"Kamu lagi ga enak badan ya?" tanya seorang wanita muda yang duduk di hadapan Kwon-saem. Seorang reporter. Calon istrinya yang akan ia nikahi bulan depan. Kwon-saem tidak menjawab, ia menghabiskan masakan calon istrinya itu yang sengaja datang pgi-pagi ke apartemennya untuk membuat sarapan. "Kalo kecapekan ambil cuti aja.." usul calon istrinya itu sambil mengusap pipi Kwon-saem lembut.
Tiba-tiba Kwon-saem terdiam, ia raih tangan calon istrinya di pipinya itu, kemudian mendongak untuk memandangnya, dalam. "Chagiya.." panggilnya.
"Ne?"
Kwon-saem berpikir sejenak, tapi kemudian segera menggeleng dan melepaskan kembali tangan calon istrinya itu untuk kembali melahap sarapannya. Calon istrinya pun tak menghiraukannya, ia hanya tersenyum sambil melihat Kwon-saem memakan sarapannya dengan lahap. "Makan yang banyak!" katanya lembut.
Kwon-saem hanya mengangguk, sambil sekali tersenyum tipis pada calon istrinya itu. 'Gimana bisa aku nanya ke dia kalo tiba-tiba nanti aku mati~' batin Kwon-saem. Dan sesaat, ia merasa bagaikan putri yang di kutuk itu.
---
"Aku nggak tega sama Seunghyun hyeong.." bisik Daesung pada teman-temannya, merasa sangat bersalah. Hari ini mereka kumpul di cafe tempat kerja Seunghyun, untuk sekedar berbincang seperti biasa. "Itu gara-gara Yongbae hyeong sih~ pake bawa-bawa itu buku segala!"
"Kok jadi nyalahin aku, yang nemu kan Seungri!" Yongbae ngotot. Tapi Seungri tidak menjawab, ia hanya mengaduk-ngaduk milkshakenya dengan sedotannya, tanpa meminumnya sedikitpun. Masih utuh.
"Ini kan harusnya jadi comedy.. kok malah jadi kayak gini sih?" Seungri menggumam. "Jadi nyangkut ke kutukan-kutukan segala.. sama aja nyereminnya sama Death Note.."
Dua orang yang lain mengangguk. "Terus kapan kita mau ekspedisi itu?" tanya Yongbae.
"Besok sih kata Jinki.." jawab Daesung, bagaikan perantara antara korban dan si dukun, Daesung selalu menjadi pusat informasi dari Jinki.
"Gara-gara ini Jieun nangisin Angel tiap hari.." Yongbae mendengus. "Untung waktu itu aku nggak nulis nama Jieun.."
Ketiga bocah itu memandang ke arah Seunghyun yang tengah bersandar di bar untuk menunggu pesanan selesai di buat dan diantarkannya ke meja pelanggan. Wajahnya lemas, dan sepertinya sampai hari ini dia masih tidak tidur. Ketiganya mendengus, melepas nafas pendek. Besok ia harus melihat Seonbae mereka itu mencium hantu sang putri dan mati sebelum ia sempat menggapai impiannya.
~Kiss Note~
Jinki menimang KISS NOTE di tangannya, kemudian membukanya dan menemukan beberapa halaman telah terisi tulisan nama. Ia melepas nafas pendek. "Kamu nemu ini dimana?" tanya Jinki pada Seungri yang duduk didepannya.
"Di ruang 6, waktu kuliah, buku itu jatoh di bawah meja!" jawab Seungri jujur.
"Oh.. abis itu kamu iseng nulis nama Kwon-saem ya?" tanya Jinki kemudian.
"Eh?? Kok tau sih??" Seungri bengong. Jinki hanya menampilkan cengiran kecil di sudut bibirnya.
"Aku udah lama nyari buku ini.. buku petaka.. tapi aku telat!" Jinki menutup buku itu, kemudian meletakannya di meja. "Sebenarnya udah cukup lama hantu putri itu datang dan meminta buku ini kembali setelah beberapa waktu yang lalu seseorang mengambilnya dari tempat asalnya.. tapi kalau sudah begini, aku nggak bisa berbuat banyak.."
Seungri berpikir sejenak. "Bentar.. bentar.. J..Jinki hyeong ketemu sama hantu putri itu?" Seungri gemetar hebat.
"Geuromyeon~! Aku adalah keturunan ke 13 penjaga bekas kastil ini, sebenarnya.. sekaligus menjaga apa yang ada didalamnya, termasuk cerita ini.. apa aku belum cerita sama kalian?" Seungri mengkerut, merasa salah dia datang pada Jinki sendirian. "Dan yang aku tahu tugas penjaga ke 13 itu yang paling berat, dan ternyata benar.. aku bertemu dengan kalian.. ahh~ nambah-nambah kerjaan aja sih~" Jinki mendengus. Sedangkan Seungri ketakutan sampai hampir ngompol. "Tapi semoga aja nggak seburuk yang aku perkirakan.."
Seungri jadi makin takut, sampe ngempet pipis. "Udah donk hyeong~ jadi orang horor banget sih!" Seungri nangis, sedangkan Jinki malah tersenyum lebar, kemudian memasukkan buku berwarna pink cerah itu ke laci mejanya.
"Aku tunggu di depan gerbang jam 7 malam nanti! Bawa semua yang namanya ditulis disini!" perintah Jinki, setelah mendengarnya Seungri cepat-cepat keluar dari ruangan mistis maha gelap itu. Ia berlari cepat-cepat keluar sebelum hawa horor nya meresap sampai ke daging dan urat nadinya. Sebelum roh-roh yang mengelilingi Jinki itu jadi mengelilinginya.
"Pantesan Dae hyeong nyuruh aku yang kesini waktu diminta bawain Kiss Note! Ternyata.." Seungri ngamuk-ngamuk setelah berhasil menemui tempat terang, kemudian bergegas mengambil sepedanya dan pulang.
Sementara itu didalam ruangan Jinki yang maha gelap itu, pria dengan pakaian serba hitam itu berdiri, berjalan kedekat jendela, membuka gorden besar yang menutupi jendela yang berukuran besar juga itu untuk melihat keluar. Kini ia tak memakai tudung jubahnya, ia biarkan cahaya menyapu wajahnya. Sesaat kemudian ia tersenyum.. misterius..
Seungri jadi makin takut, sampe ngempet pipis. "Udah donk hyeong~ jadi orang horor banget sih!" Seungri nangis, sedangkan Jinki malah tersenyum lebar, kemudian memasukkan buku berwarna pink cerah itu ke laci mejanya.
"Aku tunggu di depan gerbang jam 7 malam nanti! Bawa semua yang namanya ditulis disini!" perintah Jinki, setelah mendengarnya Seungri cepat-cepat keluar dari ruangan mistis maha gelap itu. Ia berlari cepat-cepat keluar sebelum hawa horor nya meresap sampai ke daging dan urat nadinya. Sebelum roh-roh yang mengelilingi Jinki itu jadi mengelilinginya.
"Pantesan Dae hyeong nyuruh aku yang kesini waktu diminta bawain Kiss Note! Ternyata.." Seungri ngamuk-ngamuk setelah berhasil menemui tempat terang, kemudian bergegas mengambil sepedanya dan pulang.
Sementara itu didalam ruangan Jinki yang maha gelap itu, pria dengan pakaian serba hitam itu berdiri, berjalan kedekat jendela, membuka gorden besar yang menutupi jendela yang berukuran besar juga itu untuk melihat keluar. Kini ia tak memakai tudung jubahnya, ia biarkan cahaya menyapu wajahnya. Sesaat kemudian ia tersenyum.. misterius..
~Kiss Note~
Jam 7 malam, dengan keberanian yang telah dipompa dan berbekal doa semoga mereka bisa pulang dengan selamat, ketiga mahasiswa beda angkatan itu, Kwon-saem, Jieun yang membawa Angelnya sambil nangis-nangis sepanjang jalan itu bersama-sama datang ke kampus mereka. Seperti yang diinstruksikan si dukun Jinki, mereka menunggu didepan gerbang kampus yang pagar besi besarnya yang berlapiskan cat hitam itu telah dikunci. Seunghyun dan Kwon-saem masih berusaha meneguhkan hati, Jieun terus menangisi Angel, dan tiga yang lain cuma bisa berusaha menenangkan mereka.
Tak lama si dukun dengan baju serba hitam itupun muncul. Namun ia tak mengenakan jubah seperti saat sebelumnya mereka bertemu. Tapi tetap saja, semuanya hitam dari ujung kepala sampai kaki. Kecuali sneakernya yang ada warna putihnya sedikit.
"Horor banget sih~" komentar Seungri. Begitu Jinki datang, entah kenapa ia langsung merinding. Aura horornya begitu terasa.
"Langsung ikuti aku saja!" ajak Jinki pada semuanya. Mereka pun mengiyakan, dan segera berangkat.
Tapi bukannya masuk dari pintu depan, ataupun pintu normal lainnya, Jinki malah mengajak mereka ke sebuah taman kecil di samping kampus, kemudian berhenti didekat lampu taman yang ada di paling pojok dan berada di antara semak-semak. Jinki berjongkok, dengan sekuat tenaga ia terlihat seperti membuka sesuatu. Sebuah pintu. Ada pintu disana? Tanpa banyak bicara, Jinki turun duluan melalui tangga logam yang berjajar sepanjang dindingnya. Yang lainpun mengikutinya hingga mereka sampai di.. saluran air. Saliran air bawah tanah.
Jinki terus berjalan kemudian mengikuti saluran air itu, tanpa penerangan, entah bagaimana mata sipitnya bisa melihat didalam kegelapan dengan cukup jelas.
"ADOH! BEGO! Sapa yang nendang gue??" Daesung berteriak.
"Oh.. sori hyeong~! Ga sengaja!" Seungri minta maaf.
"Abis jalan gelap-gelapan ga pake lampu sih?" Yongbae protes. "Gaada yang bawa senter apa? Jinki, kamu bisa aja jalan gelap-gelapan gini?"
"Kebiasaan.." Jinki jawab seadanya.
Seungri tertegun sejenak, kemudian menggandeng tangan Daesung, membuat bocah yang masih trauma efek KISS NOTE itu menoleh. "Jinki hyeong kan sipit bisa liat di kegelapan, sapa tau Daesung hyeong juga bisa melihat jelas dalam gelap.."
"MAKSUD LOH??" Daesung berteriak.
"Awas lo di santet ngejekin Jinki.." Yongbae komentar asal.
"Yongbae hyeong on the list.." yang paling depan berkata datar, nggak lain adalah Jinki. Yongbae langsung matung nggak ngerti harus ngapain lagi.
"JIEUN UDAH DONK NANGISNYA!!" tiba-tiba Seunghyun berteriak, pipinya sudah beleleran air mata. Mewek se mewek-meweknya. Semua yang ada disana termasuk Jinki menengok ke Seunghyun, kemudian kearah Jieun yang jalan paling belakang sama Angel, dan ternyata sampai sekarang belum kelar nangisnya. Menghasilkan suara sesenggukan yang menggema di saluran air itu. "AKU KAN JADI TAKUT KEINGET MIMPI ITU MULU~!!" Seunghyun memeluk Daesung.
"HYEONG~!! JANGAN!!" Daesung teriak, ga sengaja menginjak kaki Seungri.
"HYEONG! APHO~!"
Jieun jadi tambah keras nangisnya, sampai Angel melolong memenuhi saluran air, Yongbae bingung, dia cepat-cepat mendekati Jieun dan menenangkannya juga Angel, Kwon-saem yang akhirnya bingung jadi ikut nangis. "CALON ISTRI GUE!!!"
Dan akhirnya di saluran air itupun terdengar banyak lolongan(?). Jinki yang awalnya berekspresi datar pun mulai terlihat pengen mewek. "Kenapa takdir gue harus jadi yang ke 13?? Kenapa harus bawa manusia-manusia kayak mereka??" gumamnya. Namun mereka tetap berjalan menyusuri saluran air itu hingga mereka menemukan cahaya yang memekakkan mata karena saking lamanya berjalan di tempat gelap.
