Monday, August 29, 2011

Stalking My JULIETTE [FANFIC]

Sukuran deh blog gw udah balik seperti sedia kala~ xDD
padahal kemaren gw udah sempet nangis-nangis blog gw dinyatakan di apus.. tapi abis di contac ama sepupu gw, blog gw kembali lagi~! xD
dan gw kasi FF baru ini buat sukuran~! xp

Stalking My JULIETTE


“Romeo!! Romeo!!” sang gadis yang terduduk di peti mati itu berteriak, sedang tangannya sibuk menggoyang-goyangkan tubuh lemah pria yang dipanggilnya Romeo itu, dengan wajah khawatirnya. “Ia mati..?”

Sang gadis menitikan air mata. Ia merasa sangat bersalah, karena kepura-puraannya menjadi malapetaka bagi cinta sucinya. Namun ditengah kegelisahannya, ia melihat sesuatu di samping tangan Romeo yang tergolek lemas. Racun. Racun yang awalnya hanya sebagai skenario cintanya, telah diminum oleh pria yang sangat dicintainya itu. Ia mengambilnya, memeriksa botol racun itu. Masih sedikit.

Ia memandang kearah Romeo, mengusap lembut wajah tampannya yang telah pucat. “Romeo~ jika didunia ini kita tidak dapat bersatu, maka aku akan menyusulmu ke surga, agar kita bisa bersatu disana..” katanya miris. Ia menenggak racunnya sampai habis, dan sedetik kemudian ia tergolek lemas, dengan tangan menggenggam tangan Romeo. Membawa cinta abadi mereka hingga kematian mereka.


“CUT!” tiba-tiba terdengar teriakan pendek dari arah lain, dan lampu panggung juga lampu penonton menyala terang, memperlihatkan bahwa mereka sedang berada dalam panggung theater kampus. Klub theater sedang berlatih untuk pertunjukan tahunan mereka yang biasa dilaksanakan di akhir tahun untuk menarik siswa masuk ke kampus mereka. Dan tahun ini mereka akan menampilkan drama populer karangan William Shakespeare, Romeo and Juliette.

Setelah latihan usai, crew yang lain bergegas membereskan semuanya, kemudian melaksanakan evaluasi untuk latihan hari ini dipimpin oleh ketua klub yang merangkap sebagai sutradara drama tahun ini.

Tak jauh dari sana, seseorang tengah mengintip latihan mereka sejak dua jam yang lalu. Tepatnya sejak latihan mereka dimulai. Entah kenapa ia tidak masuk saja dan menonton dari bangku penonton, ia malah memilih mengintip dari kejauhan.

“JinKi Hyung!” tiba-tiba seseorang memanggilnya, bersamaan dengan bahunya yang merasakan seseorang tengah menyandarkan tangannya disana. JinKi, orang itu menoleh dengan wajah kaget, karena sejak tadi ia merasa hanya sendirian, dan tiba-tiba seseorang datang mengagetkannya.

“M..MinHo-ya?” katanya gugup.

“Hyung kesini lagi? Kenapa tidak masuk saja?” tanya si MinHo itu sambil melongok melihat kedalam ruangan besar dengan banyak bangku dan panggung besar berada di muka ruangan itu.

“J..JongHyun! Aku ingin lihat Jjong latihan!” jawab JinKi sekenanya. Alasan yang sama dengan hari-hari sebelumnya saat seseorang memergokinya mengintip ruang latihan club theater.

“Bukannya masuk saja boleh ya? Kenapa pake mengintip segala?” tanya MinHo. Matanya masih ikut mengintip kedalam ruangan besar itu.

“Kau bukannya latihan sepak bola?” tanya JinKi mengalihkan perhatian.

“Memangnya harus berapa jam aku latihan? Sekarang sudah hampir senja! Hyung nggak pulang?” MinHo balik tanya. JinKi mengintip arloji di tangan kirinya. Benar saja, sudah hampir senja. Jadi sudah lama sekali ia berdiri dan mengintip didepan pintu.

“Kalau begitu, aku pulang sekarang~!” JinKi melarikan diri. MinHo menatap bocah itu dengan tampang bingung, sesekali ia mengintip masuk kedalam, namun tidak menemukan apapun yang menarik untuknya. Ia hanya penasaran apa yang setiap hari dilakukan seniornya itu disini.

“Segitunya dia sama JongHyun hyung? Haih.. nggak mungkin ah~!” MinHo bergumam protes pada pikiran yang dibuatnya sendiri.

***

Lee JinKi’s scene

Aku pulang begitu tergesa, aku tidak mau MinHo tahu apa yang kulakukan disana setiap hari. Akhir-akhir ini ia jadi makin penasaran dan selalu menyempatkan diri untuk muncul di tempat latihan klub theater itu pada saat aku juga sedang berada disana, kemudian menanyakan banyak hal yang benar-benar tidak ingin ku jawab. Dan JongHyun, yang kini menyutradarai pertunjukan itu, selalu menjadi alasanku mengapa aku mengintip ruang latihan theater. Semoga saja MinHo tidak berpikiran yang macam-macam.

Sebenarnya aku sedang menjadi stalker. Ehem~. Yah~ semacam itulah. Seorang mahasiswi salah satu anggota klub theater itu menarik perhatianku dan membuatku selalu ingin mengawasinya setiap hari. Dan karena aku hanya tahu bisa melihatnya saat ia sedang latihan, maka aku datang untuk melihatnya. Meski tidak bisa terang-terangan datang dan duduk di kursi penonton. Entah kenapa, mengintip lebih membuatku nyaman untuk melihatnya.

Aku belum tahu namanya, tapi aku pernah berpapasan dengannya sekali. Ia cantik, tapi rambut cepaknya seperti anak laki-laki. Tubuhnya ramping dan kulitnya putih mulus. Saat tersenyum atau tertawa akan terlihat sangat manis. Aku tidak bisa menjelaskannya lebih detail lagi. Yang jelas disini ia memainkan peran sebagai Juliette. Ia mengenakan rambut palsu untuk menutupi rambut pendeknya. Dan ia benar-benar sangat cantik.

Aku melihatnya untuk pertama kali sekitar satu tahun yang lalu, saat ia datang sebagai mahasiswa baru di jurusan sastra inggris. Ia mengenakan skinny jeans abu-abu terang, kaos dengan motif coret-coretan asal, kacamata dengan frame hitam, sepatu keds dan ransel besar bertengger di punggungnya. Dan untuk pertama kali aku merasakan bahwa aku sedang jatuh cinta.

Dan setiap pulang kuliah, aku selalu menghabiskan waktu untuk mengawasinya. Namun hingga sekarang aku tidak tahu siapa namanya.

***

Aku melihatnya lagi hari ini. Di perpustakaan. Dia sedang mengerjakan sesuatu, wajahnya sangat serius. Sesekali ia membalik-balik halaman buku itu, membacanya sejenak, kemudian menuliskan sesuatu diatas buku catatannya. Sesaat kemudian ia berhenti sebentar dan tampak merenggangkan ototnya. Ia sudah terlalu lama berada dalam posisi yang sama, pasti lelah.

Tapi dia benar-benar tampak anggun. Wajahnya yang serius dan sorot mata tajamnya di balik kacamata itu memunculkan karisma almighty diva dari dalam dirinya. Ah~ segala tentangnya telah membuatku gila! Jincha! Baru dia yang bisa membuatku seperti ini.

Namun entah kenapa tiba-tiba ia memandang ke arahku yang masih menatapnya. Ia melihat ke arahku? Menatapku? Benarkah?? Aku masih bertanya-tanya hingga seseorang yang duduk di sebelahku menyenggolku dan berkata, “Ini perpustakaan! Matikan ponselmu!”

“Ponsel?” aku melongo. Ya ampun, aku tak sadar ponselku berbunyi keras sekali. Aku memeriksanya. TaeMin menghubungiku? Tapi sayang telepon sudah putus sebelum aku sempat mengangkatnya. Setelah kuperiksa ponselku, aku kembali mengarahkan pandanganku pada gadis berambut ikal itu. Ia masih melihat kearahku. Ku sunggingkan senyum andalanku padanya, tapi ia hanya menyungingkan senyum di salah satu sudut bibirnya, kemudian kembali pada pekerjaannya semula. Apa ia tahu aku mengawasinya sejak tadi?

Lee JinKi’s scene END

***

JinKi terus saja terbengong sambil bertopang dagu di salah satu meja pelanggan di kedai TaeMin, sementara dua orang yang lain kini tengah duduk di meja yang sama sambil mengerjakan sesuatu. JinKi adalah guru les TaeMin yang kini masih duduk di SMA, dan disela pekerjaannya membantu orang tuanya melayani di kedai, ia selalu menyempatkan diri belajar selama satu jam disana. Sedangkan MinHo memang sering mengekor JinKi ke kedai TaeMin karena bisa makan gratis disana.

Tapi sepertinya kini konsentrasi JinKi sedang terpecah, dan sejak tadi malah MinHo yang mencoba membantu TaeMin belajar.

“Kurasa JinKi Hyung sedang jatuh cinta dengan seseorang!” MinHo berkata sok tahu setelah menyelesaikan satu soal dan memperlihatkannya pada TaeMin. “Dia jadi agak aneh akhir-akhir ini!”

“Hyung tahu siapa dia?” tanya TaeMin antusias.

MinHo menggeleng kecil. “Tapi aku sering melihatnya mengintip ke ruang latihan theater di kampus!” jawab MinHo. Ia melirik ke arah JinKi, kemudian mendekatkan wajahnya pada TaeMin dan berbisik. “Tapi agak aneh karena JinKi hyung bilang ia datang untuk melihat JongHyun hyung!” kemudian mundur lagi duduk di tempatnya semula. “Kau juga berpikir ada sesuatu yang aneh kan?”

TaeMin hanya tersenyum menanggapinya. Sedangkan orang yang dimaksud hingga kini masih melamun dengan wajah berseri-seri dan bergumam, “Dia melihatku~! Dia tersenyum padaku~..”

***

JinKi ke kantin usai kelas untuk mengisi perutnya yang lapar, karena satu jam lagi akan ada kelas kembali. Ia tidak bisa berkonsentrasi dengan perut lapar. Setelah mengambil makanannya, ia bergegas mencari tempat duduk. Masih ada satu tempat yang kosong, dan ia bergegas kesana. Namun ternyata ada satu orang lagi yang kini menuju ke arah meja itu dan hendak duduk disana juga. Gadis itu. Gadis berambut pendek ikal yang diceritakan JinKi.

Keduanya bertatapan saat hendak duduk di meja yang sama itu. Sebenarnya meja itu untuk kapasitas dua orang, namun entah kenapa mereka seperti sama-sama bingung. Memilih untuk duduk disana atau pindah ke tempat lain.

“K..kau duduk saja! Biar aku yang pindah!” usul JinKi, kemudian tersenyum tulus dan menoleh ke arah lain. Mungkin ada meja yang masih sisa satu kursi, meski ia tidak kenal siapa yang duduk di meja itu. Ia akan merasa lebih baik jika duduk di tempat lain.

“Jika kau mau, kau boleh duduk disini!” gadis itu membalas usulan JinKi, dan membuat anak laki-laki dengan kemeja kota-kotak hijau tua itu menoleh kea rah gadis dengan nampan berisi roti dan susu kotak itu.

“Bolehkah?” Tanya JinKi memastikan, dan gadis itu mengangguk dengan senyum tulus di wajahnya. Tanpa aba kedua, JinKi duduk berhadapan dengan gadis itu di meja yang sama. Tidak disangka, ia akan berada sedekat ini dengan gadis pujaannya itu. Meski tampaknya ia diam, tapi hatinya berdebar sangat kencang sekarang.

‘Boleh kutanya namamu? Alamat rumah? Nomor ponsel?’ itu yang berada di pikiran JinKi saat ia sedang melahap makanannya sambil sesekali melirik ke arah gadis di hadapannya itu. Dan seperti  merasa bahwa sedang di perhatikan, gadis itu balik melirik JinKi dengan ekspresi datar.

“Ada yang ingin kau bicarakan?” tanya gadis itu pada JinKi yang kini malah tersedak karena kaget. Ia ketahuan memperhatikan gadis itu sejak tadi. Gadis itu menyodorkan botol air mineral dan sapu tangan yang baru diambilnya dari ransel dan memberikannya pada JinKi. “Gwaenchanayo?” katanya tampak khawatir.

Setelah meminum beberapa teguk air mineral, ia mengangguk pada gadis dihadapannya itu menunjukkan bahwa ia baik-baik saja. “Gwaenchanayo..” jawab JinKi, kemudian melap sekitar mulutnya dengan sapu tangan yang diberikan gadis itu.

“Kau seonbaenim ya? Siapa namamu?” gadis itu bertanya tampak penasaran. Mungkin ia ingin tahu siapa orang yang sering memperhatikannya itu.

“Eh.. naega?” tanya JinKi memastikan. Gadis dengan senyum bak diva itu mengangguk mengiyakan. “Joneun.. Lee JinKi imnida..” jawab JinKi jujur. Gadis itu tersenyum kecil, sepertia senang sudah tahu siapa dia. “Lalu kau?”

“Ah.. joneun..” namun baru akan menjawab, ponselnya bordering dan membuatnya mengurungkan niat untuk menjawab pertanyaan JinKi. “Maaf sebentar seonbae.. Yeoboseyo? Ne.., aku sedang di kantin, wae? Ah.. keurae.. baiklah aku akan kesana!” katanya, kemudin mengantongi ponselnya dan tampak tergesa. Ia harus segera pergi ke suatu tempat. “Maaf seonbaenim.. aku harus segera pergi! Mungkin kita bisa mengobrol lain kali! Annyeong~!” katanya dan bergegas pergi meninggalkan JinKi yang masih tampak menunggu jawaban gadis tadi. Namanya. Namun sepertinya gadis itu sudah tidak peduli dengan hal itu.

JinKi melengos, menghela nafas panjang dan menyandarkan punggungnya pada punggung kursi. Ia melap bibirnya dengan sapu tangan yang sejak tadi di genggamnya. Sapu tangan. “Eh.. bukankah ini miliknya?” JinKi bergumam. Ia mendongak, mencari orang yang dimaksudkannya ke segala arah. Namun tampaknya gadis itu sudah benar-benar pergi, dan ia tidak tahu kemana arahnya.

JinKi kembali menyandarkan punggungnya di punggung kursinya sambil memandangi sapu tangan warna biru langit itu. Dan sesaat matanya tertuju pada bordiran kecil di sudut sapu tangan. Tampak seperti bordiran yang di jahit sendiri dengan tangan. Ia membacanya. “Kim..Ki..Bum. Kim KiBum? Ini namanya?” tanya JinKi pada dirinya sendiri. “Kim KiBum? Rasanya seperti nama laki-laki?” ia bergumam sendiri, dan berniat untuk menanyakan pada gadis itu suatu hari nanti.

***

Lee JinKi’s scene

Nama yang cukup aneh untuk seorang gadis. Kim KiBum. Benar ini namanya? Atau sapu tangan ini milik orang lain? Tapi kalau sapu tangan ini bukan miliknya, kenapa di pinjamkan padaku?

“Kim.. Ki.. Bum..” tiba-tiba aku seperti mendengar suara seseorang baru menyebut nama yang sedang aku pikirkan ini. Kim KiBum. Suara?

“HEEHH??” aku berteriak seraya mendongak melihat siapa yang baru saja datang itu.

“Hai hyung~!” sapanya dengan senyum sok keren sambil mengangkat tangannya di samping wajahnya.

“JongHyun-a?” aku menenangkan diriku sendiri. “Sejak kapan kau berada disini?”

JongHyun duduk berhadapan denganku, kemudian merebut sapu tangan biru itu. “Baru saja! Kenapa?” tanya JongHyun padaku.

Ahni~!” aku merebutnya kembali dan memandanginya sejenak. Namun sesaat aku seperti mendapat ide. Aku melirik JongHyun yang juga sedang melihat ke arahku.

Mwo?”

“Begini..” aku memulai. “Kau kan anggota klub theater. Kau pasti kenal dengan Kim KiBum kan?” tanyaku segera padanya. JongHyun tampak bingung sesaat. “Yang main sebagai Juliette~!” jawabku memperjelas.

“Eh.. Ah.. KiBum..” JongHyun merespon, namun entah kenapa ekspresinya itu membuat perasaanku tidak enak. “Kenapa? Hyung suka padanya?” tanya JongHyun dengan senyum nakal.

“Eh.. itu.. hei~! Kenapa jadi..aish..” gumamku kesal. JongHyun hanya terkekeh melihatku. “J..jadi.. kau kenal kan?” aku memastikan.

“Tentu saja! Siapa yang tidak kenal dia! Dia seorang diva di klub kami! Makanya sampai terpilih sebagai Juliette!” jawab JongHyun mantab. “Hyung mau aku kenalkan?”

Jinchayo?” tanyaku dengan tampang berseri-seri. JongHyun mengangguk. “Ahh~!! Gomapda~!!” seruku sambil menggenggam tangan JongHyun saking senangnya. JongHyun hanya tersenyum lebar, kemudian menetapkan hari untuk memperkenalkanku pada Kim KiBum itu.

Lee JinKi’s scene END

***

MinHo’s scene

Aku melihat kedua hyung ku di kantin. Entah mereka sedang membicarakan apa. Namun saat aku akan mendatangi mereka, tiba-tiba saja kulihat JinKi hyung meraih tangan JongHyun hyung dan memegangnya erat. Apakah hal yang aku takutkan benar-benar terjadi disini?

JinKi hyung mengintip latihan JongHyun hyung setiap hari, dan kini mereka saling menggenggam tangan dengan wajah berseri-seri. Ya ampun~ dunia pasti sudah gila! Padahal banyak sekali wanita yang menyukai mereka berdua, tapi kenapa keduanya malah.. ya ampun.. aku tidak bisa berkata apa-apa lagi! Mungkin aku harus bilang sama TaeMin soal ini!

***

“Minie~! Minie~!” aku berteriak-teriak sesampainya di kedai TaeMin. Kedai itu sedang sepi siang ini, dan aku menemukan TaeMin tengah menonton TV yang ada di sudut kedai itu dari salah satu bangku kedai. Mungkin sambil menunggu pelanggan. Tapi setelah mendengar suaraku memanggilnya, ia menoleh dan melihatku dengan tampang bingung.

Wae, hyung?” tanya bocah itu. Aku mengatur nafasku sejenak setelah duduk di meja yang sama dengan TaeMin. “Kenapa lari-lari? Apa sesuatu terjadi?” tanya bocah laki-laki berambut coklat yang duduk dihadapanku itu.

“JinKi hyung dan JongHyun hyung.. aku rasa mereka benar-benar..” aku memotong pembicaraanku. “Haish.. aku pasti sudah gila!”

“Kenapa sih hyung?” TaeMin tampak makin penasaran. Setelah aku bisa mengatur nafasku, aku menegakkan dudukku. Kuraih kedua tangan TaeMin dan menggenggamnya erat. “HEHHH??” TaeMin menjerit, sesaat wajahnya memerah.

“Ini yang dilakukan mereka berdua di kantin! Dan aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri!” jawabku, kemudian melepaskan genggaman tanganku dari tangan TaeMin yang kini tampak mulai lega. “Apa mereka benar-benar..”

“Pacaran?” tanya TaeMin frontal. Kenapa terus terang sekali dia? “Nggak mungkin lah~!” TaeMin berpendapat, kemudian meraih serbet yang tergeletak di atas meja dan melipatnya. “Pasti hyung salah lihat!” Biar dia menjawab seperti itu, tapi sepertinya ia juga sedikit percaya dengan ceritaku.

Aku memandang TaeMin sejenak, kemudian mengangguk. “Semoga saja aku salah lihat!” jawabku. Kenapa aku jadi paranoid sendiri yaa?

MinHo’s scene END

***

Seperti biasa sepulangnya dari kampus, JinKi menjadi guru les TaeMin, namun kini tanpa ditemani MinHo. Karena entah ada alasan apa, MinHo pulang duluan ke apartemen mereka.

Sudah sekitar setengah jam JinKi mengajarkan beberapa materi pada TaeMin, dan kini saatnya bocah SMA itu untuk mengerjakan soal. Setelah JinKi memberikan beberapa soal, ia memilih untuk membaca koran yang semula tergeletak di meja itu, sampai seseorang dengan suara yang familiar di telinganya menyapa. “Permisi~!” JinKi dan TaeMin mendongak bersamaan.

“K..Kim KiBum..?” gumam JinKi pelan.

“TaeMinie~!” sapa orang yang baru masuk itu, yang diketahui sebagai Kim KiBum. Ia melihat ke arah TaeMin dengan senyum lebar di wajahnya. Namun ia tidak melihat JinKi yang terus memperhatikannya. Sepertinya. “Aku ingin ambil pesanan omoni!” katanya lagi.

“Ah.. ne, hyung~! Tunggu sebentar~!” seru TaeMin dan bergegas ke dapur untuk mengambil makanan yang dipesan KiBum.

JinKi tertegun sebentar. Ia menyadari ada yang aneh disini. “Hyung?” gumamnya. Ia mengembalikan pandangannya pada KimBun dan TaeMin yang kini sedang bertransaksi itu.

“Terima kasih~!” kata KiBum setelah menyerahkan uangnya pada TaeMin.

“Terima kasih kembali~! Kapan-kapan datang lagi ya!” balas TaeMin sambil menunduk hormat sementara KiBum berjalan pergi.

TaeMin kembali ke meja JinKi untuk melanjutkan lesnya. Namun sebelum TaeMin sempat membaca soal lagi, JinKi segera menanyakan sesuatu padanya. “Kau kenal orang yang tadi?”

TaeMin tampak berpikir. “Orang yang tadi? Oh.. KiBum hyung? Tentu saja! Kami berteman! Memangnya ada apa?” tanya TaeMin setelah memberikan jawabannya.

“Kau memanggilnya hyung?” tanya JinKi. Jantungnya berdebar. Ia takut jika sesuatu yang sudah diperkirakannya kini akan terjadi.

“Tentu saja~! Ia kan lebih tua dariku! Umurnya sama dengan MinHo hyung!” TaeMin menjawab polos. Ia sepertinya benar-benar tidak mengerti dengan pikiran JinKi menanyakan semua ini padanya.

“Bukan itu maksudku..” JinKi mengacak sedikit rambutnya di bagian belakang kepalanya, kemudian meletakkan tangannya di meja kembali. “K..KiBum ga.. Namja ieyo?”

TaeMin memandang JinKi bingung. “Hahaha.. tentu saja! Kalau dia wanita kenapa aku memanggilnya hyung~?” TaeMin tertawa. “Hyung kenapa sih? Aneh!” komentarnya dan kembali mengerjakan soal yang diberikan JinKi padanya.

JinKi menyandarkan punggungnya pada punggung kursi dengan lemas. Sesaat itu rasakan hatinya seperti remuk menjadi berkeping-keping. “Dia.. laki-laki..?” gumamnya lirih dengan ekspresi wajah benar-benar sedih.

***

Lee JinKi’s scene

Yah, aku bodoh! Bagaimana mungkin aku tidak bisa membedakan yang mana seorang gadis dan yang mana seorang laki-laki? Kim KiBum yang kupikir seorang gadis itu ternyata laki-laki? Ya ampun~ pantas saja aku tidak pernah melihatnya memakai rok atau high heels. Tapi sampai sekarang aku tetap merasa yakin bahwa ia seorang gadis.

“Hyung~! Kau disini? Aku mencarimu kemana-mana tadi!” JongHyun berteriak-teriak setelah mendapatiku tengah tiduran di bangku taman kampus. Ia tampak sangat bersemangat saat menemukanku. “Kenapa ponselmu dimatikan?” katanya lagi. Aku tidak menjawab hanya menggeleng. “Ya! Hyung sedang sakit?”

Aku bangun dan mengubah posisiku, duduk dengan menyandarkan punggungku pada punggung bangku kayu itu. “Ahni..” jawabku sekenanya. Saat hati benar-benar hancur, rasanya aku tidak ingin mengatakan apapun pada siapapun.

“Hyung! Apa kau lupa hari ini kau janjian denganku untuk mengenalkanmu padanya?” kata JongHyun bersemangat. Ia benar-benar tidak bisa membaca keadaan. “Kau tidak mengurungkan niatmu kan? Ia menunggumu di kantin sekarang!” lanjutnya sebelum menjawab pertanyaannya. “Kajja!”

“Aku mengurungkannya!” jawabku sambil memandang JongHyun dengan tatapan paling tajamku. Aku sedang tidak mau mengungkit tentang Kim KiBum itu. Aku beranjak dari dudukku dan bergegas pergi meninggalkan JongHyun tanpa berkata apapun. Sebenarnya bukan karena aku marah padanya, tapi aku benar-benar tidak mau mengungkit soal Kim KiBum itu! Bagaimana mungkin ia bisa dengan semangat mengenalkanku pada seorang laki-laki?? JongHyun pasti sudah gila!

---

Tapi meski aku memutuskan untuk tidak mengejarnya lagi sekarang, tapi aku tetap melewati kantin. Hanya lewat, tidak masuk, untuk melihat KiBum yang aku pikir gadis itu untuk terakhir kalinya. Ia tampak sedang mengangkat telepon sekarang. Mungkin JongHyun yang menghubunginya untuk bilang bahwa aku membatalkannya. Maaf KiBum-ssi. Aku tidak bermaksud.. seandainya saja kau adalah seorang gadis.

***

1 Week later

Hari ini adalah hari dimana klub theater akan mengadakan pertunjukannya. Romeo and Juliette. Aku masih berpikir, bagaimana mungkin semua yang memerankan Romeo dan Juliette adalah laki-laki? Yah~ meskipun KiBum itu benar-benar cantik, tapi apakah klub theater kekurangan member wanita?

JongHyun terus mengajaku untuk menonton meski sudah aku bilang aku tidak mau. Dan akhirnya aku menyanggupi untuk datang menonton drama yang ia sutradarai untuk pertama kalinya ini. Lagi pula MinHo dan TaeMin juga datang. Namun aku sengaja untuk datang terlambat. Rasanya aku tidak mau menonton acaranya, karena.. yah~ kau tahu lah~! Aku datang hanya untuk member selamat pada JongHyun yang menjadi sutradara di drama kali ini.

Setelah berganti baju, aku berniat mengambil dompet yang ada di laci meja belajarku. Dan aku menemukan sesuatu. Sapu tangan biru langit dengan bordir nama di sudut kain itu. Sapu tangan milik Kim KiBum. Aku mengambilnya. Mungkin aku harus mengembalikannya sekarang agar tidak menjadi kenangan yang tertinggal disini.

---

Baru masuk di gerbang kampus, suasana sudah sangat ramai dan penuh dengan orang-orang yang sepertinya berminat untuk menonton drama klub theater, Romeo and Juliette yang hari ini dipentaskan. Tidak hanya warga kampus, bahkan anak-anak sekolah dan masyarakat umum juga datang. Selain karena tiket masuk gratis, juga karena klub theater kampus kami sudah sangat terkenal karena pernah beberapa kali mengdapat penghargaan.

JongHyun, MinHo dan TaeMin mungkin sekarang sedang berada di backstage, jadi aku bergegas kesana setelah memarkirkan sepedaku di parkiran.

Namun sebelum aku sampai di sana, aku melihat seseorang yang sangat familiar dimataku. Kim KiBum. Laki-laki kurus dengan bentuk tubuh mirip wanita itu tengah berdiri sambil menelpon seseorang, entah siapa. Apa dramanya sudah selesai ya? Dan aku ingat harus mengembalikan sapu tangan itu. Aku mengambil sapu tangan yang aku kantongi di kantong blazerku itu, dan bergegas mendekat.

“Kim KiBum-ssi..” sapaku setelah kutahu ia selesai menelpon.

Ia berbalik. “N..ne?”

“Aku.. Lee JinKi. Kau ingat?” tanyaku padanya. Ia tidak menjawab, hanya menatapku bingung. Mungkin ia sudah tidak ingat lagi padaku. “Aku hanya ingin mengembalikan ini padamu!” ujarku seraya menyodorkan sapu tangan biru langit miliknya itu.

Ia menerimanya, namun pandangannya masih tidak mengerti. Tapi aku tidak ambil pusing. Setelah berterima kasih, aku berniat berbalik dan pergi. Namun rasanya hati ini tidak menghendaki aku pergi secepat itu. Aku berbalik dan kembali menghadapi yeppo namja itu. Dan dengan sangat bodoh aku berkata padanya, “KiBum-ssi.. jhoayo~!”

Ia tertegun sejenak. “HEH?”

“Maaf jika aku mengatakan begini! Tapi aku benar-benar tidak bisa menahannya! Mungkin dengan berkata jujur seperti ini aku bisa melegakan diriku sendiri!” ujarku jujur. Dan rasanya aku benar-benar lega, meski rasa sakit masih sedikit membekas.

“K..kau.. kenapa?”

“Sejak pertama kali aku melihatmu datang di kampus ini.. aku sudah merasa tertarik. Benar-benar belum pernah sekalipun aku menemukan yang sepertimu! Kemudian setiap hari aku mengikutimu saat berlatih dengan klub theater. Dan makin lama aku benar-benar merasa menyukai KiBum-ssi..” aku menghela nafas. “Tapi setelah aku tahu bahwa kau bukan seorang gadis.. aku berniat melupakannya!” Aku tersenyum miris. “Maaf telah membuatmu bingung!” Aku menunduk hormat, kemudian bergegas pergi.

“Tunggu!” KiBum menghentikanku. “Sepertinya ada yang salah disini!” dan kata-katanya itu membuatku berbalik, meski aku tidak berpindah dari posisiku. “Aku bahkan tidak tahu kapan aku memberikan sapu tangan ini padamu! Aku juga kaget mengetahui sapu tanganku ini ada padamu!” katanya.

Eh? Apa dia terkena amnesia.

KiBum tersenyum lebar, mendekatiku dan berkata lagi. “Kau pasti salah orang!” katanya. “Bukan aku yang kau maksud! Tapi GwiBoon! Mahasiswa sastra inggris, anggota klub theater yang kini sedang memainkan perannya sebagai Juliette!” ia menerangkan.

“G..GwiBoon?” aku bingung. Ada apa sebenarnya disini?

“Aku memang Kim KiBum! Tapi aku bukan mahasiswa disini! Sedangkan adik kembarku, Kim GwiBoon, dia pasti yang kau maksud! Karena dia adalah gadis yang kau ikuti selama ini! Bukan aku!” katanya dan sesaat kemudian terkekeh. “Ia juga pernah bercerita tentang seonbaenim bernama Lee JinKi! Ternyata itu kau?”

EHH?? Jadi aku salah orang?? “Bagaimana bisa..” aku bingung sendiri. “Jadi benar dia seorang gadis?” tanyaku memastikan pada orang yang baru saja aku tahu sebagai kakak kembar ‘KiBum-yang-aku-tahu’ selama ini.

Ia menangguk dengan senyum yang sama seperti sebelumnya. Senyum yang sangat mirip dengan GwiBoon. “Dia memang selalu mencontoh penampilanku hingga potongan rambutnya! Pantas saja kalau kau bingung!” dia terkekeh. Sedangkan aku masih terbengong menghadapinya. Mereka benar-benar sangat mirip, hingga suaranya juga hampir tidak bisa membedakannya. Padahal mereka berbeda gender! “Kalau ingin menyatakan perasaanmu, langsung saja pada orangnya! Mungkin dramanya sudah usai sekarang! Cepatlah!” katanya.

“Eh..oh..baiklah~! Maafkan aku KiBum-ssi! Dan terima kasih!” ujarku dan kini aku merasa lebih senang meski belum 100% percaya dengan apa yang telah terjadi. Tapi kakiku terlanjur berlari ke arah gedung pertunjukan kampus itu. Untuk mencari KIM GWIBOON!

Lee JinKi’s scene END

***

JinKi berlari dengan senyum bahagia terpasang di wajahnya. