Thursday, January 17, 2013

a Pair for Two


Written by
LIGHT

Main Cast
Kim Jonghyun (SHINee), Kim Jihyun (OC)

Genre
Romance, Fluff, AU

Rate
General

Length
oneshot

Author Note
Gatau kenapa tiba-tiba dapet ide cheesy begini u_u .. hahahaha.. tapi lumayan buat ngisi kekosongan setelah sekian lama vacum.. :) sebenernya aku mau bikin poster juga buat ff ini, cuman ntah kenapa ak berasa agak males.. karena tubuh yg lagi ga fit juga.. #getwellsoon hahaha.. Aku sengaja nggak make Jinki sebagai tokohnya.. aku pengen ada variasi dikit lah.. kkkk Jingki mulu, bosen~ *digaplok MVPs* kkkkk.. engga lho~ bcanda~^^*
Oh ya, waktu baca ini, bisa sambil dengerin Raspberry Field – Saturday Afternoon.. aku bikin ini sambil dengerin lagu itu.. efek etude, tiap dengerin saturday afternoon yang nongol di kepala pasti jjong.. hahaha
btw, enjoy reading~!^^

==========

Jihyun tak pernah suka memakai gaun dan high heels. Jonghyun mengerti benar tentang itu. Tapi entah mengapa, hari ini ia mau melakukannya demi Jonghyun, meskipun pria ini tidak memaksanya untuk datang dengan pakaian seperti itu pada acara wisuda di kampusnya. Cukup datang dengan pakaian casual yang biasa dikenakan gadis itu, sudah membuat Jonghyun senang. Tapi ia juga tidak menolak jika gadisnya itu memilih untuk datang dengan pakaian dan sepatu yang cantik, juga riasan wajah yang makin membuatnya lebih menarik dari biasanya.

Pria dengan pakaian formal dan toga melapisi bagian luar pakaiannya itu, terus tersenyum sepanjang hari, menatap gadis yang berdiri di sampingnya itu. Mereka tengah berfoto untuk dijadikan kenang-kenangan. Wisuda kelulusan Jonghyun, dan hari dimana Jihyun rela berdandan untuknya. Ia sama sekali tidak dapat mengalihkan pandangannya dari Jihyun. Kim Jihyun cantik.. kata-kata itu terus saja bergelayut di batin Jonghyun tanpa bisa ia hentikan. Hingga akhirnya gadis itu menoleh kepadanya, menyadari sejak tadi Jonghyun memandangnya tanpa henti.

Yah!” Jihyun berteriak, mencoba menyadarkan Jonghyun yang memang sudah sadar sejak awal. Ia tidak melamun sedikitpun, meskipun terlihat seperti itu.

“Lihat kedepan! Kita akan difoto!” Jihyun mencoba mendorong wajah Jonghyun agar pria itu mau mengalihkan pandangannya ke arah kamera. Namun Jonghyun tak bergeming. Ia malah tersenyum semakin lebar.

Yah! Kim Jonghyun!”

“Aku sedang memotretmu! Untuk disimpan didalam memori dan hatiku!” bukannya menuruti Jihyun, Jonghyun malah menjawab sesuai apa yang ada didalam perasaannya. Wajah Jihyun memerah seketika. Ia tidak tahu harus menjawab bagaimana. Jonghyun memang selalu seperti ini. Cheesy. Tapi walaupun sudah bertahun-tahun Jonghyun berkelakuan seperti itu padanya, Jihyun tetap tak pernah bisa menanggapi dengan biasa. Jantungnya akan berdetak begitu keras, wajahnya memerah, kemudian mengalihkan pandangannya untuk meredakan perasaan bahagianya yang meluap-luap. Ia selalu tak pernah bisa mengendalikan perasaannya kepada seorang Kim Jonghyun.

“Y-yah! T-tapi kalau seperti ini..” Jihyun berusaha bicara pada Jonghyun, meskipun terasa sangat sulit.

Jonghyun tertawa lirih. Ia mengusap rambut sebahu Jihyun yang dihiasi jepit rambut sederhana. Tersenyum. Ia menegakkan tubuhnya, merapikan pakaiannya dan melihat ke arah kamera dengan senyum cerah khas Kim Jonghyun. “Jangan lihat ke bawah! Cepat lihat ke kamera! Kita akan difoto!” Jonghyun membalasnya, kemudian terkekeh.

Gadis dengan gaun berwarna nila itu melirik kekasihnya, kemudian berdecak. Namun ia tetap menuruti apa yang dikatakannya. Keduanya memandang ke arah kamera. Berdiri berdampingan dan memberikan senyum terbaik dan setulus yang mereka bisa, untuk direkam sebagai memori melalui lensa kamera di tangan kakak Kim Jonghyun yang sejak tadi berdiri menunggu keduanya bersiap di hadapannya.

*

Begitu acara selesai, keduanya tidak segera pulang. Jonghyun mengajak Jihyun menghabiskan waktu berdua saja sampai acara makan malam di rumah Jonghyun nanti. Gadis itu terus menerus protes pada Jonghyun. Entah karena kakinya yang kedinginan karena rok selutut yang ia kenakan di udara se dingin ini, ataupun kakinya yang sakit karena sepatu hak tinggi yang ia pakai. Ia juga malu karena berjalan-jalan di daerah pertokoan dengan pakaian yang biasa dikenakan untuk pesta, bukannya pakaian casual yang biasa ia kenakan. Namun Jonghyun hanya menjawab, “Diamlah! Mereka memperhatikanmu karena kau cantik!” Kalimat itu cukup membuat Jihyun diam, meski ia akan protes kembali beberapa saat kemudian.

“Sebenarnya ada apa sih? Kau mengajakku jalan-jalan tanpa tujuan seperti ini?” tanya Jihyun penasaran sambil terus berusaha menurunkan bagian bawah dress nya yang sudah tidak bisa di tarik menjadi lebih panjang lagi. Namun gadis itu tetap saja melakukannnya.

Jonghyun terkekeh melihat kelakuan Jihyun. Namun ia tidak menggubrisnya. “Sekali-sekali aku ingin jalan-jalan dengan orang cantik!” jawabnya. Cheesy seperti biasa.

Aish..” Jihyun berusaha menyembunyikan rona merah di wajahnya. “Jadi biasanya aku tidak cantik?” timpalnya, berusaha terdengar kesal.

“Umh..” Jonghyun hanya berdeham, namun tidak berniat memberikan jawaban yang pasti tentang ini. “Memangnya tidak boleh jalan-jalan dengan pacarku sendiri? Apa kau mau aku jalan-jalan dengan pacar orang lain?” Jonghyun menggoda gadisnya itu.

Jihyun tersenyum tipis. “Silakan saja! Jadi aku bisa pulang ke rumah dan terbebas dari benda menyakitkan ini!” ujarnya sambil menunjuk ke arah sepatu hak tingginya yang terasa menyiksa itu.

Kekehan terdengar dari tenggorokan Jonghyun. “Eiyy~!” Ia mendorong Jihyun pelan dengan bahunya, hingga gadis itu limbung sedikit kekanan, namun tidak sampai terjatuh. Ia tetap bisa menapakkan kaki kanannya di atas tanah.

KRAKK!

“Aduh!” Jihyun memandang ke arah sepatu hak tingginya. Heel nya patah karena ia terlalu keras menapak tanah untuk mencegah tubuhnya terjatuh.

Menyadari apa yang baru terjadi karena kelakuannya, senyum Jonghyun tiba-tiba memudar. Pandangan matanya mengarah ke kaki kanan Jihyun, kemudian naik, memandang wajah Jihyun yang tersentak. “Kau tidak apa-apa?” katanya khawatir.

Kaki Jihyun tidak terluka sedikitpun. Tidak lecet ataupun terkilir. Namun ia tidak mungkin pulang dengan keadaan sepatunya yang seperti itu. Sepatu yang rusak itu bisa melukai kakinya nanti.

“Aku tidak apa-apa. Sepatunya yang rusak!” jawabnya. Jihyun berpegangan pada bahu Jonghyun dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya melepas kedua sepatu hak tingginya. Ia berdiri dengan kedua kakinya, tanpa alas sama sekali. “Sepertinya kita tidak bisa jalan-jalan lebih lama lagi!” Jihyun menunjukkan kedua sepatunya.

Jonghyun tampak kecewa, bukan hanya karena mereka harus cepat-cepat pulang, tapi juga karena dirinya yang sudah merusak momennya sendiri.

Ia menghela nafas pendek. “Baiklah, kita pulang!” Katanya. Jonghyun melepaskan kedua sepatunya sendiri, dan menyerahkannya pada Jihyun. “Tapi kau pakai ini! Kau tidak mungkin pulang telanjang kaki kan? Tanahnya terlalu dingin!”

Bukan menerimanya, Jihyun malah mendorong sepatunya kembali kepada Jonghyun. “Kau saja yang pakai! Kakimu juga kedinginan nanti!”

Pria itu menggeleng. Ia kemudian berjongkok didepan Jihyun, memakaikan sepatunya di kedua kaki Jihyun agar gadis itu tidak kedinginan. “Pakailah! Aku tidak mungkin membiarkan seorang wanita berjalan dengan kaki telanjang di udara dingin seperti ini!” Jonghyun bangun, menegakkan badannya. “Terutama jika wanita itu adalah kau!”

Jihyun kembali berdecak, mencoba menyembunyikan desiran di hatinya yang begitu keras saat mendengar kalimat yang di ucapkan Jonghyun. Ia memperhatikan kedua kakinya yang kini mengenakan sepatu milik Jonghyun, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah kaki Jonghyun yang telanjang setelah pria itu juga melepas kaos kakinya.

Gadis itu tersenyum, kemudian melepaskan sepatu di kaki kirinya. “Aku juga tidak bisa membiarkan seorang pria berjalan dengan kaki telanjang di udara dingin seperti ini!” Jihyun memandang wajah Jonghyun. Memberanikan diri untuk melanjutkan kalimatnya. “Terutama pria itu adalah kau!”

Jonghyun memandang tepat di kedua mata Jihyun. Senyum terkembang di bibirnya, ia tertawa lirih.

“Apanya yang lucu? Cepat pakailah! Omonim sudah menunggu kita untuk makan malam!” ujar Jihyun yang rona merah di wajahnya kini sudah muncul sedikit demi sedikit. Ia sudah tidak dapat menahannya lagi.

Gomawo!” Jonghyun berterima kasih. Pria itu memakai sepatu itu di kaki kirinya, kemudian meraih tangan Jihyun, menggenggamnya erat. “Ayo pulang!” ujarnya. Jihyun tersenyum, kemudian mengangguk dan mengikuti Jonghyun. Berjalan berdampingan dengannya dengan sepasang sepatu untuk berdua.

-END-
hahahaha..

comment juseyo~ :) 

-Keep Shine Like HIKARI-

2 comments:

  1. Udah lama ga mampir. kangen juga sama rumahnya eonni xD kkekeke

    kenapa Jihyun.a ga digendong aja??? kan jadinya tambah so sweet eonn .. xixixi

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaa.. dirimu kemana aja gapernah mengunjungiku? hahaha

      karena di gendong itu terlalu mainstream.. kalo berbagi sepatu kan lebih unik, jadi lebih kerasa sweet nya~ xp

      btw makasi udah main lagi..!! hohoho

      Delete