Friday, August 19, 2011

SO-1 [FANFICTION]

Sebenernya ini usulan temen gw, awalnya dia nyuruh gw nyeritain soal rivalan SeungRi sama HyunSeung gegara HyunSeung gagal masuk BIGBANG jaman pre debut dulu..
tapi entah kenapa jalan ceritanya malah jadi kyak gini..haha
emang ke inspirasi ama kisah nyata, tapi jalan cerita disini berdasarkan imajinasi gw sendiri..hehe..
jadi jangan pernah berpikir keseluruhan yang ada disini adalah kisah nyata. karena gw juga belom nonton acaranya (BIGBANG Documenter) sampe bagian dimana HyunSeung gagal.. (omo~ gw gatega cuma ngeliat reviewnya di yutub..T_T)

SO-1


HyunSeung’s scene

“SO-1!” YG ahjussi memanggilku. Aku mendongak gugup menghadap kearahnya. Sebisa mungkin aku tutupi keteganganku. Aku merasa semua orang tahu aku sedang gugup, tapi seperti kata mereka, aku bukanlah orang yang mudah menampakkan ekspresi di wajahku. Jadi, mungkin aku tidak perlu susah-susah untuk menutupinya.

“Y..ye!” aku menjawab panggilannya.

Ia memandang kearahku dengan senyum tipis khasnya yang selalu ia tampilkan saat menilai kami. Tapi aku takut senyumnya kali ini merupakan pertanda buruk.

Aku melirik ke arah SeungRi yang kini sedang ditenangkan oleh JiYong hyung. Yah, ditenangkan. Dia menangis. Setelah hasilnya diumumkan. Ia dinyatakan gagal masuk kedalam BIGBANG. Yah, si Victory itu. Lalu bagaimana denganku? Aku takut hal yang sama juga terjadi padaku. Tinggal aku dan DaeSung yang belum mendapatkan hasil penilaiannya. Dan kini aku yang dipanggil.
“Kulihat kau yang berjuang paling keras disini. Aku senang kau mulai berkembang setelah aku memperingatkanmu! Kau sudah mengalami kemajuan!” ia menjelaskan. Aku mengangguk. Tidak menjawab, bahkan tersenyum. “Tapi maaf.. kau tidak lebih baik dari 4 orang yang lain! Kang DaeSung, kau masuk!”

Hening. Aku diam. Semuanya diam. Bahkan aku tidak mendengar teriakan bahagia DaeSung yang berdiri tepat di samping kananku.

Otakku merespon dengan lambat. Kata maaf itu.. YG menolakku?

Aku menatap kosong ke depan. Entah melihat ke arah siapa atau apa. Dan perlahan semuanya buram. Sedetik kemudian kurasakan dingin di pipiku. Tetesan air meleleh dari mataku. Saking shocknya, aku hanya meneteskan air mata, tanpa suara, bahkan aku tidak merasakan sesak seperti orang yang sedang menangis pada umumnya. Tapi air mata yang menetes makin lama makin membuat wajahku basah dan kusut. Dan sesaat kemudian kurasakan seseorang merengkuhku kedalam pelukannya.

“HyunSeung-a~” ia memanggilku dalam isak tangisnya.

Hyung~?” gumamku setengah bertanya. Aku mengenali orang ini. SeungHyun hyung.

Uljima(jangan menangis)~ HyunSeung-a~!” suara beratnya berbisik padaku. Suaranya bergetar. Apa ia juga menangis?

Tak lama beberapa orang yang lain juga memelukku erat. JiYong hyung, YongBae hyung, DaeSung, bahkan SeungRi yang masih menangis karena mendapat hasil yang sama denganku. Kami berpelukan. Dan entah, rasanya aku meledak. Hatiku mulai merasakan sakit. Aku sesak nafas, dan tangisku mulai mengeluarkan suara. Aku menjerit lirih di tengah pelukan keluarga kecilku yang sudah hidup bersama denganku selama beberapa tahun ini. Aku tidak bisa membayangkan aku harus meninggalkan mereka. Juga meninggalkan mimpiku. Dan hingga belasan menit kemudian, ruangan ini masih dipenuhi isak tangis kami. 6 orang kandidat BIGBANG yang sudah berkurang 2 orang kini.

