Written by
LIGHT
LIGHT
Main Cast
Lee Jinki (SHINee Onew), Choi Chaeyong (OC)
Lee Jinki (SHINee Onew), Choi Chaeyong (OC)
Suporting Cast
Kim Kibeom (SHINee Key), Choi Minho (SHINee), Choi Seunghyun ( BIGBANG TOP), Lee Hami (OC), Kang Minhyuk (CNBlue), Han Aikyung (OC)
Kim Kibeom (SHINee Key), Choi Minho (SHINee), Choi Seunghyun ( BIGBANG TOP), Lee Hami (OC), Kang Minhyuk (CNBlue), Han Aikyung (OC)
Genre
Romance, Fluff, Comedy
Romance, Fluff, Comedy
Rate
General
General
Length
oneshot
oneshot
Author Note
karena permainan Truth or Dare yang absurd, dan aku seperti makan buah simalakama mau ngambil truth ataupun dare jatohnya sama aja, akhirnya saya ngambil dare, dan tantangannya adalah sesuatu yg ada di dalem ff ini..(ayo coba tebak apa itu?) hhh.. sebenarnya ini forbidden(?) ..tp atas permintaan kaka Aikyung tercinta untuk mengepostnya(halah), yaudah, akhirnya di post aja lah..
karena permainan Truth or Dare yang absurd, dan aku seperti makan buah simalakama mau ngambil truth ataupun dare jatohnya sama aja, akhirnya saya ngambil dare, dan tantangannya adalah sesuatu yg ada di dalem ff ini..(ayo coba tebak apa itu?) hhh.. sebenarnya ini forbidden(?) ..tp atas permintaan kaka Aikyung tercinta untuk mengepostnya(halah), yaudah, akhirnya di post aja lah..
maaf kalo ceritanya.. /ehem/
==========
Swiiiing!
Botol berputar searah jarum jam,
sementara beberapa manusia yang berkeliling di sekitarnya menatap benda
yang masih terus bergerak itu dengan was-was. Mereka tidak mau mulut
botol itu mengarah pada mereka. Entah kejujuran apa yang diinginkan dari
peserta lainnya, atau tantangan memalukan apa yang harus mereka lakukan
untuk memuaskan orang lain karena botol itu menentukan salah satu dari
mereka adalah sasarannya.
Beberapa detik kemudian, putaran botol
yang semula begitu cepat, kini semakin melambat. Seperti sudah bisa
memperkirakan dimana botol itu akan berhenti, Kibeom tersenyum lebar.
“Choi Chaeyong~!” ujarnya dengan nada seakan bernyanyi.
“Sial!” Chaeyong mengumpat.
Semuanya tersenyum, seperti sudah
menunggu momen ini. Gadis itu memang sejak awal tidak pernah menjadi
sasaran botol itu, tetapi ia selalu memberikan pertanyaan dan tantangan
yang membuat mereka benar-benar malu atau terasa berat untuk
mengatakannya. Seperti dendam mereka yang akan segera terbalaskan,
manusia-manusia lain di ruangan ini sudah tau senjata apa yang bisa
membunuhnya. Sesuatu yang menjadi kelemahannya.
“Truth or Dare?” Minhyuk bertanya
cepat. Ia sudah tidak sabar untuk segera menghabisi gadis ini, karena
Chaeyong hampir saja membuatnya menyatakan bahwa ia pernah menyukai
Hami.
“Palli!!” Kibeom yang sudah tidak
sabar berteriak padanya, protes. Sementara gadis itu masih berpikir,
kemungkinan memalukan dari kedua pilihan itu adalah 50:50.
Kalau aku pilih dare, nanti aku harus melakukan sesuatu.. Chaeyong melirik ke arah Jinki yang duduk tepat di samping kanannya. Jangan! Sepertinya aku tahu tantangan apa yang akan mereka berikan padaku.. tidak bisa..
“Aku pilih truth!”
Seringai lebar pun bisa terlihat dari
segala arah, bahkan dari Hami yang paling terlihat kalem sekalipun,
Chaeyong bisa melihat dendam di matanya. Sebelumnya ia membuat Hami
harus mengungkit tentang Siwan -meskipun berakhir dengan Minho
mencekiknya karena membuat istrinya menceritakan tentang itu- tetap saja
Hami masih dendam padanya.
