keeps beating faster
I remember the nervousness I felt when we first met
Borrowing strength from the caffeine
Her sugar syrup that I always carried
I hate this stickiness now
h please, don’t leave me alone
What do I do?
Why does everyone want to leave me alone
On a night, where everyone’s asleep?
Tell me the truth,
Today, different from yesterday, is too late
Saying the promises, everything we said to each other
They’re all lies, don’t make me fool
Only the chair I sat in
remembers my scent
After you left cold silence,
A small café that is waiting for you
You don’t need my anymore
than nervousness Don’t say that..
Right now you’ve tricked yourself
Into thinking that you dislike me
Our names we carved
into the old desk
In memories,
just buried there
Oh my God, even though it’s buried
It still doesn’t work
The thing that has found me is panic
It bothers me inside my insecure mentality
Alone in a room with the lights turned off
I’m an unhappy artist
Remembering you while drawing you
Our tragic love that has become our only masterpiece
My heart is still a gallery full of you
Outside Seoul without you is a bleak dessert
Only the chair I sat in
remembers my scent
After you left cold silence,
A small café that is waiting for you
When you’re lonely, I’ll always be waiting for you
On the days I want to see you, I’m calling you
With the coffee I made you, and the folded bookmark
Rain that only flows above you white house baby
Only the chair I sat in
remembers my scent
After you left cold silence,
A small café that is waiting for you
When you’re lonely
(Only the chair I sat in
remembers my scent)
On the days I want to see you
(After you left cold silence, )
The coffee I made you
(A small café that is waiting for you)
Rain that only flows above your white house baby]
Daesung mengulum air liurnya sendiri. Lirik ini begitu menyakitkan, bagi
orang seperti dirinya yang mengetahui segalanya soal ini. Tapi ia tahu orang
yang menulis ini juga sakit karena sesuatu yang lain. Daesung meletakkan kertas itu
di atas amplop yang ia letakkan di ranjangnya, ia berdiri, mengambil bingkai
foto yang ada di atas meja belajarnya. Foto dirinya dengan kakaknya.
“Andai Jiyong hyeong tahu.. dia pasti tak akan menulisnya untukmu noona..”
tampak semburat kesedihan di wajah Daesung. Ia berusaha menahan tangisnya.
Karena ia sudah menangis habis-habisan beberapa bulan yang lalu. Dimana kakaknya
harus meninggalkan mereka semua karena sakit yang dideritanya. “Baik-baik
disana noona.. aku selalu mendoakanmu.” ujarnya lagi. Ia menggigit bibir bawahnya. Musik bernada pelan
itu masih memenuhi kamarnya. Dan semakin ia mendengarnya, semakin ia sedih
karenanya.
***END***
oke..
just comment in the box bellow~ kkk
sankyuu for coming and reading~!^^
-Keep Shine Like HIKARI-
JEDER .... GLEDEKKKK GLEDEKKKKK ~~~~
ReplyDeletesakit apa ? hiks , nestapa banget si naga .....
lho lho taeyang mana mana ?
ckckcckk gw baru baca lengkap ini lho liriknya cafe ... hoaaahhhh ayo ayo buat lagi lagi lagi
hehehe.. gatau ini idenya keluar gini, jadi gasemua BIGBANG bisa dapet peran yang nongolnya banyak~ >_<
Deleteapaini abang ane cuma numpang dibentak! (???) mama panda jadi pelayan (wOAO)w
ReplyDeletetp lbh kasian yebeh sh cuma dimensyen doang :/
tapi bgs critanyaaaa xD kkk~
hahaha.. abis dapet idenya gitu sih~ xOO
DeleteFF kambek BIGBANG saya pendek banget.. ._.a
kkk~ makasi~^^
nyesek ya
ReplyDeleteitu beneran jiyong nangis semaleman di cafe??
kalo disini ceritanya iya~ kkkk..
Deleteuntung dibangunin seungri, kalo ga bisa 2 malem *eh*
correction.. 2x guw bca "malam ini" yg tulisanny "mala mini"
ReplyDeleteceritany kelewat berat.. Guw kurang suka.. Bikin stress neh kalo kbanyakan bca crita yg ky gne.. Hoho
iya nih.. efek word nya ngoreksi sendiri ke english jadi gitu~ -___-
Deleteiya yah? tapi ga kebanyakan kan? sekali-sekali doank~ :p
gomapda btw^^
ini sebabnya saya tidak pernah bosan main kesini,
ReplyDeletecerita nya selalu singkat, padat, so touching,tepat(?)
and the last DAEBAK!
hahahaha.. gomapda~!^^
Deletejincha gomawo :))
cheomaneyo :D
Delete