Written by
LIGHT
LIGHT
Main Cast
Kim Jonghyun (SHINee), Kim Jihyun (OC)
Kim Jonghyun (SHINee), Kim Jihyun (OC)
Genre
Romance, Fluff, AU
Romance, Fluff, AU
Rate
General
General
Length
oneshot
oneshot
Author Note
Gatau kenapa tiba-tiba dapet ide cheesy begini u_u .. hahahaha.. tapi lumayan buat ngisi kekosongan setelah sekian lama vacum.. sebenernya aku mau bikin poster juga buat ff ini, cuman ntah kenapa ak berasa agak males.. karena tubuh yg lagi ga fit juga.. #getwellsoon hahaha.. Aku sengaja nggak make Jinki sebagai tokohnya.. aku pengen ada variasi dikit lah.. kkkk Jingki mulu, bosen~ *digaplok MVPs* kkkkk.. engga lho~ bcanda~^^*
Gatau kenapa tiba-tiba dapet ide cheesy begini u_u .. hahahaha.. tapi lumayan buat ngisi kekosongan setelah sekian lama vacum.. sebenernya aku mau bikin poster juga buat ff ini, cuman ntah kenapa ak berasa agak males.. karena tubuh yg lagi ga fit juga.. #getwellsoon hahaha.. Aku sengaja nggak make Jinki sebagai tokohnya.. aku pengen ada variasi dikit lah.. kkkk Jingki mulu, bosen~ *digaplok MVPs* kkkkk.. engga lho~ bcanda~^^*
Oh ya, waktu baca ini, bisa sambil
dengerin Raspberry Field – Saturday Afternoon.. aku bikin ini sambil
dengerin lagu itu.. efek etude, tiap dengerin saturday afternoon yang
nongol di kepala pasti jjong.. hahaha
btw, enjoy reading~!^^
==========
Jihyun tak pernah suka memakai gaun dan high heels.
Jonghyun mengerti benar tentang itu. Tapi entah mengapa, hari ini ia
mau melakukannya demi Jonghyun, meskipun pria ini tidak memaksanya untuk
datang dengan pakaian seperti itu pada acara wisuda di kampusnya. Cukup
datang dengan pakaian casual yang biasa dikenakan gadis itu,
sudah membuat Jonghyun senang. Tapi ia juga tidak menolak jika gadisnya
itu memilih untuk datang dengan pakaian dan sepatu yang cantik, juga
riasan wajah yang makin membuatnya lebih menarik dari biasanya.
Pria dengan pakaian formal dan toga
melapisi bagian luar pakaiannya itu, terus tersenyum sepanjang hari,
menatap gadis yang berdiri di sampingnya itu. Mereka tengah berfoto
untuk dijadikan kenang-kenangan. Wisuda kelulusan Jonghyun, dan hari
dimana Jihyun rela berdandan untuknya. Ia sama sekali tidak dapat
mengalihkan pandangannya dari Jihyun. Kim Jihyun cantik..
kata-kata itu terus saja bergelayut di batin Jonghyun tanpa bisa ia
hentikan. Hingga akhirnya gadis itu menoleh kepadanya, menyadari sejak
tadi Jonghyun memandangnya tanpa henti.
“Yah!” Jihyun berteriak, mencoba
menyadarkan Jonghyun yang memang sudah sadar sejak awal. Ia tidak
melamun sedikitpun, meskipun terlihat seperti itu.
“Lihat kedepan! Kita akan difoto!” Jihyun
mencoba mendorong wajah Jonghyun agar pria itu mau mengalihkan
pandangannya ke arah kamera. Namun Jonghyun tak bergeming. Ia malah
tersenyum semakin lebar.
“Yah! Kim Jonghyun!”
“Aku sedang memotretmu! Untuk disimpan
didalam memori dan hatiku!” bukannya menuruti Jihyun, Jonghyun malah
menjawab sesuai apa yang ada didalam perasaannya. Wajah Jihyun memerah
seketika. Ia tidak tahu harus menjawab bagaimana. Jonghyun memang selalu
seperti ini. Cheesy. Tapi walaupun sudah bertahun-tahun Jonghyun
berkelakuan seperti itu padanya, Jihyun tetap tak pernah bisa
menanggapi dengan biasa. Jantungnya akan berdetak begitu keras, wajahnya
memerah, kemudian mengalihkan pandangannya untuk meredakan perasaan
bahagianya yang meluap-luap. Ia selalu tak pernah bisa mengendalikan
perasaannya kepada seorang Kim Jonghyun.
