Thursday, January 31, 2013

Truth


Written by
LIGHT

Main Cast
Lee Jinki (SHINee Onew), Choi Chaeyong (OC)

Suporting Cast
Kim Kibeom (SHINee Key), Choi Minho (SHINee), Choi Seunghyun ( BIGBANG TOP), Lee Hami (OC), Kang Minhyuk (CNBlue), Han Aikyung (OC)

Genre
Romance, Fluff, Comedy

Rate
General

Length
oneshot

Author Note
karena permainan Truth or Dare yang absurd, dan aku seperti makan buah simalakama mau ngambil truth ataupun dare jatohnya sama aja, akhirnya saya ngambil dare, dan tantangannya adalah sesuatu yg ada di dalem ff ini..(ayo coba tebak apa itu?) hhh.. sebenarnya ini forbidden(?) ..tp atas permintaan kaka Aikyung tercinta untuk mengepostnya(halah), yaudah, akhirnya di post aja lah..
maaf kalo ceritanya.. /ehem/

==========


Swiiiing!

Botol berputar searah jarum jam, sementara beberapa manusia yang berkeliling di sekitarnya menatap benda yang masih terus bergerak itu dengan was-was. Mereka tidak mau mulut botol itu mengarah pada mereka. Entah kejujuran apa yang diinginkan dari peserta lainnya, atau tantangan memalukan apa yang harus mereka lakukan untuk memuaskan orang lain karena botol itu menentukan salah satu dari mereka adalah sasarannya.
Beberapa detik kemudian, putaran botol yang semula begitu cepat, kini semakin melambat. Seperti sudah bisa memperkirakan dimana botol itu akan berhenti, Kibeom tersenyum lebar.

“Choi Chaeyong~!” ujarnya dengan nada seakan bernyanyi.

“Sial!” Chaeyong mengumpat.

Semuanya tersenyum, seperti sudah menunggu momen ini. Gadis itu memang sejak awal tidak pernah menjadi sasaran botol itu, tetapi ia selalu memberikan pertanyaan dan tantangan yang membuat mereka benar-benar malu atau terasa berat untuk mengatakannya. Seperti dendam mereka yang akan segera terbalaskan, manusia-manusia lain di ruangan ini sudah tau senjata apa yang bisa membunuhnya. Sesuatu yang menjadi kelemahannya.

Truth or Dare?” Minhyuk bertanya cepat. Ia sudah tidak sabar untuk segera menghabisi gadis ini, karena Chaeyong hampir saja membuatnya menyatakan bahwa ia pernah menyukai Hami.

Palli!!” Kibeom yang sudah tidak sabar berteriak padanya, protes. Sementara gadis itu masih berpikir, kemungkinan memalukan dari kedua pilihan itu adalah 50:50.

Kalau aku pilih dare, nanti aku harus melakukan sesuatu.. Chaeyong melirik ke arah Jinki yang duduk tepat di samping kanannya. Jangan! Sepertinya aku tahu tantangan apa yang akan mereka berikan padaku.. tidak bisa..

“Aku pilih truth!”

Seringai lebar pun bisa terlihat dari segala arah, bahkan dari Hami yang paling terlihat kalem sekalipun, Chaeyong bisa melihat dendam di matanya. Sebelumnya ia membuat Hami harus mengungkit tentang Siwan -meskipun berakhir dengan Minho mencekiknya karena membuat istrinya menceritakan tentang itu- tetap saja Hami masih dendam padanya.

Namun disaat semuanya hendak menyatakan diri untuk memberikan pertanyaan kejam pada Chaeyong, Han Aikyung, salah seorang kenalan Minhyuk yang bergabung hari ini mengangkat tangannya tinggi-tinggi, membuat yang lain menoleh kearahnya dengan heran. Seakan mengatakan ‘aduh, rencana bisa berantakan!’ ekspresi mereka tidak terlihat begitu puas.

“Boleh kalau aku yang bertanya?” katanya tenang sambil memandang ke sekelilingnya.

Setelah untuk beberapa detik mereka terdiam, akhirnya semuanya mempersilakan gadis itu untuk bertanya. Meskipun beberapa dari mereka kecewa karena tidak bisa membalaskan dendam masing-masing.

“Silakan! Tanyakan saja apapun! Buat dia tak berkutik!” Minhyuk terdengar begitu semangat saat mengatakannya, membuat Chaeyong berdecak kesal padanya.

“Oke!” wanita muda itu mengawali. “Bagaimana mengatakannya ya?” Aikyung bergumam sendiri sejenak, kemudian seperti sudah mendapatkan ide, ia menegakkan wajahnya dan memandang tepat kearah Chaeyong dengan pandangannya yang tegas. “Aku mendengar cerita tentang kalian dari Kang Minhyuk..” katanya kemudian tersenyum.

Kalian? Chaeyong berpikir. Sejenak kemudian ia menoleh kearah Jinki. Kemudian menoleh kembali, mengalihkan pandangannya pada Minhyuk, dan terlihat pria itu menjulurkan lidahnya sedikit padanya. Sial!
“Tapi aku hanya ingin tahu, bagaimana perasaanmu setelah kalian jadian? Kalau kulihat sejak awal aku datang kemari, aku tak pernah melihat kontak fisik kalian yang begitu berarti!” Aikyung menjelaskan pertanyaannya secara gamblang. “Aku hanya ingin tahu.. bagaimana perasaanmu?”

Seperti ada seseorang yang telah mengatakan apa yang ada dalam pikiran mereka -meskipun sebagian dari mereka berharap yang lebih kejam- semuanya mengarahkan pandangan kepada Chaeyong. Mereka ingin tahu apa yang sebenarnya dirasakan gadis itu. Ia memang tak pernah terlihat menggandeng atau memeluk lengan Jinki, atau bertukar kalimat-kalimat manis tanpa arti dengannya. Bahkan ia tidak terlihat selalu memikirkan Jinki setiap hari saat mereka tidak bertemu. Ia terlihat biasa. Sangat biasa. Hingga membuat orang-orang di sekitarnya heran, apakah mereka benar-benar berhubungan atau tidak.

