Tuesday, August 10, 2010

Wedding Dress -PART 2-

Wedding Dress -PART 2-

Fanfic by : Nanba Hikari

=======================

Aku kayuh sepedaku menuju tempat dimana Seung Hee janjian denganku. Kami janjian bertemu tak jauh dari tempat latihanku.

Aku melihatnya, Seung Hee sudah ada di sana. Ia juga melihatku, kemudian melambaikan tangan padaku. Aku membalasnya, kemudian mempercepat laju sepedaku ke arahnya.

Aku jatuhkan sepedaku asal, kemudian berlari ke arah Seung Hee dan duduk di sebelahnya. “Baru pulang menari?” tanya Seung Hee sambil menggerak-gerakkan badannya, kemudian tersenyum lebar.

“Neh!” jawabku. Ia tertawa. “Kenapa tertawa?”

“Tidak!” jawabnya. “Ada apa kau menyuruhku kemari? Sang Wook tidak ikut?”

Aku menggeleng. Kami terdiam sejenak. Aku tidak tahu harus basa-basi apa dengannya kali ini. Sepertinya aku memang tipe orang yang tidak bisa basa-basi. Aku ingin langsung menyatakannya, tapi mulutku ini seperti memiliki kunci otomatis yang akan menutup jika aku berniat menyatakan perasaanku.

“Kenapa diam?” tanya Seung Hee. “Sebenarnya ada apa sih? Katakan saja! Sedang ada masalah?”

“Tidak!” jawabku cepat. “Aku hanya..sulit untuk mengatakannya!” aku jadi bingung sendiri. Dan sekarang aku juga tidak bisa memandangnya seperti biasanya. Sungguh berat.

“Sudah katakana saja!” kata Seung Hee dengan senyumnya. Dan itu makin membuatku kehabisan kata-kata. Aku grogi.

“Mengatakan apa?” seseorang tiba-tiba menyerobot pembicaraan kami. Sang Wook, tiba-tiba ia ada di belakang kami sambil tersenyum lebar. Ia lalu duduk di sebelah Seung Hee kemudian merangkulnya. “Kenapa kalian tidak mengabariku? Aku sedang bosan di rumah tau!”

Aku hanya tersenyum kecil. Aku jadi merasa, Sang Wook selalu merusak momen menyenangkanku bersama Seung Hee.

“Ah, kalau begitu, aku pulang dulu!” kataku seraya berdiri dan membersihkan celanaku yang terkena tanah dan rumput.

“Kenapa cepat sekali?” Tanya Sang Wook. “Bahkan kita belum bersenang-senang!”
“Aku ada sedikit urusan!” jawabku. “Sudah ya! Aku pulang dulu! Lain kali kita main lagi! Dah!”

Dan aku segera mengayuh sepedaku menjauhi mereka.
“Kenapa dia?” Tanya Sang Wook. Seung Hee menggeleng pelan.

---

“Saengil chukka hamnida!!” seruku. Seung Hee tampak senang sekali, ia mengamati kue coklat kecil yang aku bawa. Ia tersenyum lebar, kemudian memandangku.
“Gomaweoyo!” katanya. Aku mengangguk kecil.

“Maaf..tapi aku hanya bisa memberimu ini!” kataku. Dia tersenyum lebar.
“Kau ini bilang apa? Ini manis sekali! Dan hanya dengan tahu kalau sahabatku mengingat hari ulang tahunku saja aku sudah senang sekali!” katanya menenangkan hatiku. “Sekali lagi..gomaweoyo!”

“Cheonmaneyo!” jawabku sambil tersenyum.

Kami lalu terdiam sebentar. Jantungku berdegup semakin kencang, karena aku berniat akan mengatakan semuanya sekarang. “Seung Hee!” panggilku padaya, ia lalu memandangku sambil tersenyum. Seperti biasanya.

“Ada apa?” tanya Seung Hee.