***

“Haruskah aku protes pada ahjussi untuk tidak mengeluarkan kalian? Aku benar-benar tidak mau kalian meninggalkan tempat ini!” SeungHyun bergumam saat membantuku berkemas. Aku tersenyum tipis, namun miris. Berusaha membuat yang lain tidak terlalu khawatir. Tapi kulihat SeungRi masih belum bisa menerima keputusan ini. Sebenarnya aku juga. Karena kurasa aku sudah berusaha sangat keras beberapa bulan ini. Dan aku tidak percaya sajangnim membuat keputusan itu.

“Seung-i! Jeongmal gwaenchana(benar kau tidak apa-apa)? Wajahmu tidak menunjukkan kau sedang baik-baik saja!” SeungHyun hyung meraba bagian bawah mataku yang sembab karena menangis terlalu lama. Aku menepis tangannya pelan.

Gwaenchanayo..”

“Tapi..” ia mencoba memegang wajahku lagi, namun aku menepisnya kembali.

Hyung! Gokjeongma(jangan khawatir)! Nan jeongmal gwaenchana(aku benar-benar tidak apa-apa)!” aku menegaskan, dan membuatnya berhenti melakukannya. Aku tahu ia sangat mengkhawatirkanku. Tapi moodku sedang tidak baik untuk menanggapi apa yang dilakukannya.

Keurae..(Oke..)” ia tersenyum kecil. Aku memandangnya sebentar. Mianhae hyung.. mungkin kau harus terbiasa berada diruangan ini tanpa menggangguku seperti tadi.

***

Audisi ulang. Aku tidak salah dengar? Seorang staf baru saja mengatakannya pada kami. Tepatnya mengarah padaku dan SeungRi. Yah.. setelah sore ini kami dikumpulkan, noona staf itu mengatakannya pada kami. Aku dan SeungRi akan mengikuti audisi ulang. YG ahjussi mengurungkan niatnya membuat grup dengan empat orang anggota. Ia akan membuat band dengan anggota 5 orang. Dan aku berharap nasib baik akan datang padaku. Aku yakin, kali ini aku tidak akan kalah.

Aku menatap SeungRi tajam, begitu juga dengannya. Ia menatapku dengan tatapan seakan mengatakan ‘Menyerahlah! Kau pasti kalah!’ Huhh.. tapi aku tidak selemah apa yang kau kira! Lee SeungRi, get lose!

HyunSeung’s scene END

***

Author’s scene

“Makannya pelan-pelan! Kami nggak akan meninggalkan kalian! Latihan juga masih 2 jam lagi!” nasehat YongBae seraya menuangkan air mineral kedalam gelas di tangan kirinya dan menyodorkannya pada HyunSeung yang kini sedang melahap makanannya dengan tergesa. Setelah air itu sampai di hadapannya, ia menenggaknya setengah gelas dan kembali melahap makan siangnya.

YongBae memandang kedua dongsaeng dihadapannya. HyunSeung dan SeungRi yang sama-sama tengah menghabiskan makan siang mereka cepat-cepat, sedangkan yang lainnya hanya bisa
melihat. Bahkan SeungHyun baru saja bangun tidur. Yah, kebiasaan tidur sampai jam makan siang.

“Biarkan saja! Mereka mau cepat-cepat lomba ke ruang latihan!” katanya seraya menarik salah satu kursi dan duduk bersama member yang lain.

“Ya! Kalian bisa tersedak nanti!” JiYong memperingatkan. Dan benar saja, SeungRi tersedak sedetik kemudian. Dan membuat sang leader yang duduk di sebelahnya segera menyodorkan air minum pada anggota termuda itu. “Sudah kubilang pelan-pelan saja!”

“Haho [Kayo(aku pergi)]!” HyunSeung berteriak dengan mulut penuh makanan setelah isi mangkuknya habis tanpa sisa. Ia berlari mengambil jaket dan ranselnya kemudian berlari keluar tanpa menunggu jawaban member lain. SeungRi yang merasa dikalahkan berusaha lebih cepat dan sekali lagi tersedak karena konsentrasi makannya terpecah oleh perhatiannya pada saingannya.

“Pelan-pelan saja!” JiYong memperingatkan lagi. Namun SeungRi seperti tidak mendengarnya. Ia terus memasukan makanannya kedalam mulutnya, namun pandangan matanya tertuju kearah pintu. Dan sekali lagi ia tersedak.