“Y-yah! T-tapi kalau seperti ini..” Jihyun berusaha bicara pada Jonghyun, meskipun terasa sangat sulit.
Jonghyun tertawa lirih. Ia mengusap
rambut sebahu Jihyun yang dihiasi jepit rambut sederhana. Tersenyum. Ia
menegakkan tubuhnya, merapikan pakaiannya dan melihat ke arah kamera
dengan senyum cerah khas Kim Jonghyun. “Jangan lihat ke bawah! Cepat
lihat ke kamera! Kita akan difoto!” Jonghyun membalasnya, kemudian
terkekeh.
Gadis dengan gaun berwarna nila itu
melirik kekasihnya, kemudian berdecak. Namun ia tetap menuruti apa yang
dikatakannya. Keduanya memandang ke arah kamera. Berdiri berdampingan
dan memberikan senyum terbaik dan setulus yang mereka bisa, untuk
direkam sebagai memori melalui lensa kamera di tangan kakak Kim Jonghyun
yang sejak tadi berdiri menunggu keduanya bersiap di hadapannya.
*
Begitu acara selesai, keduanya tidak
segera pulang. Jonghyun mengajak Jihyun menghabiskan waktu berdua saja
sampai acara makan malam di rumah Jonghyun nanti. Gadis itu terus
menerus protes pada Jonghyun. Entah karena kakinya yang kedinginan
karena rok selutut yang ia kenakan di udara se dingin ini, ataupun
kakinya yang sakit karena sepatu hak tinggi yang ia pakai. Ia juga malu
karena berjalan-jalan di daerah pertokoan dengan pakaian yang biasa
dikenakan untuk pesta, bukannya pakaian casual yang biasa ia
kenakan. Namun Jonghyun hanya menjawab, “Diamlah! Mereka memperhatikanmu
karena kau cantik!” Kalimat itu cukup membuat Jihyun diam, meski ia
akan protes kembali beberapa saat kemudian.
“Sebenarnya ada apa sih? Kau mengajakku
jalan-jalan tanpa tujuan seperti ini?” tanya Jihyun penasaran sambil
terus berusaha menurunkan bagian bawah dress nya yang sudah tidak bisa di tarik menjadi lebih panjang lagi. Namun gadis itu tetap saja melakukannnya.
Jonghyun terkekeh melihat kelakuan
Jihyun. Namun ia tidak menggubrisnya. “Sekali-sekali aku ingin
jalan-jalan dengan orang cantik!” jawabnya. Cheesy seperti biasa.
“Aish..” Jihyun berusaha
menyembunyikan rona merah di wajahnya. “Jadi biasanya aku tidak cantik?”
timpalnya, berusaha terdengar kesal.
“Umh..” Jonghyun hanya berdeham, namun
tidak berniat memberikan jawaban yang pasti tentang ini. “Memangnya
tidak boleh jalan-jalan dengan pacarku sendiri? Apa kau mau aku
jalan-jalan dengan pacar orang lain?” Jonghyun menggoda gadisnya itu.
Jihyun tersenyum tipis. “Silakan saja!
Jadi aku bisa pulang ke rumah dan terbebas dari benda menyakitkan ini!”
ujarnya sambil menunjuk ke arah sepatu hak tingginya yang terasa
menyiksa itu.
Kekehan terdengar dari tenggorokan Jonghyun. “Eiyy~!”
Ia mendorong Jihyun pelan dengan bahunya, hingga gadis itu limbung
sedikit kekanan, namun tidak sampai terjatuh. Ia tetap bisa menapakkan
kaki kanannya di atas tanah.
KRAKK!
“Aduh!” Jihyun memandang ke arah sepatu hak tingginya. Heel nya patah karena ia terlalu keras menapak tanah untuk mencegah tubuhnya terjatuh.
Menyadari apa yang baru terjadi karena
kelakuannya, senyum Jonghyun tiba-tiba memudar. Pandangan matanya
mengarah ke kaki kanan Jihyun, kemudian naik, memandang wajah Jihyun
yang tersentak. “Kau tidak apa-apa?” katanya khawatir.
Kaki Jihyun tidak terluka sedikitpun.
Tidak lecet ataupun terkilir. Namun ia tidak mungkin pulang dengan
keadaan sepatunya yang seperti itu. Sepatu yang rusak itu bisa melukai
kakinya nanti.
“Aku tidak apa-apa. Sepatunya yang
rusak!” jawabnya. Jihyun berpegangan pada bahu Jonghyun dengan tangan
kirinya, sementara tangan kanannya melepas kedua sepatu hak tingginya.
Ia berdiri dengan kedua kakinya, tanpa alas sama sekali. “Sepertinya
kita tidak bisa jalan-jalan lebih lama lagi!” Jihyun menunjukkan kedua
sepatunya.
Jonghyun tampak kecewa, bukan hanya
karena mereka harus cepat-cepat pulang, tapi juga karena dirinya yang
sudah merusak momennya sendiri.
Ia menghela nafas pendek. “Baiklah, kita
pulang!” Katanya. Jonghyun melepaskan kedua sepatunya sendiri, dan
menyerahkannya pada Jihyun. “Tapi kau pakai ini! Kau tidak mungkin
pulang telanjang kaki kan? Tanahnya terlalu dingin!”
Bukan menerimanya, Jihyun malah mendorong
sepatunya kembali kepada Jonghyun. “Kau saja yang pakai! Kakimu juga
kedinginan nanti!”
Pria itu menggeleng. Ia kemudian
berjongkok didepan Jihyun, memakaikan sepatunya di kedua kaki Jihyun
agar gadis itu tidak kedinginan. “Pakailah! Aku tidak mungkin membiarkan
seorang wanita berjalan dengan kaki telanjang di udara dingin seperti
ini!” Jonghyun bangun, menegakkan badannya. “Terutama jika wanita itu
adalah kau!”
Jihyun kembali berdecak, mencoba
menyembunyikan desiran di hatinya yang begitu keras saat mendengar
kalimat yang di ucapkan Jonghyun. Ia memperhatikan kedua kakinya yang
kini mengenakan sepatu milik Jonghyun, kemudian mengalihkan pandangannya
ke arah kaki Jonghyun yang telanjang setelah pria itu juga melepas kaos
kakinya.
Gadis itu tersenyum, kemudian melepaskan
sepatu di kaki kirinya. “Aku juga tidak bisa membiarkan seorang pria
berjalan dengan kaki telanjang di udara dingin seperti ini!” Jihyun
memandang wajah Jonghyun. Memberanikan diri untuk melanjutkan
kalimatnya. “Terutama pria itu adalah kau!”
Jonghyun memandang tepat di kedua mata Jihyun. Senyum terkembang di bibirnya, ia tertawa lirih.
“Apanya yang lucu? Cepat pakailah! Omonim
sudah menunggu kita untuk makan malam!” ujar Jihyun yang rona merah di
wajahnya kini sudah muncul sedikit demi sedikit. Ia sudah tidak dapat
menahannya lagi.
“Gomawo!” Jonghyun berterima
kasih. Pria itu memakai sepatu itu di kaki kirinya, kemudian meraih
tangan Jihyun, menggenggamnya erat. “Ayo pulang!” ujarnya. Jihyun
tersenyum, kemudian mengangguk dan mengikuti Jonghyun. Berjalan
berdampingan dengannya dengan sepasang sepatu untuk berdua.
-END-
hahahaha..
Udah lama ga mampir. kangen juga sama rumahnya eonni xD kkekeke
ReplyDeletekenapa Jihyun.a ga digendong aja??? kan jadinya tambah so sweet eonn .. xixixi
iyaa.. dirimu kemana aja gapernah mengunjungiku? hahaha
Deletekarena di gendong itu terlalu mainstream.. kalo berbagi sepatu kan lebih unik, jadi lebih kerasa sweet nya~ xp
btw makasi udah main lagi..!! hohoho