“Begini..” kataku memulai. Entah kenapa, mulutku seperti tidak mau mengucapkan apapun. Kunci otomatisnya selalu bekerja di saat penting seperti ini..sial! “Seung Hee..sebenarnya..”

‘nan neoreul saranghae.. i sesangeun neo ppuniya.. sorichyeo bureujiman jeo daedap eomneun.. noeulman burkge taneunde..’ ponsel Seung Hee berdering keras. Ia segera mengambilnya dari dalam tas.

“Mian!” katanya padaku, kemudian segera menerimanya. “Yeoboseo?”

Ia terdiam sebentar, kemudian tersenyum. “Hmmh..aku sedang di cafe, bersama Yong Bae! Kau kesini saja!” katanya kemudian. “Iya, kami tunggu! Hmm..cepat ya!”
Ia lalu menutup pembicaraannya.

“Siapa?” tanyaku sambil mengekerutkan kening.

“Sang Wook! Dia akan menyusul kita sebentar lagi!” jawabnya. Ternyata benar apa yang aku perkirakan. Sebentar lagi Sang Wook pasti akan datang. Seperti sudah takdir, ia akan selalu muncul pada saat yang tidak tepat. “Oh ya, apa yang ingin kau bicarakan tadi?”

“Ah..maaf..aku lupa..” kataku bohong. Aku sudah tidak ada mood untuk mengatakannya lagi! Tapi untunglah, sepertinya a tidak terlalu penasaran.

***

“Nak! Sstt..nak! Musiknya!” bisik seorang bapak-bapak di sebelahku. Aku terkaget, kemudian melihat ke arahnya. Ia menunjuk ke arah pintu gedung yang telah terbuka. Aku baru sadar, aku harus memainkan pianonya untuk mengantar pengantin wanita sampai ke altar.

Aku mulai memainkannya, dan Seung Hee juga mulai berjalan menuju altar di mana Sang Wook berada, dengan di antar oleh ayahnya. Semuanya tampak begitu bahagia, dan mungkin hanya aku di sini yang begitu tersiksa melihat semua ini. Tapi aku harus menahannya, karena mereka temanku.

Pengantin wanita pun sampai di altar, permainan pianoku berhenti, dan upacara pernikahan pun di mulai. Sepertinya aku akan gila melihat semua ini. Aku tidak bisa melihat mereka, tapi aku harus. Seperti makan buah simalakama. Aku terjebak dalam masalahku sendiri, masalah yang aku buat karena aku yang terlalu pengecut.

***

“Kau sudah menyatakannya hyung?” tanya Dae Sung sambil mengeluarkan tas-nya dari dalam loker. Aku menggeleng pelan. “Hah..ayolah..kau benar-benar mencintainya kan? Katakan saja!”

“Tapi..entah kenapa, selalu saja ada yang membuatku urung untuk mengatakannya!” kilahku jujur. Dae Sung tampak berpikir.

“Cincin!” kata Dae Sung kemudian. Aku mengernyitkan keningku. Ia lalu mengangguk mantap. “Iya, cincin! Langsung pakaikan cincin padanya, ia pasti akan segera tahu apa maksud hyung padanya! Tidak perlu banyak basa-basi kan!”

“Ahh..kau pintar sekali!” kataku. Ia tersenyum lebar.

“Aku sering melihatnya dalam drama!” jawabnya. “Aku yakin, pasti akan berhasil! Berjuanglah!”

“Hmmh..gomaweo!”

---

Cincin emas putih, dengan satu mata berlian di tengahnya. Cincin yang baru saja aku beli. Dan hari ini, aku harus berhasil menyatakannya, dengan cincin ini.
Aku menekan nomor ponsel Seung Hee dan segera menelponnya. Aku tunggu sebentar. “Yeoboseo?” sapanya dari seberang.

“Kau dimana?”

---

~Bersambung~


No comments:

Post a Comment