Namun disaat semuanya hendak menyatakan
diri untuk memberikan pertanyaan kejam pada Chaeyong, Han Aikyung, salah
seorang kenalan Minhyuk yang bergabung hari ini mengangkat tangannya
tinggi-tinggi, membuat yang lain menoleh kearahnya dengan heran. Seakan
mengatakan ‘aduh, rencana bisa berantakan!’ ekspresi mereka tidak
terlihat begitu puas.
“Boleh kalau aku yang bertanya?” katanya tenang sambil memandang ke sekelilingnya.
Setelah untuk beberapa detik mereka
terdiam, akhirnya semuanya mempersilakan gadis itu untuk bertanya.
Meskipun beberapa dari mereka kecewa karena tidak bisa membalaskan
dendam masing-masing.
“Silakan! Tanyakan saja apapun! Buat dia
tak berkutik!” Minhyuk terdengar begitu semangat saat mengatakannya,
membuat Chaeyong berdecak kesal padanya.
“Oke!” wanita muda itu mengawali.
“Bagaimana mengatakannya ya?” Aikyung bergumam sendiri sejenak, kemudian
seperti sudah mendapatkan ide, ia menegakkan wajahnya dan memandang
tepat kearah Chaeyong dengan pandangannya yang tegas. “Aku mendengar
cerita tentang kalian dari Kang Minhyuk..” katanya kemudian tersenyum.
Kalian? Chaeyong berpikir. Sejenak
kemudian ia menoleh kearah Jinki. Kemudian menoleh kembali, mengalihkan
pandangannya pada Minhyuk, dan terlihat pria itu menjulurkan lidahnya
sedikit padanya. Sial!
“Tapi aku hanya ingin tahu, bagaimana
perasaanmu setelah kalian jadian? Kalau kulihat sejak awal aku datang
kemari, aku tak pernah melihat kontak fisik kalian yang begitu berarti!”
Aikyung menjelaskan pertanyaannya secara gamblang. “Aku hanya ingin
tahu.. bagaimana perasaanmu?”
Seperti ada seseorang yang telah
mengatakan apa yang ada dalam pikiran mereka -meskipun sebagian dari
mereka berharap yang lebih kejam- semuanya mengarahkan pandangan kepada
Chaeyong. Mereka ingin tahu apa yang sebenarnya dirasakan gadis itu. Ia
memang tak pernah terlihat menggandeng atau memeluk lengan Jinki, atau
bertukar kalimat-kalimat manis tanpa arti dengannya. Bahkan ia tidak
terlihat selalu memikirkan Jinki setiap hari saat mereka tidak bertemu.
Ia terlihat biasa. Sangat biasa. Hingga membuat orang-orang di
sekitarnya heran, apakah mereka benar-benar berhubungan atau tidak.
“Cepat jawab! Lama banget sih!!” Kibeom
yang tak sabar hampir saja melempar botol yang tergeletak di tengah
mereka kepada Chaeyong.
“T-tidak ada pertanyaan lain ya? Yang
lebih s-susah dari ini?” Chaeyong bertanya, berusaha menunjukkan nada
sombong, namun gagal karena suaranya terdengar sedikit bergetar. Ia
benar-benar gugup.
“Jawab saja! Aku juga penasaran!” kalimat
itu terdengar tepat dari sampingnya. Ia tidak harus menoleh untuk tau
siapa yang mengatakan itu padanya. Ia cukup mengenal suaranya, dan ia
pasti tau siapa yang sejak awal duduk disana, tepat di sampingnya sejak
permainan di mulai. Kalau sudah begini, ia seperti tidak bisa
menolaknya.
Chaeyong menelan ludahnya sendiri karena
gugup. Ia menatap kearah botol yang tergeletak di tengah-tengah mereka.
Sebisa mungkin ia menyembunyikan rona merah yang mendesak keluar di
wajahnya, menarik nafas pelan-pelan, dan membuangnya secara
sembunyi-sembunyi agar tidak ada yang tahu bahwa ia gugup setengah mati
sekarang.
“B-baiklah..” Chaeyong terbata. “Aku.. aku.. senang..”
Suasana hening sejenak.
“MWO?? CUMA ITU??” Kibeom berteriak tidak terima, sepertinya ia senang jika Chaeyong bisa lebih menderita dari ini.
“Eiiyy~” Seunghyun yang sejak tadi
menunggu saat-saat ini menyenggol bahu adiknya itu hingga gadis itu
terdorong. “Yang bener aja, masa cuma itu?”
Chaeyong masih tak berani menatap kearah
Jinki. Ia balik mendorong Seunghyun keras-keras dengan kedua tangannya
untuk menyembunyikan kegugupannya. “Memang kau mengharapkan jawaban apa
lagi? Aku senang! Perasaanku senang! Mengerti? Sudah! Case closed!” katanya disertai gerakan tangannya seperti mengunci mulutnya, sepertinya ia sudah tidak mau menjawab apa-apa lagi.
“YA!! Kamu yang bener donk!”
Kibeom masih protes, ia masih merasa Chaeyong kurang menderita. Ia ingin
melihat wajah merah gadis itu dan suara bergetarnya karena kegugupan
yang luar biasa. Begitu juga yang lain yang meneriakinya tidak puas.
Dendam mereka belum terbalaskan sepenuhnya. Kesempatan ini seperti sudah
disia-siakan, karena mungkin pada putaran selanjutnya Chaeyong tidak
akan menjadi sasaran kembali.
*
“Kamu benar-benar nggak mau menjawab
mereka?” tanya Jinki sambil mengeringkan piring basah yang baru dicuci
oleh Chaeyong, kemudian meletakkannya didalam rak piring dan gelas di
samping bak cuci. Sementara gadis itu berdiri di sampingnya, sibuk
dengan alat-alat makan kotor yang menumpuk didalam bak.
“Ya! Kau mau ikut-ikutan balas
dendam padaku?” Chaeyong bertanya dengan nada kesal, tanpa berhenti
membersihkan piring-piring kotor bekas makan malam dari manusia-manusia
yang sedang berkumpul di ruang tengah rumahnya itu.
“Heiiyy~ aku kan cuma ingin tau!” katanya
sambil menyenggol bahu Chaeyong pelan hingga gadis itu limbung. Jinki
tersenyum lebar seraya menerima piring yang diberikan Chaeyong dan
mengeringkannya lagi. Sementara gadis itu tetap diam dan melanjutkan
pekerjaannya.
Haruskah aku bilang aku bahagia sampai
jika harus mati hari ini pun aku rela? Senang itu satu kata yang bahkan
bisa menjelaskan semuanya. Karena aku terlalu sulit untuk menjelaskan
bagaimana rasa bahagiaku, bahkan hanya karena berdiri bersebelahan
seperti ini. Membersihkan piring-piring kotor sebanyak ini, aku tidak
akan merasa lelah jika ia juga melakukannya bersamaku.
Apakah mereka berharap aku akan
mengatakan kalimat manis, memegang tangannya kemudian tersenyum
kepadanya? Apakah mereka tidak pernah mengenalku? Seharusnya mereka tahu
aku tidak bisa melakukannya. Bersentuhan sedikit saja dengannya aku
sudah tidak tahu lagi apakah aku bisa berdiri atau tidak. Perasaanku
akan meluap hingga aku lupa apa yang sedang aku lakukan saat itu.
Karena aku terlalu menyukai pria ini.
Cukup dengan interaksi sederhana. Duduk behadapan dengan dua gelas air
putih di hadapan kami, menceritakan tentang kejadian hari ini, tentang
lelucon, tentang masalah kami, tetang impian kami, saling memberikan
dukungan seperti teman, seperti keluarga. Aku sudah lebih dari bahagia.
Aku sangat merasa senang. Dan aku tahu, kata senang itu bisa ia artikan
sendiri begitu banyak. Aku tahu ia mengerti arti dari jawabanku.
Melebihi siapapun..
-END-
wahahahaha.. apa ini?? xO
comments are loved!! and i love you~!! hahaha
-Keep Shine Like HIKARI-
jadi surprise d tengah ceritany apa? Guw kira CY di dare suruh kisseu gitu.. Ini jinkiny brasa jd figuran yah, kkk
ReplyDeletenice