"Kita sampai!" Jinki yang udah mengembalikan ekspresinya ke semula, bicara sambil membuka pintu pagar besi yang menutupi saluran air itu. Semuanya pun berjalan mengikutinya, namun tidak segera berlanjut, ketujuh orang dan seekor anjing itu masih berdiri disana menunggu instruksi Jinki.
"Ini dimana?" tanya Jieun yang akhirnya berhenti nangis, Angel kini berada di bawah pengawasan Yongbae.
"Ini di bawah tanah kastil.. akses rahasia masuk ke tempat ini! Karena seluruh gerbang dan pintu masuk lain di kuncil saat malam, kita cuma bisa lewat sini! Cuma penjaga kastil yang tahu soal ini, bahkan pejabat kampus ini nggak ada yang tahu!" jawab Jinki enteng.
"Kalo gitu sekarang kita jadi tahu.." Seungri ngasal.
Suasana senyap sesaat. "Kalau begitu aku perlu menghilangkan ingatan kalian nanti.." ujar Jinki datar. Horor.
Daesung merangkul Jinki segera. "Ngga perlu Ki, kita bisa jaga rahasia~!" katanya sok akrab, padahal aslinya udah merinding sampai ke ubun-ubun.
Jinki melepaskan tangan Daesung dari pundaknya, ia mengambil sebuah bola kaca dari saku jaketnya. "Mulai dari sini, kita jalan sendiri-sendiri.." ujar Jinki. Yang lain membatu. "Berpencar!"
"HAHH??"
"Oke, kalian jalan 2-2! Aku akan jalan sendiri, kalau ada apa-apa kalian lapor ke aku! Arraseo?" jelas Jinki cepat. Belum sampai semua menyanggupi, dia udah ngomong lagi, "Oke! Tancap sekarang!" dan Jinki langsung ngeloyor pergi tanpa ngomong apa-apa lagi.
"Gila tuh dukun ga waras!" bisik Seunghyun asal.
"Seunghyun hyung masuk list~!!" dari kejauhan suara sang dukun itu terdengar.
"Mampus lo!" Kwon-saem keceplosan.
Dan akhirnya mereka jalan berpencar. Yongbae bersama Jieun dan Angel, Seunghyun dengan Daesung, dan Seungri bareng Kwon-saem, mereka berjalan ke arah yang berbeda-beda, menyusuri lorong yang di terangi lampu besar-besar di atapnya yang tinggi itu.
Seungri berjalan dengan biasa meski sesekali ia merasa bulu kuduknya meremang karena ketakutannya sendiri, tapi sejak tadi Kwon-saem terdengar terisak, membuat mahasiswa yang berjalan di sampingnya itu menjadi iba pada dosen yang menjadi korban karena keisengannya itu.
"Tenang saem.. kan Jinki hyeong bilang ini cara lain! Dia mengusahakan biar Kwon-saem nanti nggak jadi mati.." katanya meski mencoba menenangkan, tapi omongannya malah makin bikin down. Nggak jadi mati itu kemungkinan besar adalah nanti dia bakalan mati.
"Ngehe' lu!" Kwon-saem mengumpat. Seungri mengkerut. "Aku harus bilang apa ke calon istriku nanti kalau akhinya kita ngga jadi nikah gegara aku mesti nyium setan cewe itu! Dan aku mati malem ini juga! Kreditan gaun penganten belom lunas lagi~!"
Seungri merasa antara iba dan heran, jadi dia bingung mau ngomong apa, sampe dia ngasal, "Ya kan kalo Kwon-saem mati udah ga usah jelasin apa-apa lagi ke calon istrinya saem.."
Kwon-saem melirik tajam, "Semester ini di mata kuliah gue, lo dapet E!"
"SETAN TUAN PUTRI! TOLONG CIUM KWON-SAEM SEKARANG!!!" Seungri kalap mendengar ancaman nilai E yang bakal muncul di KHS-nya nanti. Jadi dia berdoa biar Kwon-saem mati beneran dan dia tidak akan mendapatkan nilai E dari dosen itu.
DPAK!!!
Sepatu mendarat di kepala Seungri.
"Oppa.. gimana kalo setannya dateng?" Jieun yang sebenarnya baru bertanya hal itu 10 meter sebelumnya, kembali bertanya lagi pada Yongbae yang udah mulai sebel dan terlalu bosan menjawab pertanyaannya. Sementara tangan kirinya membawa tali yang menghubungkannya dengan Angel. Tidak seperti majikannya, Angel terlihat kalem-kalem saja.
"Tenang donk Jieun.. Angel aja bisa tenang gini~" Yongbae mulai protes, meski cintanya pada Jieun tetap tak berkurang sedikitpun #eaa .
"Tapi aku masih penasaran sama apa yang mau dilakuin Jinki oppa.." Jieun tiba-tiba mengganti kalimatnya. Yongbae pun tertegun, kemudian mengangguk kecil. Ia juga penasaran sebenarnya apa yang mau dilakukan Jinki untuk mencegah kematian 3 makhluk korban KISS NOTE ini. "Kenapa dia milih pergi sendiri? Kenapa kita harus berpencar? Kenapa kita nggak nyari sama-sama aja? Kan cuma dia doank yang ga takut setan.." Jieun mengatakan semua hal yang memenuhi kepalanya. Sekali lagi Yongbae hanya bisa mengangguk-ngangguk kecil.
"Yongbae oppa nggak curiga sama Jinki oppa?" tanya Jieun.
"Nan? Eumh.. aku mau curiga, tapi nggak pengen terlalu banyak tahu apa isi pikirannya.." Yongbae menghela nafas pendek. "Udah cukup sekali aja masuk list orang yang bakal di santet.." Yongbae merenungi nasib.
"Ahh.. oppa~ ada ruangan! Masuk yuk!" ajak Jieun, sepertinya dia tidak begitu menghiraukan apa yang dikatakan Yongbae. Dan pria mohawk dengan topi hip hop itu hanya bisa menuruti sambil terus menyeret Angel ikut masuk kedalam ruangan itu.
---
Satu 2 jam, dan mereka belum menghasilkan apapun. Hanya hawa mencekam, namun mereka tak menemukan tanda-tanda hantu putri itu muncul. Daesung dan Seunghyun sudah naik di lantai 1 gedung kampus bekas kastil itu. Sudah berada di dekat cafetaria. Seunghyun berusaha membuka pintu kaca ruangan itu. "Laper~" katanya.
"Itu di kunci hyeong, mana bisa dibuka.." Daesung menarik Seunghyun pergi dari sana, namun Seunghyun masih keukeuh ingin masuk kedalam cafetaria itu.
"Sebelum aku mati dan gabisa makan lagi.." Seunghyun berusaha membuka pintu kaca itu, tapi dicoba berapa kalipun nggak akan berhasil. Sudah jelas pintunya terkunci.
Daesung menghela nafas pendek, ia menyandarkan punggungnya di tembok didekat pintu, menunggui Seunghyun sampai bocah itu menyerah untuk membuka pintu cafetaria itu. Daesung menempelkan belakang kepalanya di tembok itu, sedikit keras, dan ia merasa tembok di belakang kepalanya itu seperti ikut mundur mengikuti kepalanya. Daesung terlonjak, menoleh dan melihat ke arah tembok itu. Tak sengaja beberapa saat kemudian terdengar teriakan keras dari sampingnya. Daesung menoleh, Seunghyun tak ada disana. Daesung melihat kebawah, terlihat lubang besar berbentuk persegi disana, seperti pintu rahasia. "Heh.." gumamnya.
"AHH!! APHOYO~!" dari dalam seseorang berteriak, Daesung langsung melongokkan kepalanya untuk melihat kesana. Tidak menyangka kenapa bisa ada pintu rahasia di tempat gayak gitu?
"Hyeong??" Daesung berseru. Seunghyun mendongak, dengan tangan masih berada di pantatnya, menggosoknya karena kesakitan. "Gwaenchanayo??"
"Ahniyo!!" Seunghyun menjawab mantab.
"Hyeong! Aku kesana!" Daesung ancang-ancang hendak melompat.
"Andwe.. ahh!!" tapi terlambat, Daesung sudah melompat turun dan terjatuh dengan keren(?) di sampingnya. "Kenapa kamu turun sih??" sesal Seunghyun.
"Wae hyeong? Biar kita nggak kepisah! Bisa bahaya kan kalo setan itu dateng pas hyeong sendirian.." jawab Daesung. "Aku harus melindungi hyeong!" lanjut Daesung sok oke.
"Makasih atas simpatinya, Dae-a! Tapi harusnya kamu tadi tetep diatas karena disini nggak ada pintu!" jawab Seunghyun lempeng, seraya beranjak dari jatuhnya. Ia membersihkan jaket dan celananya, kemudian kembali melihat ke Daesung yang ternganga karena baru sadar, sekeliling ruangan itu hanya ada tembok. Tak ada pintu, jendela, bahkan ventilasi sekalipun. "Kalo kayak gini gimana kita keluarnya?"
"Aku ngerasa kayak maen film indiana jones.." gumam Daesung.
Seunghyun mendengus, ia kemudian mengitari ruangan itu. Ruangan aneh. Tak ada pintu ataupun jendela, seperti sebuah penjara bawah tanah, tapi ada beberapa lemari, laci, juga sebuah meja yang cukup besar, tertutup oleh debu, juga beberapa kursi yang salah satunya ada didepan meja itu. Ke isengan Seunghyun pun muncul. Daripada bosan, dia membuka-buka lemari-lemari itu yang tenyata kosong, kemudian membuka laci meja yang terlihat seperti meja belajar itu, dan menemukan sebuah buku di meja paling atas. Seunghyun mengambilnya, meniup debu yang menutupinya, kemudian membuka dengan asal dan mendapat salah satu halaman di bagian tengah. Ia membacanya dengan serius, dan sesaat terlihat membelalakkan matanya.
"Hyeong?" Daesung yang sejak tadi cuma berdiam diri di kursi sambil mencoba mendapat sinyal HP untuk menghubungi teman-temannya, terheran-heran melihat ekspresi wajah Seunghyun. Daesung segera berlari mendekat kearah Seunghyun, ingin ikut membaca isi buku itu. "Kosong?"
Seunghyun menoleh, nyengir lebar. "Hehehehehh.. kena lo~!" katanya.
"Aish! Hyeong buka ponsel! Coba telepon sapa kek, Yongbae hyeong apa Seungri! Dari tadi aku nggak dapet sinyal!" Daesung protes setelah mendorong bahu Seunghyun dengan kesal, sampai bocah itu terpelanting kedepan dan menjatuhkan bukunya di atas meja. Sementara Daesung kembali mencoba menghubungi teman-temannya.
---
Jinki merapal mantra sejak ia berpisah dengan teman-temannya untuk berjalan sendirian mencari hantu sang putri. Di tangan kanannya terlihat sebuah bola kaca, dan ditangan kirinya ia membawa kalung tasbih yang biasanya melingkar di lehernya. Ia berjalan tanpa memperhatikan arah, menuju kesebuah tempat, masih di bawah tanah kastil besar itu. Hingga ia merasakan sesuatu dan membuatnya berhenti.
Ruangan itu tertutup, namun ia merasakan angin dingin berhenbus di tengkuknya. Jinki berhenti, memejamkan matanya. "Aku sudah membawa mereka kemari.." katanya. Angin dingin itu kembali berhembus, kini di wajahnya. "Aku juga sudah membawa benda yang kau inginkan!" Jinki membuka matanya. Tampak sosok pucat dan cantik berdiri didepannya dengan senyum samar, persis seperti yang diceritakan Seunghyun. "Jadi bisakah kau lepaskan dia? Ini penawaran terakhirku.."
"Aa? Ruang rahasia?" Seungri bergumam sendiri, membaca pesan yang baru masuk ke ponselnya. Dari Seunghyun.
"Ada apa?" Kwon-saem yang duduk di bibir jendela bertanya. Mereka kelelahan berjalan tak tentu arah sampai kini akhirnya berada di lantai 3. Karena lift tak beroprasi pada malam hari, jadi mereka harus sampai kesana dengan tangga. Dan sampai sekarang mereka tak menemukan apa-apa. Mereka juga tak ingin menemukan apa yang mereka cari sebenarnya.