***

Persaingan yang mereka lakukan tidak hanya pada apa yang akan mereka tampilkan pada YG ahjussi nanti. Namun juga segala hal yang mereka lakukan sehari-hari. Seperti..

“Aku duluan! Kau tidak tahu aku sudah tidak tahan dengan badan lengket seperti ini?” HyunSeung berteriak.

“Tapi aku yang duluan sampai disini! Hyung sebagai yang lebih tua seharusnya mengalah! Aku duluan yang mandi!” SeungRi tidak mau kalah. Yah.. mereka berebut kamar mandi.

Saling berteriak tanpa ada yang mau mengalah didepan pintu kamar mandi asrama mereka. Itu yang mereka berdua lakukan hingga kira-kira 5 menit kemudian. Sampai SeungHyun yang tiba-tiba muncul dan ngeloyor masuk kedalam kamar mandi tanpa memperdulikan kedua dongsaengnya yang kini terdiam setelah menyadari anggota tertua itu baru saja masuk kedalam dan menutup pintunya.

Dan sedetik kemudian.. “Hyung!! Hyung!! Antri!! Aku yang duluan!! Hyung!!” mereka berteriak-teriak sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi itu. Namun sepertinya tersangka yang berada didalam tidak mendengarnya dan melanjutkan kegiatannya.

---

“Aku beli 2 jajangmyun dan 4 ramyun! Silakan pilih sendiri! Tapi 1 Jajangmyunnya milikku!” DaeSung berseru setelah meletakkan 4 mangkuk ramyun dan 2 mangkuk jajangmyun yang dibelinya dalam perjalanan pulang dari studio latihan. Karena bahan makanan sedang habis dan hari ini ia yang piket, maka ia berinisiatif membeli makan malam untuk yang lain. Namun ia lupa kalau sedang ada masalah disini. Dan 1 sisa jajangmyun itu kembali menyebabkan masalah di asrama kecil mereka.

“Punyaku!” SeungRi berteriak seraya mengambil Jajangmyunnya. Namun sebelum ia bisa menyatakan bahwa ia benar-benar mendapatkannya,  HyunSeung meraih mangkuk mie yang sama dan menarik kearahnya.

“Punyaku!” katanya singkat. Dan persaingan dimulai lagi.

Keduanya saling menatap dengan tajam, hingga rasanya terlihat aliran listrik saling menyambung di antara tatapan mata mereka. Seperti yang biasa digambarkan dalam anime. Keduanya tidak ada yang mau mengalah. Hingga seseorang menengahi dengan mengambil satu-satunya mie itu. “Ini, punyaku!” katanya dengan senyum geli.

“Dan ini punya kalian!” JiYong menambahkan dengan menyodorkan dua mangkuk ramyun pada kedua dongsaengnya.

Mogeo(makanlah)!” SeungHyun, orang yang mengambil jajangmyun yang menjadi rebutan itu menepuk kepala kedua adiknya, kemudian berputar dan duduk di sebelah DaeSung. Sedangkan kedua pesaing itu duduk bersama dan memakan ramyun mereka dengan kesal.

---

PRANKK!!

Ya!!” JiYong berteriak setelah mendengar suara benda jatuh dan pecah itu. Suara yang terdengar sangat nyaring hingga mereka yang berada diruangan lain mendengarnya. “Kalian bisa tenang sedikit??”

“Bukan aku hyung! Tapi dia!” HyunSeung menunjuk kearah SeungRi.

“Bukan aku..”

“Diam!” Sang leader berteriak, dan tidak seorangpun dapat melawannya. Ia melepas nafas pendek sejenak. “Hentikan! Jebal~!” katanya. JiYong benar-benar tampak kehabisan akal. “Aku tahu kalian sedang bersaing untuk bertahan disini, tapi tidak seharusnya kalian berbuat seperti ini!”

Hyung..” SeungRi hendak menjawab. Namun dihentikan segera oleh JiYong.

“Aku juga tidak mau siapapun keluar, karena aku sudah menganggap kalian sebagai keluargaku! Tapi aku juga tidak bisa melawan sajangnim. Jadi, berjuanglah dengan baik, dan jangan lakukan hal kekanakan seperti itu, arra?” JiYong menatap kedua dongsaengnya dengan tatapan sedih namun penuh harap. Siapapun yang harus keluar ataupun menetap, ia tetap harus menjadi seorang leader yang subjektif.