“Cepat jawab! Lama banget sih!!” Kibeom yang tak sabar hampir saja melempar botol yang tergeletak di tengah mereka kepada Chaeyong.

“T-tidak ada pertanyaan lain ya? Yang lebih s-susah dari ini?” Chaeyong bertanya, berusaha menunjukkan nada sombong, namun gagal karena suaranya terdengar sedikit bergetar. Ia benar-benar gugup.

“Jawab saja! Aku juga penasaran!” kalimat itu terdengar tepat dari sampingnya. Ia tidak harus menoleh untuk tau siapa yang mengatakan itu padanya. Ia cukup mengenal suaranya, dan ia pasti tau siapa yang sejak awal duduk disana, tepat di sampingnya sejak permainan di mulai. Kalau sudah begini, ia seperti tidak bisa menolaknya.

Chaeyong menelan ludahnya sendiri karena gugup. Ia menatap kearah botol yang tergeletak di tengah-tengah mereka. Sebisa mungkin ia menyembunyikan rona merah yang mendesak keluar di wajahnya, menarik nafas pelan-pelan, dan membuangnya secara sembunyi-sembunyi agar tidak ada yang tahu bahwa ia gugup setengah mati sekarang.

“B-baiklah..” Chaeyong terbata. “Aku.. aku.. senang..”
Suasana hening sejenak.

MWO?? CUMA ITU??” Kibeom berteriak tidak terima, sepertinya ia senang jika Chaeyong bisa lebih menderita dari ini.

“Eiiyy~” Seunghyun yang sejak tadi menunggu saat-saat ini menyenggol bahu adiknya itu hingga gadis itu terdorong. “Yang bener aja, masa cuma itu?”

Chaeyong masih tak berani menatap kearah Jinki. Ia balik mendorong Seunghyun keras-keras dengan kedua tangannya untuk menyembunyikan kegugupannya. “Memang kau mengharapkan jawaban apa lagi? Aku senang! Perasaanku senang! Mengerti? Sudah! Case closed!” katanya disertai gerakan tangannya seperti mengunci mulutnya, sepertinya ia sudah tidak mau menjawab apa-apa lagi.

YA!! Kamu yang bener donk!” Kibeom masih protes, ia masih merasa Chaeyong kurang menderita. Ia ingin melihat wajah merah gadis itu dan suara bergetarnya karena kegugupan yang luar biasa. Begitu juga yang lain yang meneriakinya tidak puas. Dendam mereka belum terbalaskan sepenuhnya. Kesempatan ini seperti sudah disia-siakan, karena mungkin pada putaran selanjutnya Chaeyong tidak akan menjadi sasaran kembali.

*

“Kamu benar-benar nggak mau menjawab mereka?” tanya Jinki sambil mengeringkan piring basah yang baru dicuci oleh Chaeyong, kemudian meletakkannya didalam rak piring dan gelas di samping bak cuci. Sementara gadis itu berdiri di sampingnya, sibuk dengan alat-alat makan kotor yang menumpuk didalam bak.

Ya! Kau mau ikut-ikutan balas dendam padaku?” Chaeyong bertanya dengan nada kesal, tanpa berhenti membersihkan piring-piring kotor bekas makan malam dari manusia-manusia yang sedang berkumpul di ruang tengah rumahnya itu.

“Heiiyy~ aku kan cuma ingin tau!” katanya sambil menyenggol bahu Chaeyong pelan hingga gadis itu limbung. Jinki tersenyum lebar seraya menerima piring yang diberikan Chaeyong dan mengeringkannya lagi. Sementara gadis itu tetap diam dan melanjutkan pekerjaannya.

Haruskah aku bilang aku bahagia sampai jika harus mati hari ini pun aku rela? Senang itu satu kata yang bahkan bisa menjelaskan semuanya. Karena aku terlalu sulit untuk menjelaskan bagaimana rasa bahagiaku, bahkan hanya karena berdiri bersebelahan seperti ini. Membersihkan piring-piring kotor sebanyak ini, aku tidak akan merasa lelah jika ia juga melakukannya bersamaku.

Apakah mereka berharap aku akan mengatakan kalimat manis, memegang tangannya kemudian tersenyum kepadanya? Apakah mereka tidak pernah mengenalku? Seharusnya mereka tahu aku tidak bisa melakukannya. Bersentuhan sedikit saja dengannya aku sudah tidak tahu lagi apakah aku bisa berdiri atau tidak. Perasaanku akan meluap hingga aku lupa apa yang sedang aku lakukan saat itu.

Karena aku terlalu menyukai pria ini. Cukup dengan interaksi sederhana. Duduk behadapan dengan dua gelas air putih di hadapan kami, menceritakan tentang kejadian hari ini, tentang lelucon, tentang masalah kami, tetang impian kami, saling memberikan dukungan seperti teman, seperti keluarga. Aku sudah lebih dari bahagia. Aku sangat merasa senang. Dan aku tahu, kata senang itu bisa ia artikan sendiri begitu banyak. Aku tahu ia mengerti arti dari jawabanku. Melebihi siapapun..

-END-
wahahahaha.. apa ini?? xO

comments are loved!! and i love you~!! hahaha

-Keep Shine Like HIKARI-

1 comment:

  1. jadi surprise d tengah ceritany apa? Guw kira CY di dare suruh kisseu gitu.. Ini jinkiny brasa jd figuran yah, kkk

    nice

    ReplyDelete