"Daesung hyeong sama Seunghyun hyeong kejebak di ruang rahasia katanya! Di depan cafetaria.." jawab Seungri sambil menunjukkan isi pesannya.
"Cafetaria?" tanya Kwon-saem. "Kenapa bisa ada ruang rahasia di tempat kayak gitu sih?"
"Iya saem.. lantai satu.." Seungri mengantongi ponselnya. "Kesana yuk!"
"Kita kan baru aja nyampe lantai 3~" Kwon-saem depresi. Tapi Seungri menariknya, membuat Kwon-saem yang lemas mau tidak mau mengikutinya pergi kembali ke lantai satu. "Sebenernya kita ngapain sih disini??" Kwon-saem ngeluh lagi. Seungri nggak menjawab, dia males menjelaskan, daripada nanti salah ngomong, ternyata Kwon-saem nggak jadi mati, dia dapet E dan dilarang perbaikan mata kuliah itu sampai akhirnya nggak lulus. Mending menerapkan asas diam itu emas untuk saat ini. "Tolong bilangin maaf ke calon istriku kalo nanti aku mati.."
"Saem.." Seungri menatap Kwon-saem iba, kemudian menepuk punggung Kwon-saem lembut. "Gwaenchanayo saem.. saya ada disini sama Kwon-saem. Sebisa mungkin saya jadi tameng Kwon-saem kalo setan itu dateng.."
---
Seunghyun masih iseng kesana kemari mengecek segala hal di ruangan itu. Daesung yang melihatnya cuma bisa memperhatikan seonbaenya itu tanpa berniat mengerti apa yang sebenarnya sedang bocah besar itu lakukan saat ini. Hingga terdengar suara gesekan antara batu dan debam pelan di salah satu sudut, tepat dimana Seunghyun berada sekarang.
"Hyeong?" Daesung kaget, ia tak menyangka mereka menemukan satu pintu rahasia lagi.
"Hohh??" gumam Seunghyun. Daesung mendatanginya. "Bener-bener kayak di film~ " Seunghyun takjub.
"Gimana bisa hyeong?"
"Aku suka nonton film aneh-aneh akhir ini, dan di film itu biasanya di sebuah ruangan seperti ini pasti ada pintu rahasia! Ternyata benar!" jelas Seunghyun masih dengan tampang takjubnya. "Kita harus segera pergi! Aku nemu sesuatu yang mungkin harus dilihat sama Jinki!"
"Apa hyeong?" tanya Daesung penasaran. Tanpa menjawab, Seunghyun menunjukkan buku yang sejak tadi ia bawa di tangannya. "Apa ini?"
Daesung merebut bukunya, membolak-balikkan halamannya, hanya beberapa saja yang terisi. Ia menemukan salah satu buku yang terisi dan berniat membacanya. Namun niatnya itu terganggu oleh seseorang yang tiba-tiba berteriak dari atas mereka.
"Kalian nggak apa-apa?" Daesung dan Seunghyun mendongak. Yongbae melongok bersama Jieun. "Aku di telepon Seungri, katanya kalian kejebak disini!"
"Hyeong!" tiba-tiba terdengar suara dari kejauhan, disertai suara debam langkah kaki cepat dari dua orang yang berlari ke arah mereka. Tak lama Seungri dan Kwon-saem melongok. "Gwaenchanayo?"
"Hmmh! Kami baik-baik aja!" jawab Daesung. "Kami baru menemukan pintu rahasia! Kita harus bergegas menemukan Jinki! Ada sesuatu yang mesti kita perlihatkan padanya!"
Tanpa diduga, tiba-tiba Seungri terjun turun, diikuti Kwon-saem yang entah mengapa jadi lengket dengannya. Kemanapun Seungri pergi, ia merasa harus mengikutinya. "Aku ikut!" ujar Seungri setelah berdiri.
"Aku sama Jieun jalan dari sini aja! Kasian Angel mesti di ontang-anting kesitu!" Yongbae berseru, setelah ia mendapatkan tanda O.K dari teman-temannya, kedua orang itu bergegas pergi dari sana untuk mencari Jinki.
"Betewe, nemu apaan sih hyeong?" Seungri mulai kepo.. eh, Seungri bertanya penasaran.
Seunghyun menunjukkan bukunya. "Ada sesuatu tentang Jinki dan hubungannya dengan KISS NOTE itu yang sepertinya harus kita ketahui!" jawab Seunghyun serius. Omongannya udah 11-12 sama di film misteri. Dan tanpa menunggu lagi, Seunghyun berlari keluar, diikuti 3 orang lainnya di belakangnya.
---
GUK! GUK!
Yongbae dan Jieun jadi kesusahan karena entah kenapa Angel terus-terusan menggonggong dan mendadak tidak mau berjalan mengikuti mereka. Jieun berjongkok, mengusap leher anjing itu sayang dan memintanya berjalan lagi, namun Angel tetap tidak mau berjalan. Ia berhenti, bahkan berlari pergi pun tidak. "Angel, jangan nakal donk~!" rengek Jieun, masih terus mengusap leher anjingnya itu.
"Mungkin Angel ngeliat sesuatu, Jieun-a.." Yongbae mendadak mistis, ia memandang Angel dengan tatapan takut, namun masih berusaha keras untuk menahan ketakutannya karena Jieun. Ia menoleh, menatap Jieun kemudian. "Yang aku tahu, bayi dan hewan lebih sensitif soal yang kayak gini.."
"Oppa jangan nakutin donk.." Jieun memeluk Angel lebih erat, tiba-tiba saja bulu kuduknya jadi meremang mendengar apa yang dikatakan Yongbae.
GUK!
Tiba-tiba Yongbae merasa ada angin dingin baru bertiup di sekitarnya. Ia mematung, perasaannya sudah mengatakan ini sejak tadi. Sejak mereka meninggalkan keempat temannya yang lain yang keluar lewat pintu rahasia itu. Ia merasa sesuatu mengikuti mereka, makanya Angel berontak. Namun Yongbae mencoba untuk mengacuhkannya, sampai sekali lagi ia merasakan sesuatu bertiup di tengkuknya.
GUKK!!
Jieun mendongak ke arah Yongbae, matanya memerah, ia menangis dengan wajah ketakutan. Yongbae memandang ke arahnya, jangan sampai apa yang ia pikirkan benar-benar terjadi nantinya. Yongbae menoleh. Tidak ada apapun. Ia membalikkan badannya kemudian. Tapi kenapa Jieun menangis? Apa ia melihat sesuatu? "Kamu liat sesuatu Jieun-a?" katanya. Jieun tidak menjawab. Sesaat ia merasa sesuatu melewatinya, dan sekelebat bayangan putih nampak berlalu cepat di penglihatannya. Yongbae mundur, meraih tangan Jieun dan tali pengikat Angel. "LARI!" serunya, tanpa ragu mereka berlari meninggalkan tempat itu tanpa tujuan pasti kemana mereka harus pergi.
"Sebenernya kita ngapain sih disini?" Kwon-saem mulai meragukan sesuatu yang kini mereka lakukan. "Apa tujuan ini semua? Kenapa kita mesti nyari gadis itu? Kenapa kita yang takut setan malah disuruh berpencar gini? Apa Jinki merahasiakan sesuatu soal ini?"
"Nggak tau saem, kayaknya buat menghentikan kutukan itu, kita mesti ngelakuin ini.." Seungri menjawab asal tanpa memperdulikan yang namanya sebab-akibat.
"GYAAAAHHHH!!!" tiba-tiba terdengar seseorang berteriak.
"Siapa??" semuanya berhenti tiba-tiba, mencari sumber suara. Yang jelas tidak berasal dari mereka.
"Itu Yongbae hyeong!" Daesung menjawab. "Kayaknya dia kenapa-napa..!?"
"Kita harus kesana!" Seungri menginstruksikan pada yang lain, sampai ia sadari salah seorang dari mereka baru menghilang. "Seunghyun hyeong mana?"
Ketiganya menoleh ke segala arah, mata mereka menyapu ke seluruh lorong bawah tanah yang besar ini. Baru menyadari salah satu anggota mereka yang tadi berjalan paling depan kini sudah menghilang. "HYEONG!!" Daesung berteriak. "SEUNGHYUN-IE HYEONG??"
"Otteokhe~?" Seungri mengacak rambutnya asal. Stress menjalari pikirannya. Semua ini gara-gara dia menemukan buku itu di bawah meja kuliahnya.
"Kalian pergi ke Yongbae, biar aku yang cari Seunghyun!" Kwon-saem tiba-tiba menginstruksikan hal yang sebenarnya tidak ingin ia lakukan. Ini sama saja ia menjadi ikan yang akan terpancing dengan Seunghyun sebagai umpannya, jika gadis hantu putri itu benar-benar ada.
"Tapi saem.." Seungri menghawatirkannya.
Kwon-saem menepuk bahu Seungri. "Gwaenchanayo~!" katanya. "Kalo nanti aku kenapa-napa, jangan lupa pesanku yang tadi.."
"Saem.." namun tanpa menjawab kekhawatiran Seungri, Kwon-saem sudah berlari mencari Seunghyun.
---
"Kalo sampe ketemu, aku bunuh kamu Jinki!" Seunghyun menggumam geram, dengan langkah kaki dengan ritme yang sama dan tak berhenti menuju ke satu arah yang mungkin saja si dukun Jinki itu tengah berada disana. Tangan kanannya masih menggenggam buku tebal dengan sampul coklat lusuh dan kertas didalamnya sudah mulai menguning. Tidak tanpa sebab kenapa Seunghyun geram, dan memilih meninggalkan teman-temannya untuk menemui si dukun itu sendirian. Rasa takut sudah menghilang tanpa bekas sejak ia menemukan apa yang ada didalam buku itu. Ia merasa dijebak. Jika harus mati hari inipun, ia akan mengajak dukun itu ikut serta dengannya.
#FLASHBACK
Seunghyun tertegun membaca sebaris kalimat yang tak sengaja ia temukan saat buku itu terjatuh di atas meja. Entah pada halaman berapa buku itu, seseorang menuliskannya. Buku itu sudah tampak berumur, namun tulisan yang ada diatasnya itu masih tampak baru.
Seunghyun membalik halamannya asal, menemukan tulisan lagi.
Seunghyun membalikkan lagi halamannya, dan begitu kagetnya dia saat menemukan selembar foto Jinki disana, dan tertulis sesuatu dibawahnya.
#FLASHBACK END
Jika ia tidak salah mencerna, ini semua berkaitan. Jinki-Hantu Sang Putri-KISS NOTE-Kisah mereka-dan kenapa mereka sekarang berada di bekas kastil ini. Bukan mencari hantu itu, bisa jadi semua ini merupakan permainan Jinki. Dukun itu merencanakan segalanya untuk mendapatkan cinta ribuan tahun yang lalu itu kembali.
Pada akhirnya, Seunghyun menemukannya. Laki-laki serba hitam itu kini tampak berdiri terdiam di salah satu sudut tak jauh darinya, dengan sebuah buku warna pink terang tergeletak di lantai dan pecahan kaca di sekitarnya. Seunghyun mempercepat langkahnya, ia segera menarik bahu laki-laki dukun itu sekuat tenaga untuk membuatnya menghadap ke arahnya. Tapi bukannya berbalik, ia malah terhuyung lemas dan terjatuh di atas lantai yang semula di tapakinya. Tanpa tenaga sedikitpun.
"Ji.. Jinki-yah?" Seunghyun yang semula marah, tiba-tiba kehilangan emosinya begitu melihat keadaan Jinki yang begitu lemah. Seunghyun meletakkan bukunya, menepuk-nepuk pipi Jinki untuk membuatnya bangun. "YA! Ireona!! Jinki-yah!!"
"Dia melanggar janji.." tiba-tiba gumaman muncul dari bibir Jinki.
"M..mwo??"
"Putriku melanggar janji.." suaranya sangat lemah. "Keluarlah dari sini.. maafkan aku hyeong~"
"APA MAKSUDMU, YAH!! AKU NGGAK NGERTI TAU!!"
"Kalau kalian nggak keluar dari sini.. kalian akan mati pelan-pelan sepertiku.. ugh~" Jinki mengerang di akhir kalimatnya. "Ia sedang membalas dendam.. aku membuat kalian berpencar.. cuma untuk memuluskan tujuan.. ugh.. bukan mencarinya.. seperti.. yang aku bilang.."
Seunghyun tidak mengatakan apapun, membiarkan Jinki tetap menceritakan semua yang mungkin ia tahu dan bisa menyelamatkannya. "Aku berkhianat setelah.. ugh.. berjanji padanya~.. katanya dengan membawa kalian, dia akan memaafkanku.. t..tapi.." Jinki mengatur nafasnya, wajahnya tampak benar-benar kesakitan. "Dia membunuhku pelan-pelan.."
"J.. Jinki-yah??" meski ia berniat untuk membunuh Jinki saat menemukannya, namun ia tidak benar-benar menginginkannya. Ia hanya menggertak. Dan setelah kini ia menemukan bocah dukun itu sekarat di hadapannya, ia hanya merasa ingin menarik kata-katanya kembali, mungkin saja dengan begitu semuanya akan kembali dan tentang Jinki yang sekarat itu hanyalah sebuah mimpi.
"Hyeong~ Sonsaengnim~ semuanya.. pergilah.. dia akan membunuh.. ugh.."
"J..JINKI!"
"Choi Seunghyun! Akhirnya kamu ketemu!" dari kejauhan terdengar seseorang berseru, namun Seunghyun tak meresponnya. Ia masih berlutut, berkonsentrasi pada pria sekarat di hadapannya. "Seunghyun-a! Ada apa..? Lee Jinki?"
"Cepatlah pergi.." Jinki menggumam lagi.
"M..mwoya?" Kwon-saem bertanya keheranan.
Sesaat angin dingin bertiup. Tanda-tanda yang selalu dimunculkan jika hantu putri itu datang. Seunghyun bisa merasakannya. Ia memejamkan matanya sekejap. Kwon-saem beringsut mendekati Jinki untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, berusaha melawan ketakutannya akan apa yang terdari pada mereka. Ia tahu hantu itu mendatangi mereka kali ini, tapi tak ada pilihan lain selain untuk menghadapinya.
"Apa yang kamu inginkan sebenarnya?" Seunghyun menggumam geram. Kwon-saem kaget mendengar gumaman Seunghyun yang cukup keras untuk bisa didengarnya. Seunghyun masih memejamkan matanya, dan saat ia mulai membukanya, ia dapati gadis cantik itu berdiri tepat disampingnya, menggenggam tangannya. Kwon-saem tak bisa melihatnya, namun bisa merasakannya. Ia tahu hantu putri itu mendekati Seunghyun kali ini, namun ia tidak tahu kenapa ia tidak bisa melihatnya.
"Ia memilihnya.." Jinki berbisik. Setitik air mata pun jatuh dari pelupuk matanya.
---
"Sudah pergi.." Yongbae mengatur nafasnya, begitu juga dengan Jieun yang terlihat jauh lebih kelelahan karena ia tidak pernah berlari sejauh dan secepat itu. Angel pun telihat kelelahan, ia menidurkan diri, air liur mulai banyak yang keluar dari mulutnya dengan lidah yang menjulur-julur keluar.
"Hyeong~!!" dari kejauhan terdengar seruan seseorang, dan derap kaki mendekat kearah Yongbae, Jieun dan Angel. Seungri dan Daesung merapat. "Kalian nggak apa-apa?"
"Dia mengejar kami tanpa memperlihatkan diri.." Yongbae masih mengatur nafasnya, benar-benar kelelahan. "Tapi..hh ..hh ..entah kenapa dia tiba-tiba ngilang!"
"Sonsaengnim sama Seunghyun oppa mana?" tanya Jieun ditengah keheningan yang tiba-tiba tercipta, kembali mengingatkan mereka bahwa kedua orang yang harus mereka jaga itu malah pergi seenak hati mereka dari kelompok.
Yongbae memandang Seungri dan Daesung. Ia merasa kedua dongsaengnya itu sedikit terlalu ceroboh. Kini ia tahu kenapa sesuatu yang mengejarnya itu tiba-tiba menghilang. Mangsa yang ia butuhkan sudah terbebas dari halangan. "PABO!" Yongbae geram. "Jieun, kamu masih bisa jalan?" Jieun mengangguk mengiyakan, meski sebenarnya kakinya sudah gemetar untuk berjalan lagi. "Kita cari hyeong dan Kwon-saem!"
Hantu putri itu menempel pada Seunghyun, kedua tangannya menggenggam erat lengan Seunghyun, meniup telinganya dengan angin dingin dari mulutnya. Seunghyun bergidik, namun ia tetap mencoba tenang. Ia menatap lurus kedepan, entah melihat apa, tidak mau melihat ke arah putri itu meski secantik apapun wujudnya. Ia tetap hantu.
"Kalau aku mencium mu, apa kamu bakal berhenti mengusik mereka?" tanya Seunghyun datar. Tak ada jawaban, ia hanya merasakan sesuatu yang dingin menjalar di pundaknya. Seunghyun memejamkan matanya. "Kalau begitu cium saja aku, dan pergilah ke alam mu sendiri.."
Kwon-saem terperanjat. "Seunghyun-a! Kamu gila!"
"Andwe..~" Jinki yang masih bangun ikut mencegahnya.
Hantu putri itupun terbang sedikit menjauh, seperti sudah mengerti, Seunghyun berdiri dan menghadap ke arah lain. Ia menengadah, kemudian kembali memejamkan matanya, menunggu eksekusi yang akan menyebabkan kematiannya. Hantu putri itu turun, berjalan mendekati Seunghyun dan menengadahkan kepalanya. Kedua tangan dinginnya menangkup pipi Seunghyun untuk mengarahkannya. Ia mendekatkan wajahnya, setiap detik berlalu dan wajah mereka semakin dekat.
"Bakar bukunya.." dengan nafas yang mulai tersengal, dan air mata masih membanjiri wajahnya, Jinki membisikan kata-kata pada Kwon-saem. "Bakar Kiss Note nya.."
"Mwo?"
"B..bakar Kiss Note nya, SAEM!" dengan suara yang sedikit ditekan, Jinki menginstruksikan.
Kwon-saem segera mengambil KISS NOTE yang tergeletak tak jauh dari dirinya itu, dengan tangan gemetar, ia mencoba mencari-cari sesuatu dari saku jeans nya. Ia keluarkan sebungkus rokok, kemudian melemparnya asal, ia aduk lagi kantong jeansnya, menemukan sebuah benda logam berbentuk persegi. Zippo.
Kwon-saem mencoba menghidupkan zipponya, entah karena terlalu gugup atau minyak zipponya habis, berulang kali ia gagal menghidupkannya. Sementara matanya terus bolak-balik memperhatikan Seunghyun yang posisi kepalanya sudah seperti seseorang yang hampir mencium orang lain. SPLASS!! Api pun muncul. Kwon-saem mendekatkan buku terkutuk itu di atas api yang muncul dari zipponya, dan sedikit demi sedikit buku itu mulai dilalapnya.
Bibir mereka tinggal beberapa inchi saja, dan mereka sudah hampir berciuman. Bibir atas Seunghyun sudah menempel di bibir hantu putri itu, namun sesaat ia rasakan tangan yang semula mengatup pipinya itu lepas, begitu juga dengan ciumannya. Seunghyun membuka matanya. Sedikit demi sedikit putri itu kehilangan wujudnya. Mulai dari kakinya berubah menjadi serpihan-serpihan putih yang kemudian terbang dan menghilang tanpa suara sedikitpun. Hingga ia benar-benar tak terlihat lagi di mata Seunghyun, bersamaan dengan KISS NOTE nya yang terbakar habis.
"Dia pergi.." gumam Jinki dengan sedikit senyum di wajahnya, namun air mata masih mengucur dari kedua matanya. "Mianhae~"
Seunghyun melangkah mundur, kemudian berlutut dan menapakkan kedua telapak tangannya di lantai. Matanya terbuka lebar. Jantungnya berdegub kencang dan ia merasa seperti habis bekerja keras. Nafasnya begitu sesak. Ia tak sadarkan diri sesaat kemudian.
Bersamaan dengan itu segerombolan bocah dengan satu anjing berlari kearah mereka, dan betapa kagetnya mereka saat mendapati dua orang tak sadarkan diri di tempat yang berdekatan, sementara satu orang yang lain meringkuk ketakutan dengan zippo yang menyala di tangan kanannya, dan api yang membakar sesuatu di hadapannya.
"Hyeong??" mereka berseru. "K.. Kwon-saem? Jinki hyeong??"
"M..maaf.." Jinki yang terengah tiba-tiba berkata lagi. Ia masih punya sedikit energi untuk bertahan bangun. "T..tolong selamatkan seseorang~"
Pagi yang amat sangat cerah, saatnya untuk beraktifitas kembali seperti biasa. Namun ini saat menyebalkan bagi Seungri. Kuliah pagi di kelas Kwon-saem, hal yang sebenarnya tidak ingin ia lakoni. Seungri duduk di tempat biasa, dimana ia pernah menemukan KISS NOTE di bawah mejanya. Ia letakkan beberapa buku di atas meja, duduk dengan bertopang dagu menghadap ke papan tulis, sementara Kwon-saem mulai berceramah di depan kelas. Sesekali matanya mengarah ke Seungri, kemudian cengiran kecil muncul dari bibirnya. Seungri mengacak rambutnya, "Harusnya dia aja yang dicium hantu itu!!"
Usai kelas, Seungri bertolak ke kantin, bertemu dengan dua seonbaenya yang kini sudah ketambahan satu anggota lagi. Jieun. Sibuk so sweet so sweet -an berdua dengan Yongbae. Namun Seungri dan Daesung membiarkannya saja, mending ngomongin yang lain dari pada meributkan 2 orang yang sedang di mabuk cinta itu.
"HAHH!! Kwon-saem nyebelin!! Mentang-mentang baru tunangan trus ngasi hadiah kuis mulu tiap kuliah!" Seungri ngamuk-ngamuk stress. "Mending dia kena cium aja deh dulu!"
"Hush! Ngawur! Jangan ngomongin itu lagi!" Daesung komentar.
"Oh ya, ngomong-ngomong, Seunghyun hyeong udah baikan?" tanya Seungri.
Daesung mengangguk kecil. "Kemaren baru keluar dari rumah sakit, sekarang lagi banyak istirahat di rumah. Dia shock!" jawab Daesung.
"Jinki hyeong?"
"Dia masih di rumah sakit, untuk pertama kalinya aku liat dia ga pake baju item-item!" Daesung ketawa. "Sakitnya masih jadi penelitian dokter sampe sekarang.."
Seungri mengangguk-angguk kecil. "Muncul luka dalam tanpa ada luka luar.. untung masih bisa di selametin!" tuturnya. "Tapi hyeong, aku masih nggak ngerti sama ceritanya, dan siapa cewe yang harus kita selametin itu.."
---
"Oppa baik-baik aja?" seorang gadis datang dengan sebuket bunga berwarna putih-kuning di tangannya. Jinki yang duduk di kursi roda di depan jendela itu mengangguk kecil dengan senyum tipis terkembang di bibirnya. Di tangannya terbuka sebuah buku tebal yang sejak tadi dibacanya dalam diam. "Oppa mau sarapan?" gadis itu bertanya lagi.
"Boleh.."
"Oke, aku belikan dulu ya!" gadis itu bergegas keluar. Jinki menengok, kemudian tersenyum lebih lebar sambil menatap punggung gadis itu yang berlari keluar dan menghilang di pintu kamar rumah sakit itu. Jinki mengembalikan pandangannya pada buku di tangannya, dimana ia banyak menyimpan memori di dalamnya.
Memori tentang bagaimana ribuan tahun yang lalu ia mencintai seorang putri yang dikutuk dan membuatnya meninggal pada hari pernikahan mereka. Ya, Choi Minho adalah Lee Jinki di masa lalu. Ia tidak tahu apakah itu anugrah, atau kesialan ia bisa mengingat kehidupan masalalunya dengan jelas setelah menemukan buku itu di salah satu ruangan kastil yang dijaganya. Ia berharap putri yang ia cintai juga akan bertemu dengannya di kehidupan yang sekarang. Mereka memang bertemu, namun dengan cara yang tidak dipikirkan oleh Jinki. Sang putri itu menggentayangi orang-orang karena ia merasa amarahnya tentang kutukan yang menimpanya itu belum hilang. Arwahnya tidak tenang, maka ia tidak bisa mengalami reinkarnasi.
Mereka tetap berjanji untuk bersama, hingga suatu saat Jinki bertemu dengan seorang gadis yang kini di cintainya. Gadis yang pagi ini mengunjunginya dengan sebuket bunga itu. Ia berkhianat pada sang putri, karena KISS NOTE. Gadis itu bertemu dengannya karena KISS NOTE. Jadi sebenarnya ia sendiri adalah salah satu korban dari KISS NOTE itu. Namun gadis itu sudah menyobek halaman dimana ia menuliskan nama Jinki. Seperti ribuan tahun yang lalu, mencintai seseorang karena KISS NOTE itu.
Sang putri marah dan hendak membunuhnya setelah sebelumnya ia menculik gadis yang mencuri KISS NOTE nya, jika Jinki tidak membawakan korban-korbannya itu kehadapannya pada waktu yang ditentukan. Dewi fortuna seperti berpihak padanya di awal, ia berhasil membawa orang-orang itu untuk menjadi tumbalnya, namun sang putri tak pernah menepati janjinya. Ia meremukkan organ dalam Jinki dengan ciumannya (gatau juga gimana caranya..), nyaris, karena untunglah ia masih bisa diselamatkan dengan transplantasi organ. Membakar KISS NOTE adalah satu-satunya cara membunuhnya, dan itu hal yang paling tidak ingin dilakukannya. Karena sama saja dengan membunuh cintanya sendiri. Namun semua pengkhianatan ini harus di akhiri, ia tidak mau lebih banyak korban, maka hanya itu satu-satunya jalan, ia harus membunuh sosok yang ia cintai sejak ribuan tahun yang lalu.
Tiba-tiba setitik air jatuh di atas kertas yang tengah di bacanya. Air mata Jinki leleh, jatuh dari matanya. Sesaat terdengar suara isakan kecil dari tenggorokannya. "Mianhae.." desisnya, meninggalkan luka yang dalam dihatinya sendiri.
***END***
Kurang memuaskan menurutku..
ini pertama kalinya bikin ff beginian~ T_T
Kenapa hasilnya kayak gini yaa.. ._.a
Tapi paling ngga semoga bisa menghibur.. karena ini LAST PART nya rangkaian KISS NOTE the series~ kkk
COMMENT NO JUTSU!!
-Keep Shine Like HIKARI-
Tak lama si dukun dengan baju serba hitam itupun muncul. Namun ia tak mengenakan jubah seperti saat sebelumnya mereka bertemu. Tapi tetap saja, semuanya hitam dari ujung kepala sampai kaki. Kecuali sneakernya yang ada warna putihnya sedikit.
"Horor banget sih~" komentar Seungri. Begitu Jinki datang, entah kenapa ia langsung merinding. Aura horornya begitu terasa.
"Langsung ikuti aku saja!" ajak Jinki pada semuanya. Mereka pun mengiyakan, dan segera berangkat.
Tapi bukannya masuk dari pintu depan, ataupun pintu normal lainnya, Jinki malah mengajak mereka ke sebuah taman kecil di samping kampus, kemudian berhenti didekat lampu taman yang ada di paling pojok dan berada di antara semak-semak. Jinki berjongkok, dengan sekuat tenaga ia terlihat seperti membuka sesuatu. Sebuah pintu. Ada pintu disana? Tanpa banyak bicara, Jinki turun duluan melalui tangga logam yang berjajar sepanjang dindingnya. Yang lainpun mengikutinya hingga mereka sampai di.. saluran air. Saliran air bawah tanah.
Jinki terus berjalan kemudian mengikuti saluran air itu, tanpa penerangan, entah bagaimana mata sipitnya bisa melihat didalam kegelapan dengan cukup jelas.
"ADOH! BEGO! Sapa yang nendang gue??" Daesung berteriak.
"Oh.. sori hyeong~! Ga sengaja!" Seungri minta maaf.
"Abis jalan gelap-gelapan ga pake lampu sih?" Yongbae protes. "Gaada yang bawa senter apa? Jinki, kamu bisa aja jalan gelap-gelapan gini?"
"Kebiasaan.." Jinki jawab seadanya.
Seungri tertegun sejenak, kemudian menggandeng tangan Daesung, membuat bocah yang masih trauma efek KISS NOTE itu menoleh. "Jinki hyeong kan sipit bisa liat di kegelapan, sapa tau Daesung hyeong juga bisa melihat jelas dalam gelap.."
"MAKSUD LOH??" Daesung berteriak.
"Awas lo di santet ngejekin Jinki.." Yongbae komentar asal.
"Yongbae hyeong on the list.." yang paling depan berkata datar, nggak lain adalah Jinki. Yongbae langsung matung nggak ngerti harus ngapain lagi.
"JIEUN UDAH DONK NANGISNYA!!" tiba-tiba Seunghyun berteriak, pipinya sudah beleleran air mata. Mewek se mewek-meweknya. Semua yang ada disana termasuk Jinki menengok ke Seunghyun, kemudian kearah Jieun yang jalan paling belakang sama Angel, dan ternyata sampai sekarang belum kelar nangisnya. Menghasilkan suara sesenggukan yang menggema di saluran air itu. "AKU KAN JADI TAKUT KEINGET MIMPI ITU MULU~!!" Seunghyun memeluk Daesung.
"HYEONG~!! JANGAN!!" Daesung teriak, ga sengaja menginjak kaki Seungri.
"HYEONG! APHO~!"
Jieun jadi tambah keras nangisnya, sampai Angel melolong memenuhi saluran air, Yongbae bingung, dia cepat-cepat mendekati Jieun dan menenangkannya juga Angel, Kwon-saem yang akhirnya bingung jadi ikut nangis. "CALON ISTRI GUE!!!"
Dan akhirnya di saluran air itupun terdengar banyak lolongan(?). Jinki yang awalnya berekspresi datar pun mulai terlihat pengen mewek. "Kenapa takdir gue harus jadi yang ke 13?? Kenapa harus bawa manusia-manusia kayak mereka??" gumamnya. Namun mereka tetap berjalan menyusuri saluran air itu hingga mereka menemukan cahaya yang memekakkan mata karena saking lamanya berjalan di tempat gelap.
"Kita sampai!" Jinki yang udah mengembalikan ekspresinya ke semula, bicara sambil membuka pintu pagar besi yang menutupi saluran air itu. Semuanya pun berjalan mengikutinya, namun tidak segera berlanjut, ketujuh orang dan seekor anjing itu masih berdiri disana menunggu instruksi Jinki.
"Ini dimana?" tanya Jieun yang akhirnya berhenti nangis, Angel kini berada di bawah pengawasan Yongbae.
"Ini di bawah tanah kastil.. akses rahasia masuk ke tempat ini! Karena seluruh gerbang dan pintu masuk lain di kuncil saat malam, kita cuma bisa lewat sini! Cuma penjaga kastil yang tahu soal ini, bahkan pejabat kampus ini nggak ada yang tahu!" jawab Jinki enteng.
"Kalo gitu sekarang kita jadi tahu.." Seungri ngasal.
Suasana senyap sesaat. "Kalau begitu aku perlu menghilangkan ingatan kalian nanti.." ujar Jinki datar. Horor.
Daesung merangkul Jinki segera. "Ngga perlu Ki, kita bisa jaga rahasia~!" katanya sok akrab, padahal aslinya udah merinding sampai ke ubun-ubun.
Jinki melepaskan tangan Daesung dari pundaknya, ia mengambil sebuah bola kaca dari saku jaketnya. "Mulai dari sini, kita jalan sendiri-sendiri.." ujar Jinki. Yang lain membatu. "Berpencar!"
"HAHH??"
"Oke, kalian jalan 2-2! Aku akan jalan sendiri, kalau ada apa-apa kalian lapor ke aku! Arraseo?" jelas Jinki cepat. Belum sampai semua menyanggupi, dia udah ngomong lagi, "Oke! Tancap sekarang!" dan Jinki langsung ngeloyor pergi tanpa ngomong apa-apa lagi.
"Gila tuh dukun ga waras!" bisik Seunghyun asal.
"Seunghyun hyung masuk list~!!" dari kejauhan suara sang dukun itu terdengar.
"Mampus lo!" Kwon-saem keceplosan.
Dan akhirnya mereka jalan berpencar. Yongbae bersama Jieun dan Angel, Seunghyun dengan Daesung, dan Seungri bareng Kwon-saem, mereka berjalan ke arah yang berbeda-beda, menyusuri lorong yang di terangi lampu besar-besar di atapnya yang tinggi itu.
Seungri berjalan dengan biasa meski sesekali ia merasa bulu kuduknya meremang karena ketakutannya sendiri, tapi sejak tadi Kwon-saem terdengar terisak, membuat mahasiswa yang berjalan di sampingnya itu menjadi iba pada dosen yang menjadi korban karena keisengannya itu.
"Tenang saem.. kan Jinki hyeong bilang ini cara lain! Dia mengusahakan biar Kwon-saem nanti nggak jadi mati.." katanya meski mencoba menenangkan, tapi omongannya malah makin bikin down. Nggak jadi mati itu kemungkinan besar adalah nanti dia bakalan mati.
"Ngehe' lu!" Kwon-saem mengumpat. Seungri mengkerut. "Aku harus bilang apa ke calon istriku nanti kalau akhinya kita ngga jadi nikah gegara aku mesti nyium setan cewe itu! Dan aku mati malem ini juga! Kreditan gaun penganten belom lunas lagi~!"
Seungri merasa antara iba dan heran, jadi dia bingung mau ngomong apa, sampe dia ngasal, "Ya kan kalo Kwon-saem mati udah ga usah jelasin apa-apa lagi ke calon istrinya saem.."
Kwon-saem melirik tajam, "Semester ini di mata kuliah gue, lo dapet E!"
"SETAN TUAN PUTRI! TOLONG CIUM KWON-SAEM SEKARANG!!!" Seungri kalap mendengar ancaman nilai E yang bakal muncul di KHS-nya nanti. Jadi dia berdoa biar Kwon-saem mati beneran dan dia tidak akan mendapatkan nilai E dari dosen itu.
DPAK!!!
Sepatu mendarat di kepala Seungri.
~Kiss Note~
"Oppa.. gimana kalo setannya dateng?" Jieun yang sebenarnya baru bertanya hal itu 10 meter sebelumnya, kembali bertanya lagi pada Yongbae yang udah mulai sebel dan terlalu bosan menjawab pertanyaannya. Sementara tangan kirinya membawa tali yang menghubungkannya dengan Angel. Tidak seperti majikannya, Angel terlihat kalem-kalem saja.
"Tenang donk Jieun.. Angel aja bisa tenang gini~" Yongbae mulai protes, meski cintanya pada Jieun tetap tak berkurang sedikitpun #eaa .
"Tapi aku masih penasaran sama apa yang mau dilakuin Jinki oppa.." Jieun tiba-tiba mengganti kalimatnya. Yongbae pun tertegun, kemudian mengangguk kecil. Ia juga penasaran sebenarnya apa yang mau dilakukan Jinki untuk mencegah kematian 3 makhluk korban KISS NOTE ini. "Kenapa dia milih pergi sendiri? Kenapa kita harus berpencar? Kenapa kita nggak nyari sama-sama aja? Kan cuma dia doank yang ga takut setan.." Jieun mengatakan semua hal yang memenuhi kepalanya. Sekali lagi Yongbae hanya bisa mengangguk-ngangguk kecil.
"Yongbae oppa nggak curiga sama Jinki oppa?" tanya Jieun.
"Nan? Eumh.. aku mau curiga, tapi nggak pengen terlalu banyak tahu apa isi pikirannya.." Yongbae menghela nafas pendek. "Udah cukup sekali aja masuk list orang yang bakal di santet.." Yongbae merenungi nasib.
"Ahh.. oppa~ ada ruangan! Masuk yuk!" ajak Jieun, sepertinya dia tidak begitu menghiraukan apa yang dikatakan Yongbae. Dan pria mohawk dengan topi hip hop itu hanya bisa menuruti sambil terus menyeret Angel ikut masuk kedalam ruangan itu.
---
Satu 2 jam, dan mereka belum menghasilkan apapun. Hanya hawa mencekam, namun mereka tak menemukan tanda-tanda hantu putri itu muncul. Daesung dan Seunghyun sudah naik di lantai 1 gedung kampus bekas kastil itu. Sudah berada di dekat cafetaria. Seunghyun berusaha membuka pintu kaca ruangan itu. "Laper~" katanya.
"Itu di kunci hyeong, mana bisa dibuka.." Daesung menarik Seunghyun pergi dari sana, namun Seunghyun masih keukeuh ingin masuk kedalam cafetaria itu.
"Sebelum aku mati dan gabisa makan lagi.." Seunghyun berusaha membuka pintu kaca itu, tapi dicoba berapa kalipun nggak akan berhasil. Sudah jelas pintunya terkunci.
Daesung menghela nafas pendek, ia menyandarkan punggungnya di tembok didekat pintu, menunggui Seunghyun sampai bocah itu menyerah untuk membuka pintu cafetaria itu. Daesung menempelkan belakang kepalanya di tembok itu, sedikit keras, dan ia merasa tembok di belakang kepalanya itu seperti ikut mundur mengikuti kepalanya. Daesung terlonjak, menoleh dan melihat ke arah tembok itu. Tak sengaja beberapa saat kemudian terdengar teriakan keras dari sampingnya. Daesung menoleh, Seunghyun tak ada disana. Daesung melihat kebawah, terlihat lubang besar berbentuk persegi disana, seperti pintu rahasia. "Heh.." gumamnya.
"AHH!! APHOYO~!" dari dalam seseorang berteriak, Daesung langsung melongokkan kepalanya untuk melihat kesana. Tidak menyangka kenapa bisa ada pintu rahasia di tempat gayak gitu?
"Hyeong??" Daesung berseru. Seunghyun mendongak, dengan tangan masih berada di pantatnya, menggosoknya karena kesakitan. "Gwaenchanayo??"
"Ahniyo!!" Seunghyun menjawab mantab.
"Hyeong! Aku kesana!" Daesung ancang-ancang hendak melompat.
"Andwe.. ahh!!" tapi terlambat, Daesung sudah melompat turun dan terjatuh dengan keren(?) di sampingnya. "Kenapa kamu turun sih??" sesal Seunghyun.
"Wae hyeong? Biar kita nggak kepisah! Bisa bahaya kan kalo setan itu dateng pas hyeong sendirian.." jawab Daesung. "Aku harus melindungi hyeong!" lanjut Daesung sok oke.
"Makasih atas simpatinya, Dae-a! Tapi harusnya kamu tadi tetep diatas karena disini nggak ada pintu!" jawab Seunghyun lempeng, seraya beranjak dari jatuhnya. Ia membersihkan jaket dan celananya, kemudian kembali melihat ke Daesung yang ternganga karena baru sadar, sekeliling ruangan itu hanya ada tembok. Tak ada pintu, jendela, bahkan ventilasi sekalipun. "Kalo kayak gini gimana kita keluarnya?"
"Aku ngerasa kayak maen film indiana jones.." gumam Daesung.
Seunghyun mendengus, ia kemudian mengitari ruangan itu. Ruangan aneh. Tak ada pintu ataupun jendela, seperti sebuah penjara bawah tanah, tapi ada beberapa lemari, laci, juga sebuah meja yang cukup besar, tertutup oleh debu, juga beberapa kursi yang salah satunya ada didepan meja itu. Ke isengan Seunghyun pun muncul. Daripada bosan, dia membuka-buka lemari-lemari itu yang tenyata kosong, kemudian membuka laci meja yang terlihat seperti meja belajar itu, dan menemukan sebuah buku di meja paling atas. Seunghyun mengambilnya, meniup debu yang menutupinya, kemudian membuka dengan asal dan mendapat salah satu halaman di bagian tengah. Ia membacanya dengan serius, dan sesaat terlihat membelalakkan matanya.
"Hyeong?" Daesung yang sejak tadi cuma berdiam diri di kursi sambil mencoba mendapat sinyal HP untuk menghubungi teman-temannya, terheran-heran melihat ekspresi wajah Seunghyun. Daesung segera berlari mendekat kearah Seunghyun, ingin ikut membaca isi buku itu. "Kosong?"
Seunghyun menoleh, nyengir lebar. "Hehehehehh.. kena lo~!" katanya.
"Aish! Hyeong buka ponsel! Coba telepon sapa kek, Yongbae hyeong apa Seungri! Dari tadi aku nggak dapet sinyal!" Daesung protes setelah mendorong bahu Seunghyun dengan kesal, sampai bocah itu terpelanting kedepan dan menjatuhkan bukunya di atas meja. Sementara Daesung kembali mencoba menghubungi teman-temannya.
---
Jinki merapal mantra sejak ia berpisah dengan teman-temannya untuk berjalan sendirian mencari hantu sang putri. Di tangan kanannya terlihat sebuah bola kaca, dan ditangan kirinya ia membawa kalung tasbih yang biasanya melingkar di lehernya. Ia berjalan tanpa memperhatikan arah, menuju kesebuah tempat, masih di bawah tanah kastil besar itu. Hingga ia merasakan sesuatu dan membuatnya berhenti.
Ruangan itu tertutup, namun ia merasakan angin dingin berhenbus di tengkuknya. Jinki berhenti, memejamkan matanya. "Aku sudah membawa mereka kemari.." katanya. Angin dingin itu kembali berhembus, kini di wajahnya. "Aku juga sudah membawa benda yang kau inginkan!" Jinki membuka matanya. Tampak sosok pucat dan cantik berdiri didepannya dengan senyum samar, persis seperti yang diceritakan Seunghyun. "Jadi bisakah kau lepaskan dia? Ini penawaran terakhirku.."
~Kiss Note~
"Aa? Ruang rahasia?" Seungri bergumam sendiri, membaca pesan yang baru masuk ke ponselnya. Dari Seunghyun.
"Ada apa?" Kwon-saem yang duduk di bibir jendela bertanya. Mereka kelelahan berjalan tak tentu arah sampai kini akhirnya berada di lantai 3. Karena lift tak beroprasi pada malam hari, jadi mereka harus sampai kesana dengan tangga. Dan sampai sekarang mereka tak menemukan apa-apa. Mereka juga tak ingin menemukan apa yang mereka cari sebenarnya.
"Daesung hyeong sama Seunghyun hyeong kejebak di ruang rahasia katanya! Di depan cafetaria.." jawab Seungri sambil menunjukkan isi pesannya.
"Cafetaria?" tanya Kwon-saem. "Kenapa bisa ada ruang rahasia di tempat kayak gitu sih?"
"Iya saem.. lantai satu.." Seungri mengantongi ponselnya. "Kesana yuk!"
"Kita kan baru aja nyampe lantai 3~" Kwon-saem depresi. Tapi Seungri menariknya, membuat Kwon-saem yang lemas mau tidak mau mengikutinya pergi kembali ke lantai satu. "Sebenernya kita ngapain sih disini??" Kwon-saem ngeluh lagi. Seungri nggak menjawab, dia males menjelaskan, daripada nanti salah ngomong, ternyata Kwon-saem nggak jadi mati, dia dapet E dan dilarang perbaikan mata kuliah itu sampai akhirnya nggak lulus. Mending menerapkan asas diam itu emas untuk saat ini. "Tolong bilangin maaf ke calon istriku kalo nanti aku mati.."
"Saem.." Seungri menatap Kwon-saem iba, kemudian menepuk punggung Kwon-saem lembut. "Gwaenchanayo saem.. saya ada disini sama Kwon-saem. Sebisa mungkin saya jadi tameng Kwon-saem kalo setan itu dateng.."
---
Seunghyun masih iseng kesana kemari mengecek segala hal di ruangan itu. Daesung yang melihatnya cuma bisa memperhatikan seonbaenya itu tanpa berniat mengerti apa yang sebenarnya sedang bocah besar itu lakukan saat ini. Hingga terdengar suara gesekan antara batu dan debam pelan di salah satu sudut, tepat dimana Seunghyun berada sekarang.
"Hyeong?" Daesung kaget, ia tak menyangka mereka menemukan satu pintu rahasia lagi.
"Hohh??" gumam Seunghyun. Daesung mendatanginya. "Bener-bener kayak di film~ " Seunghyun takjub.
"Gimana bisa hyeong?"
"Aku suka nonton film aneh-aneh akhir ini, dan di film itu biasanya di sebuah ruangan seperti ini pasti ada pintu rahasia! Ternyata benar!" jelas Seunghyun masih dengan tampang takjubnya. "Kita harus segera pergi! Aku nemu sesuatu yang mungkin harus dilihat sama Jinki!"
"Apa hyeong?" tanya Daesung penasaran. Tanpa menjawab, Seunghyun menunjukkan buku yang sejak tadi ia bawa di tangannya. "Apa ini?"
Daesung merebut bukunya, membolak-balikkan halamannya, hanya beberapa saja yang terisi. Ia menemukan salah satu buku yang terisi dan berniat membacanya. Namun niatnya itu terganggu oleh seseorang yang tiba-tiba berteriak dari atas mereka.
"Kalian nggak apa-apa?" Daesung dan Seunghyun mendongak. Yongbae melongok bersama Jieun. "Aku di telepon Seungri, katanya kalian kejebak disini!"
"Hyeong!" tiba-tiba terdengar suara dari kejauhan, disertai suara debam langkah kaki cepat dari dua orang yang berlari ke arah mereka. Tak lama Seungri dan Kwon-saem melongok. "Gwaenchanayo?"
"Hmmh! Kami baik-baik aja!" jawab Daesung. "Kami baru menemukan pintu rahasia! Kita harus bergegas menemukan Jinki! Ada sesuatu yang mesti kita perlihatkan padanya!"
Tanpa diduga, tiba-tiba Seungri terjun turun, diikuti Kwon-saem yang entah mengapa jadi lengket dengannya. Kemanapun Seungri pergi, ia merasa harus mengikutinya. "Aku ikut!" ujar Seungri setelah berdiri.
"Aku sama Jieun jalan dari sini aja! Kasian Angel mesti di ontang-anting kesitu!" Yongbae berseru, setelah ia mendapatkan tanda O.K dari teman-temannya, kedua orang itu bergegas pergi dari sana untuk mencari Jinki.
"Betewe, nemu apaan sih hyeong?" Seungri mulai kepo.. eh, Seungri bertanya penasaran.
Seunghyun menunjukkan bukunya. "Ada sesuatu tentang Jinki dan hubungannya dengan KISS NOTE itu yang sepertinya harus kita ketahui!" jawab Seunghyun serius. Omongannya udah 11-12 sama di film misteri. Dan tanpa menunggu lagi, Seunghyun berlari keluar, diikuti 3 orang lainnya di belakangnya.
---
GUK! GUK!
Yongbae dan Jieun jadi kesusahan karena entah kenapa Angel terus-terusan menggonggong dan mendadak tidak mau berjalan mengikuti mereka. Jieun berjongkok, mengusap leher anjing itu sayang dan memintanya berjalan lagi, namun Angel tetap tidak mau berjalan. Ia berhenti, bahkan berlari pergi pun tidak. "Angel, jangan nakal donk~!" rengek Jieun, masih terus mengusap leher anjingnya itu.
"Mungkin Angel ngeliat sesuatu, Jieun-a.." Yongbae mendadak mistis, ia memandang Angel dengan tatapan takut, namun masih berusaha keras untuk menahan ketakutannya karena Jieun. Ia menoleh, menatap Jieun kemudian. "Yang aku tahu, bayi dan hewan lebih sensitif soal yang kayak gini.."
"Oppa jangan nakutin donk.." Jieun memeluk Angel lebih erat, tiba-tiba saja bulu kuduknya jadi meremang mendengar apa yang dikatakan Yongbae.
GUK!
Tiba-tiba Yongbae merasa ada angin dingin baru bertiup di sekitarnya. Ia mematung, perasaannya sudah mengatakan ini sejak tadi. Sejak mereka meninggalkan keempat temannya yang lain yang keluar lewat pintu rahasia itu. Ia merasa sesuatu mengikuti mereka, makanya Angel berontak. Namun Yongbae mencoba untuk mengacuhkannya, sampai sekali lagi ia merasakan sesuatu bertiup di tengkuknya.
GUKK!!
Jieun mendongak ke arah Yongbae, matanya memerah, ia menangis dengan wajah ketakutan. Yongbae memandang ke arahnya, jangan sampai apa yang ia pikirkan benar-benar terjadi nantinya. Yongbae menoleh. Tidak ada apapun. Ia membalikkan badannya kemudian. Tapi kenapa Jieun menangis? Apa ia melihat sesuatu? "Kamu liat sesuatu Jieun-a?" katanya. Jieun tidak menjawab. Sesaat ia merasa sesuatu melewatinya, dan sekelebat bayangan putih nampak berlalu cepat di penglihatannya. Yongbae mundur, meraih tangan Jieun dan tali pengikat Angel. "LARI!" serunya, tanpa ragu mereka berlari meninggalkan tempat itu tanpa tujuan pasti kemana mereka harus pergi.
~Kiss Note~
"Sebenernya kita ngapain sih disini?" Kwon-saem mulai meragukan sesuatu yang kini mereka lakukan. "Apa tujuan ini semua? Kenapa kita mesti nyari gadis itu? Kenapa kita yang takut setan malah disuruh berpencar gini? Apa Jinki merahasiakan sesuatu soal ini?"
"Nggak tau saem, kayaknya buat menghentikan kutukan itu, kita mesti ngelakuin ini.." Seungri menjawab asal tanpa memperdulikan yang namanya sebab-akibat.
"GYAAAAHHHH!!!" tiba-tiba terdengar seseorang berteriak.
"Siapa??" semuanya berhenti tiba-tiba, mencari sumber suara. Yang jelas tidak berasal dari mereka.
"Itu Yongbae hyeong!" Daesung menjawab. "Kayaknya dia kenapa-napa..!?"
"Kita harus kesana!" Seungri menginstruksikan pada yang lain, sampai ia sadari salah seorang dari mereka baru menghilang. "Seunghyun hyeong mana?"
Ketiganya menoleh ke segala arah, mata mereka menyapu ke seluruh lorong bawah tanah yang besar ini. Baru menyadari salah satu anggota mereka yang tadi berjalan paling depan kini sudah menghilang. "HYEONG!!" Daesung berteriak. "SEUNGHYUN-IE HYEONG??"
"Otteokhe~?" Seungri mengacak rambutnya asal. Stress menjalari pikirannya. Semua ini gara-gara dia menemukan buku itu di bawah meja kuliahnya.
"Kalian pergi ke Yongbae, biar aku yang cari Seunghyun!" Kwon-saem tiba-tiba menginstruksikan hal yang sebenarnya tidak ingin ia lakukan. Ini sama saja ia menjadi ikan yang akan terpancing dengan Seunghyun sebagai umpannya, jika gadis hantu putri itu benar-benar ada.
"Tapi saem.." Seungri menghawatirkannya.
Kwon-saem menepuk bahu Seungri. "Gwaenchanayo~!" katanya. "Kalo nanti aku kenapa-napa, jangan lupa pesanku yang tadi.."
"Saem.." namun tanpa menjawab kekhawatiran Seungri, Kwon-saem sudah berlari mencari Seunghyun.
---
"Kalo sampe ketemu, aku bunuh kamu Jinki!" Seunghyun menggumam geram, dengan langkah kaki dengan ritme yang sama dan tak berhenti menuju ke satu arah yang mungkin saja si dukun Jinki itu tengah berada disana. Tangan kanannya masih menggenggam buku tebal dengan sampul coklat lusuh dan kertas didalamnya sudah mulai menguning. Tidak tanpa sebab kenapa Seunghyun geram, dan memilih meninggalkan teman-temannya untuk menemui si dukun itu sendirian. Rasa takut sudah menghilang tanpa bekas sejak ia menemukan apa yang ada didalam buku itu. Ia merasa dijebak. Jika harus mati hari inipun, ia akan mengajak dukun itu ikut serta dengannya.
#FLASHBACK
Masalalu itu tak sedikitpun kulupakan.. Aku mencintaimu, begitu juga sebaliknya..
Seunghyun tertegun membaca sebaris kalimat yang tak sengaja ia temukan saat buku itu terjatuh di atas meja. Entah pada halaman berapa buku itu, seseorang menuliskannya. Buku itu sudah tampak berumur, namun tulisan yang ada diatasnya itu masih tampak baru.
Seunghyun membalik halamannya asal, menemukan tulisan lagi.
Menemukan ini seperti mengembalikan memoriku tentang kau.. kuharap kau bisa hidup denganku lagi..
Seunghyun membalikkan lagi halamannya, dan begitu kagetnya dia saat menemukan selembar foto Jinki disana, dan tertulis sesuatu dibawahnya.
Aku memang tak setampan dulu.. Aku bukan Choi Minho yang tetulis di KISS NOTE itu sekarang.. Namun aku masih tetap mencintaimu..
Akan kulakukan segalanya untukmu.. My Princess..
#FLASHBACK END
Jika ia tidak salah mencerna, ini semua berkaitan. Jinki-Hantu Sang Putri-KISS NOTE-Kisah mereka-dan kenapa mereka sekarang berada di bekas kastil ini. Bukan mencari hantu itu, bisa jadi semua ini merupakan permainan Jinki. Dukun itu merencanakan segalanya untuk mendapatkan cinta ribuan tahun yang lalu itu kembali.
Pada akhirnya, Seunghyun menemukannya. Laki-laki serba hitam itu kini tampak berdiri terdiam di salah satu sudut tak jauh darinya, dengan sebuah buku warna pink terang tergeletak di lantai dan pecahan kaca di sekitarnya. Seunghyun mempercepat langkahnya, ia segera menarik bahu laki-laki dukun itu sekuat tenaga untuk membuatnya menghadap ke arahnya. Tapi bukannya berbalik, ia malah terhuyung lemas dan terjatuh di atas lantai yang semula di tapakinya. Tanpa tenaga sedikitpun.
"Ji.. Jinki-yah?" Seunghyun yang semula marah, tiba-tiba kehilangan emosinya begitu melihat keadaan Jinki yang begitu lemah. Seunghyun meletakkan bukunya, menepuk-nepuk pipi Jinki untuk membuatnya bangun. "YA! Ireona!! Jinki-yah!!"
"Dia melanggar janji.." tiba-tiba gumaman muncul dari bibir Jinki.
"M..mwo??"
"Putriku melanggar janji.." suaranya sangat lemah. "Keluarlah dari sini.. maafkan aku hyeong~"
"APA MAKSUDMU, YAH!! AKU NGGAK NGERTI TAU!!"
"Kalau kalian nggak keluar dari sini.. kalian akan mati pelan-pelan sepertiku.. ugh~" Jinki mengerang di akhir kalimatnya. "Ia sedang membalas dendam.. aku membuat kalian berpencar.. cuma untuk memuluskan tujuan.. ugh.. bukan mencarinya.. seperti.. yang aku bilang.."
Seunghyun tidak mengatakan apapun, membiarkan Jinki tetap menceritakan semua yang mungkin ia tahu dan bisa menyelamatkannya. "Aku berkhianat setelah.. ugh.. berjanji padanya~.. katanya dengan membawa kalian, dia akan memaafkanku.. t..tapi.." Jinki mengatur nafasnya, wajahnya tampak benar-benar kesakitan. "Dia membunuhku pelan-pelan.."
"J.. Jinki-yah??" meski ia berniat untuk membunuh Jinki saat menemukannya, namun ia tidak benar-benar menginginkannya. Ia hanya menggertak. Dan setelah kini ia menemukan bocah dukun itu sekarat di hadapannya, ia hanya merasa ingin menarik kata-katanya kembali, mungkin saja dengan begitu semuanya akan kembali dan tentang Jinki yang sekarat itu hanyalah sebuah mimpi.
"Hyeong~ Sonsaengnim~ semuanya.. pergilah.. dia akan membunuh.. ugh.."
"J..JINKI!"
"Choi Seunghyun! Akhirnya kamu ketemu!" dari kejauhan terdengar seseorang berseru, namun Seunghyun tak meresponnya. Ia masih berlutut, berkonsentrasi pada pria sekarat di hadapannya. "Seunghyun-a! Ada apa..? Lee Jinki?"
"Cepatlah pergi.." Jinki menggumam lagi.
"M..mwoya?" Kwon-saem bertanya keheranan.
Sesaat angin dingin bertiup. Tanda-tanda yang selalu dimunculkan jika hantu putri itu datang. Seunghyun bisa merasakannya. Ia memejamkan matanya sekejap. Kwon-saem beringsut mendekati Jinki untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, berusaha melawan ketakutannya akan apa yang terdari pada mereka. Ia tahu hantu itu mendatangi mereka kali ini, tapi tak ada pilihan lain selain untuk menghadapinya.
"Apa yang kamu inginkan sebenarnya?" Seunghyun menggumam geram. Kwon-saem kaget mendengar gumaman Seunghyun yang cukup keras untuk bisa didengarnya. Seunghyun masih memejamkan matanya, dan saat ia mulai membukanya, ia dapati gadis cantik itu berdiri tepat disampingnya, menggenggam tangannya. Kwon-saem tak bisa melihatnya, namun bisa merasakannya. Ia tahu hantu putri itu mendekati Seunghyun kali ini, namun ia tidak tahu kenapa ia tidak bisa melihatnya.
"Ia memilihnya.." Jinki berbisik. Setitik air mata pun jatuh dari pelupuk matanya.
---
"Sudah pergi.." Yongbae mengatur nafasnya, begitu juga dengan Jieun yang terlihat jauh lebih kelelahan karena ia tidak pernah berlari sejauh dan secepat itu. Angel pun telihat kelelahan, ia menidurkan diri, air liur mulai banyak yang keluar dari mulutnya dengan lidah yang menjulur-julur keluar.
"Hyeong~!!" dari kejauhan terdengar seruan seseorang, dan derap kaki mendekat kearah Yongbae, Jieun dan Angel. Seungri dan Daesung merapat. "Kalian nggak apa-apa?"
"Dia mengejar kami tanpa memperlihatkan diri.." Yongbae masih mengatur nafasnya, benar-benar kelelahan. "Tapi..hh ..hh ..entah kenapa dia tiba-tiba ngilang!"
"Sonsaengnim sama Seunghyun oppa mana?" tanya Jieun ditengah keheningan yang tiba-tiba tercipta, kembali mengingatkan mereka bahwa kedua orang yang harus mereka jaga itu malah pergi seenak hati mereka dari kelompok.
Yongbae memandang Seungri dan Daesung. Ia merasa kedua dongsaengnya itu sedikit terlalu ceroboh. Kini ia tahu kenapa sesuatu yang mengejarnya itu tiba-tiba menghilang. Mangsa yang ia butuhkan sudah terbebas dari halangan. "PABO!" Yongbae geram. "Jieun, kamu masih bisa jalan?" Jieun mengangguk mengiyakan, meski sebenarnya kakinya sudah gemetar untuk berjalan lagi. "Kita cari hyeong dan Kwon-saem!"
~Kiss Note~
Hantu putri itu menempel pada Seunghyun, kedua tangannya menggenggam erat lengan Seunghyun, meniup telinganya dengan angin dingin dari mulutnya. Seunghyun bergidik, namun ia tetap mencoba tenang. Ia menatap lurus kedepan, entah melihat apa, tidak mau melihat ke arah putri itu meski secantik apapun wujudnya. Ia tetap hantu.
"Kalau aku mencium mu, apa kamu bakal berhenti mengusik mereka?" tanya Seunghyun datar. Tak ada jawaban, ia hanya merasakan sesuatu yang dingin menjalar di pundaknya. Seunghyun memejamkan matanya. "Kalau begitu cium saja aku, dan pergilah ke alam mu sendiri.."
Kwon-saem terperanjat. "Seunghyun-a! Kamu gila!"
"Andwe..~" Jinki yang masih bangun ikut mencegahnya.
Hantu putri itupun terbang sedikit menjauh, seperti sudah mengerti, Seunghyun berdiri dan menghadap ke arah lain. Ia menengadah, kemudian kembali memejamkan matanya, menunggu eksekusi yang akan menyebabkan kematiannya. Hantu putri itu turun, berjalan mendekati Seunghyun dan menengadahkan kepalanya. Kedua tangan dinginnya menangkup pipi Seunghyun untuk mengarahkannya. Ia mendekatkan wajahnya, setiap detik berlalu dan wajah mereka semakin dekat.
"Bakar bukunya.." dengan nafas yang mulai tersengal, dan air mata masih membanjiri wajahnya, Jinki membisikan kata-kata pada Kwon-saem. "Bakar Kiss Note nya.."
"Mwo?"
"B..bakar Kiss Note nya, SAEM!" dengan suara yang sedikit ditekan, Jinki menginstruksikan.
Kwon-saem segera mengambil KISS NOTE yang tergeletak tak jauh dari dirinya itu, dengan tangan gemetar, ia mencoba mencari-cari sesuatu dari saku jeans nya. Ia keluarkan sebungkus rokok, kemudian melemparnya asal, ia aduk lagi kantong jeansnya, menemukan sebuah benda logam berbentuk persegi. Zippo.
Kwon-saem mencoba menghidupkan zipponya, entah karena terlalu gugup atau minyak zipponya habis, berulang kali ia gagal menghidupkannya. Sementara matanya terus bolak-balik memperhatikan Seunghyun yang posisi kepalanya sudah seperti seseorang yang hampir mencium orang lain. SPLASS!! Api pun muncul. Kwon-saem mendekatkan buku terkutuk itu di atas api yang muncul dari zipponya, dan sedikit demi sedikit buku itu mulai dilalapnya.
Bibir mereka tinggal beberapa inchi saja, dan mereka sudah hampir berciuman. Bibir atas Seunghyun sudah menempel di bibir hantu putri itu, namun sesaat ia rasakan tangan yang semula mengatup pipinya itu lepas, begitu juga dengan ciumannya. Seunghyun membuka matanya. Sedikit demi sedikit putri itu kehilangan wujudnya. Mulai dari kakinya berubah menjadi serpihan-serpihan putih yang kemudian terbang dan menghilang tanpa suara sedikitpun. Hingga ia benar-benar tak terlihat lagi di mata Seunghyun, bersamaan dengan KISS NOTE nya yang terbakar habis.
"Dia pergi.." gumam Jinki dengan sedikit senyum di wajahnya, namun air mata masih mengucur dari kedua matanya. "Mianhae~"
Seunghyun melangkah mundur, kemudian berlutut dan menapakkan kedua telapak tangannya di lantai. Matanya terbuka lebar. Jantungnya berdegub kencang dan ia merasa seperti habis bekerja keras. Nafasnya begitu sesak. Ia tak sadarkan diri sesaat kemudian.
Bersamaan dengan itu segerombolan bocah dengan satu anjing berlari kearah mereka, dan betapa kagetnya mereka saat mendapati dua orang tak sadarkan diri di tempat yang berdekatan, sementara satu orang yang lain meringkuk ketakutan dengan zippo yang menyala di tangan kanannya, dan api yang membakar sesuatu di hadapannya.
"Hyeong??" mereka berseru. "K.. Kwon-saem? Jinki hyeong??"
"M..maaf.." Jinki yang terengah tiba-tiba berkata lagi. Ia masih punya sedikit energi untuk bertahan bangun. "T..tolong selamatkan seseorang~"
~Kiss Note~
Pagi yang amat sangat cerah, saatnya untuk beraktifitas kembali seperti biasa. Namun ini saat menyebalkan bagi Seungri. Kuliah pagi di kelas Kwon-saem, hal yang sebenarnya tidak ingin ia lakoni. Seungri duduk di tempat biasa, dimana ia pernah menemukan KISS NOTE di bawah mejanya. Ia letakkan beberapa buku di atas meja, duduk dengan bertopang dagu menghadap ke papan tulis, sementara Kwon-saem mulai berceramah di depan kelas. Sesekali matanya mengarah ke Seungri, kemudian cengiran kecil muncul dari bibirnya. Seungri mengacak rambutnya, "Harusnya dia aja yang dicium hantu itu!!"
Usai kelas, Seungri bertolak ke kantin, bertemu dengan dua seonbaenya yang kini sudah ketambahan satu anggota lagi. Jieun. Sibuk so sweet so sweet -an berdua dengan Yongbae. Namun Seungri dan Daesung membiarkannya saja, mending ngomongin yang lain dari pada meributkan 2 orang yang sedang di mabuk cinta itu.
"HAHH!! Kwon-saem nyebelin!! Mentang-mentang baru tunangan trus ngasi hadiah kuis mulu tiap kuliah!" Seungri ngamuk-ngamuk stress. "Mending dia kena cium aja deh dulu!"
"Hush! Ngawur! Jangan ngomongin itu lagi!" Daesung komentar.
"Oh ya, ngomong-ngomong, Seunghyun hyeong udah baikan?" tanya Seungri.
Daesung mengangguk kecil. "Kemaren baru keluar dari rumah sakit, sekarang lagi banyak istirahat di rumah. Dia shock!" jawab Daesung.
"Jinki hyeong?"
"Dia masih di rumah sakit, untuk pertama kalinya aku liat dia ga pake baju item-item!" Daesung ketawa. "Sakitnya masih jadi penelitian dokter sampe sekarang.."
Seungri mengangguk-angguk kecil. "Muncul luka dalam tanpa ada luka luar.. untung masih bisa di selametin!" tuturnya. "Tapi hyeong, aku masih nggak ngerti sama ceritanya, dan siapa cewe yang harus kita selametin itu.."
---
"Oppa baik-baik aja?" seorang gadis datang dengan sebuket bunga berwarna putih-kuning di tangannya. Jinki yang duduk di kursi roda di depan jendela itu mengangguk kecil dengan senyum tipis terkembang di bibirnya. Di tangannya terbuka sebuah buku tebal yang sejak tadi dibacanya dalam diam. "Oppa mau sarapan?" gadis itu bertanya lagi.
"Boleh.."
"Oke, aku belikan dulu ya!" gadis itu bergegas keluar. Jinki menengok, kemudian tersenyum lebih lebar sambil menatap punggung gadis itu yang berlari keluar dan menghilang di pintu kamar rumah sakit itu. Jinki mengembalikan pandangannya pada buku di tangannya, dimana ia banyak menyimpan memori di dalamnya.
Memori tentang bagaimana ribuan tahun yang lalu ia mencintai seorang putri yang dikutuk dan membuatnya meninggal pada hari pernikahan mereka. Ya, Choi Minho adalah Lee Jinki di masa lalu. Ia tidak tahu apakah itu anugrah, atau kesialan ia bisa mengingat kehidupan masalalunya dengan jelas setelah menemukan buku itu di salah satu ruangan kastil yang dijaganya. Ia berharap putri yang ia cintai juga akan bertemu dengannya di kehidupan yang sekarang. Mereka memang bertemu, namun dengan cara yang tidak dipikirkan oleh Jinki. Sang putri itu menggentayangi orang-orang karena ia merasa amarahnya tentang kutukan yang menimpanya itu belum hilang. Arwahnya tidak tenang, maka ia tidak bisa mengalami reinkarnasi.
Mereka tetap berjanji untuk bersama, hingga suatu saat Jinki bertemu dengan seorang gadis yang kini di cintainya. Gadis yang pagi ini mengunjunginya dengan sebuket bunga itu. Ia berkhianat pada sang putri, karena KISS NOTE. Gadis itu bertemu dengannya karena KISS NOTE. Jadi sebenarnya ia sendiri adalah salah satu korban dari KISS NOTE itu. Namun gadis itu sudah menyobek halaman dimana ia menuliskan nama Jinki. Seperti ribuan tahun yang lalu, mencintai seseorang karena KISS NOTE itu.
Sang putri marah dan hendak membunuhnya setelah sebelumnya ia menculik gadis yang mencuri KISS NOTE nya, jika Jinki tidak membawakan korban-korbannya itu kehadapannya pada waktu yang ditentukan. Dewi fortuna seperti berpihak padanya di awal, ia berhasil membawa orang-orang itu untuk menjadi tumbalnya, namun sang putri tak pernah menepati janjinya. Ia meremukkan organ dalam Jinki dengan ciumannya (gatau juga gimana caranya..), nyaris, karena untunglah ia masih bisa diselamatkan dengan transplantasi organ. Membakar KISS NOTE adalah satu-satunya cara membunuhnya, dan itu hal yang paling tidak ingin dilakukannya. Karena sama saja dengan membunuh cintanya sendiri. Namun semua pengkhianatan ini harus di akhiri, ia tidak mau lebih banyak korban, maka hanya itu satu-satunya jalan, ia harus membunuh sosok yang ia cintai sejak ribuan tahun yang lalu.
Tiba-tiba setitik air jatuh di atas kertas yang tengah di bacanya. Air mata Jinki leleh, jatuh dari matanya. Sesaat terdengar suara isakan kecil dari tenggorokannya. "Mianhae.." desisnya, meninggalkan luka yang dalam dihatinya sendiri.
***END***
Kurang memuaskan menurutku..
ini pertama kalinya bikin ff beginian~ T_T
Kenapa hasilnya kayak gini yaa.. ._.a
Tapi paling ngga semoga bisa menghibur.. karena ini LAST PART nya rangkaian KISS NOTE the series~ kkk
COMMENT NO JUTSU!!
-Keep Shine Like HIKARI-
memuaskan , gw suka tipe" story kayak gini Sunbae . cuma kalo cerita begini biasanya nih yaa BIASANYA diksi / kata"nya sok dramatis gitu sama pake kata" yg kurang umum *ah ya gitu deh pokoknya* ngerti kan ? tapi keseluruhan suka banget pas adegan meningkup pipi seunghyun itu dapet banget
ReplyDeletejincha?? >_<
Deleteemang seringnya gitu.. tapi gegara dari awal nih kiss note udah parah semua, di parahin aja sekalian biar keren(?) kkk
soalnya klo tiba2 basa EYD pan jadi timpang sama yg sblum2nya~
thx btw~^^
ahaha daebak ^^b
ReplyDeleteini kalo castnya ga pada konyol pasti udah horor banget ini ceritanya, tapi hantu ceweknya kurang serem, tp gpp kalo serem2 malah ga tak lanjutin baca ini FFnya..hehe
ga ada yg aneh kok, cuma agak lama aja itu yg muter2 dilorong hehe tapi suka ^^b
iya ya? seolah itu gedung isinya lorong semuanya~ hahahaha
Deleteemang sengaja ga tak bikin serem, soalnya ini ada romance nya.. takut ntar malah kebawa2 malah ak jadi gaberani nulis sendiri #lho ?
btw thx^^
kyahaha.. Guw ngakak2 aj ne ngebayangin IU yg nangis2 ga brenti2 sambil gendong angel.. Pasti dh se ember th dy nangis, tpi pas awalny malah yg ak kira yg jd putriny th IU, trnyata bkan, hehe, tpi kalo dri deskripsi tak langsung aye malah ngebayangin yoona yg jd "sang putri" haha.. Joha, neomu neomu joha.. Neoui iyagi nan neomu joha..
ReplyDeletehahahaha.. di baca ternyata.. kapan maen ke sini? kkk
Deletemakasih btw^^
udah baca yang 3 cerita sebelum ini??
#nokomen
ReplyDeleteendingnya . . . banget -_- hh padahal pengennya mpeng itu mati tapi trus dia jadi suka sama riri #diinjek
gimana? ngecewain ya? :p
Deletesori deh, pertama kalinya bikin yang kayak gini sih~ hehe
wahahaha.. tetep abang mah.. ._.
makasi betewe^^