Ia menepuk bahu keduanya, kemudian berjalan pergi meninggalkan mereka.

“Kembalilah ke kamar, aku akan bereskan sisanya!” DaeSung yang sejak tadi memperhatikan segera datang dan mendorong HyunSeung dan SeungRi untuk istirahat. Tekanan batin pasti yang juga membuat mereka seperti itu akhir-akhir ini. “Kalian pasti lelah, jadi beristirahatlah!” ulangnya.

“K..keurae..gamsahaeyo..(b..baiklah..terima kasih..)” HyunSeung menggumam, dan dijawab oleh YongBae dengan menepuk punggungnya. Ia datang untuk membantu DaeSung membersihkan kekacauan yang dibuat kedua dongsaengnya itu. Bagaimanapun mereka sedang mengalami masa yang sulit, jadi ia harus menjaganya.

***

1 Week later

SeungRi baru menyelesaikan tariannya. Setelah sebelumnya HyunSeung yang menunjukan hasil latihannya beberapa hari ini. Keduanya terlihat bagus, dan mereka benar-benar berjuang sangat keras.

Eotte(bagaimana)? Jadi siapa yang lebih bagus?” tanya SeungRi percaya diri. Meski sebal, tapi HyunSeung juga ingin tahu pendapat keempat orang yang kini duduk dihadapannya. “Nuga(siapa)? Aku atau HyunSeung hyung?” SeungRi mengulangi pertanyaannya.

DaeSung tampak berpikir, JiYong memilih untuk menenggak air mineralnya, YongBae nyengir sambil mengelap keringatnya dengan handuk, sedangkan SeungHyun hanya menyeringai lebar, menganggap lucu apa yang baru saja didengarnya.

“JiYong hyung~! Kau suka tarianku kan? Ya kan?” SeungRi membujuk leader mereka. Tapi jawaban JiYong hanya dengan menaikkan sebelah alisnya. Tidak ada jawaban.

Nan eotte(bagaimana denganku)?” HyunSeung bertanya pada keempat hyungnya dengan wajah tanpa ekspresinya itu. Namun mata bulatnya tampak lebih besar menyertai rasa penasaran yang juga besar itu. Meski bukan penilaian yang menjanjikan, tapi ia hanya ingin pengakuan.

YongBae tersenyum kecil. “Kalian berdua berkembang dengan sangat baik! Meski kami memuji kalian habis-habisan, tapi hal itu tidak akan menentukan kalian akan tetap berada disini! Jadi tetaplah berusaha dan tampilkan yang terbaik!” nasehatnya bijak. YongBae benar-benar seperti seorang ibu bagi BIGBANG.

Yang lain mengangguk setuju. Sangat benar apa yang dikatakannya. Yang paling penting adalah berjuang hingga akhir! Ya. Hingga merasa tidak bisa berjuang lagi!

Author’s scene END

***

HyunSeung’s scene

Hari perjuanganku dimulai. SeungRi baru saja menyelesaikan pertunjukannya dihadapan sajangnim dan beberapa staff. Menyanyi dan menari. Skillnya tidak buruk, tapi aku yakin bisa melakukan yang lebih baik dari apa yang baru saja ditunjukannya.

Akhirnya pertunjukan dimulai. Musik bergenre RnB mulai mengalun cepat dari speaker besar di sudut studio tari ini, dan dengan kesadaran penuh namun seperti sudah otomatis, badanku bergerak mengikuti irama lagu. Menggerakkan tangan, kaki, kepala, bahkan seluruh badanku. Meliuk-liuk membentuk gerakan yang aku koreokan sendiri. Yang aku latih berminggu-minggu demi eksistensiku agar terus berada dalam keluarga BIGBANG dan YGentertainment. Aku tidak memperhatikan raut wajah sajangnim atau siapapun yang sedang menontonku. Aku tetap berkonsentrasi pada tarianku, hingga music berakhir. Dan aku telah menyelesaikan satu tahap.

“Lagu apa yang akan kau nyanyikan?” tanya salah satu staf padaku.

“98degrees, my everything.” jawabku mencoba tenang. Dan setelah mereka mengijinkanku mulai, suara dentingan tuts keyboard mulai mengalun.



Aku melirik kekanan-kekiri. Mencoba melihat respon mereka. Dan BIGBANG.. mereka mendukungku. Kulihat DaeSung dan YongBae hyung tersenyum padaku. JiYong hyung mengepalkan tangannya dan membisikkan ‘HWAITING!’ padaku. Dan SeungHyun hyung mengacungkan jempolnya, memberiku semangat.

Aku tidak tersenyum, hanya mencoba meyakinkan mereka bahwa aku bisa. Dan setelah intro, aku segera menyanyi. Dengan sepenuh hati, lirik lagu yang kunyanyikan ini mengalun sempurna dari bibirku, diiringi denting tuts keyboard yang seirama dan menambah haromis lagu ini. Aku mencoba menyanyikannya dengan ekspresi yang tepat, yah, satu-satunya masalah yang aku hadapi selama ini adalah masalah ekspresi. Aku mencoba mengimprovisasinya. Semoga saja mereka melihat kemajuanku dan keseriusanku. BIGBANG, seonbaenim, YG sajang, kalian lihat aku? Aku sudah pantaskan untuk tetap menjadi keluarga kalian?

---

Hanya ada aku dan SeungRi di ruangan ini. Tepatnya, selain sajangnim yang kini duduk di hadapan kami. Ia memandang kami berdua dengan senyum tipisnya. Yah, senyum yang membuatku seakan berhenti bernafas karena entah akan terjadi hal baik atau buruk padaku nantinya.

“Kalian benar-benar serius dalam hal ini.. terima kasih banyak! Aku senang kalian benar-benar mengusahakannya dengan maksimal! Aku tidak kecewa dengan hasil kalian! Tapi seperti apa yang aku katakan sebelumnya, hanya ada satu orang yang akan tetap tinggal.” Sajangnim menjelaskan. Kami berdua diam. Menunggu ia menyatakan salah satu dari kami untuk tetap tinggal, atau harus pergi dari agensi ini untuk mencari jalan lain. “Benar-benar sangat sulit untuk menentukannya! Karena aku tidak menyangka hasil akhirnya akan seperti ini..” Sajangnim menghela nafas. “Jang HyunSeung. Maaf. Poin SeungRi sedikit lebih tinggi di atasmu!”

Aku diam. Seperti beberapa minggu yang lalu. Kegagalanku untuk yang kedua kali.

Kurasakan sajangnim berdiri, memelukku, menepuk punggungku pelan dan mengatakan padaku, “Kau hebat! Suatu saat kau pasti akan mendapatkan mimpimu, meski bukan disini! Jadi jangan menyerah!” katanya kemudian melepaskan pelukannya dan berjalan pergi keluar dari ruangan ini.

Namun aku tetap diam membeku menatap nanar dan kosong. Kudengar SeungRi memanggil-manggilku “Hyung~! Hyung~!” Namun aku tidak menjawab. Pikiranku sudah terisi dengan kekesalanku sendiri. Kesal pada diriku sendiri yang tidak bisa melakukan yang lebih baik dari pada ini. Dan untuk kedua kalinya aku gagal bertahan bersama BIGBANG.

Sekali lagi air mata membanjiri pipiku yang semu merah ini. Aku terisak. Aku tidak tahu lagi harus melakukan apa selain menangis. Untuk kali ini, jangan nasehati aku untuk tetap kuat. Karena aku benar-benar ingin tampak menyesal sekarang.

SeungRi memelukku, ia mencoba menenangkanku. Beberapa kali ia memanggilku lagi. Namun responku adalah isakan tangis dan teriakan lirih di tengah tangisku ini. Tak lama anggota yang lain muncul, dan melihat kami sudah dalam keadaan seperti ini. Dan sedetik kemudian mereka sudah menangis bersamaku, didalam pelukan yang sama. Seperti beberapa minggu yang lalu saat kegagalan pertamaku.

***

Now, Sept3

Hyung~!! Kenapa melamun?? Nggak bergabung dengan yang lain?” sebuah suara yang sangat kukenali mengagetkanku sejenak dari lamunanku. Aku menegakkan badanku sedikit dan menoleh kearahnya.

“Seob-i?” setengah bertanya aku memanggilnya. Yang YoSeob, teman satu band ku.

Ne! Jeoneun Yang YoSeob ieyo(aku Yang Yoseob)! Dan sekarang sedang membereskan sisa-sisa pesta ulang tahunmu, hyung!” ujarnya panjang. Setelah beberapa detik aku terbengong memandanginya, aku mengalihkan perhatianku kedalam asrama. Benar saja, 4 orang yang lain, tepatnya seluruh member kini sedang sibuk membersihkan hiasan yang mereka pasang sendiri untuk memberi kejutan padaku tadi. Yep, kejutan ulang tahun. “Jadi, hyung mau tetap disini dan besok tidak akan mendapat sarapan, atau membantu kami membereskan semua ini?” katanya padaku.

Amnida(got it)!” segera aku bangkit membantu semuanya. Yah, hari ulang tahunku. Dan semua member band ku yang sudah sekitar 2 tahun ini berjuang bersamaku. BEAST. Tapi kenapa baru saja aku malah mengingat memori itu ya? Tch.. haha..

“Seungi~! Ada telpon!” JunHyung memanggilku. Aku menoleh dengan kedua alisku terangkat.

“Telepon katanya!” DooJoon, leader kami yang berada disebelahku menjawab seraya meraih semua barang yang ada ditanganku. Sepertinya ia bermaksud agar aku segera menerimanya.

“Dari siapa?” tanyaku. JunHyung menggeleng.

Mollayo(tidak tahu)! Cuma dengar dering ponselmu!” jawabnya. “Udah dari tadi sih! Beberapa kali. Sepertinya penting!”

Aku masuk kedalam kamarku, mengambil ponsel yang kuletakkan di atas meja dan melihat siapa yang menghubungiku. JiYong hyung?

“Y..yeoboseyo?”

Ya! Seungi! Chukkae~!” teriakan ceria beberapa orang memenuhi telingaku kini. Beberapa orang? Ternyata bukan cuma JiYong hyung? Aku tidak bisa menjawab. Hanya diam. Seperti dejavu, tadi aku baru saja memikirkan mereka dalam lamunanku, dan sekarang mereka sudah berteriak ceria memberikan selamat padaku. Aku kaget, yah, kaget sekali. Tidak menyangka mereka akan menelponku hari ini. “Ya! HyunSeung-a? Kau tidak senang?” suara berat SeungHyun hyung memecah lamunanku.

“Ah..ahniyo~ cuma..”

Hyung! Apa kabar? Aku kangen padamu~! Kapan-kapan kita makan jajangmyun di kedai yang dulu! Ah~ pasti menyenangkan!” SeungRi berujar ceria seperti biasa. Yah, trademark nya yang seperti anak-anak itu tidak akan hilang selama ia masih menjabat sebagai maknae. Aku tersenyum lebar mendengarnya. Tepatnya, mendengar mereka semua.

Mereka bagian dari memoriku, perjalanan hidupku. Dan kini, meski tidak bersama BIGBANG, aku dapat meraih kesuksesanku sendiri mengikuti mereka. Yah.. untuk semuanya.. jeongmal gamsahamnida!^^


***END***

Bagaimana? hehehe..
Entah kenapa gw terharu waktu liat piku terakhir itu, dan membayangkan.. gimana seandainya mereka masih ber-enam sampe sekarang..kkk~
ya sudahlah, BIGBANG favorit gw, tapi gw juga suka BEAST sih~ xDD keduanya sama-sama DAEBAK!^^

Makasi uda baca dan jangan lupa komennya yaa~!^^ GAMSAHAMNIDA~!!

-Keep Shine Like HIKARI-

6 comments:

  1. ;----;

    HUWAAAAAAAAAAAAAA (?)

    #abaikan #terlaluspeechless

    ReplyDelete
  2. T_T SO-1 T_T
    makasi udah baca bang btw~ >_</

    ReplyDelete
  3. Huaaaa, author tanggung jawab bikin aku nangis T____T
    Gatau deh, gimana rasanya jadi Hyunseung
    Tapi sekarang Hyunseung udah dapet karir yang bagus bareng B2ST. Ffnya daebak ^^b

    ReplyDelete
  4. hehehe.. *kasi ember*
    makasi udah berkunjung yaa~!^^

    ReplyDelete
  5. baguus~ ceritany idup, guw brasa jd saksi mata critany.. Nice

    ReplyDelete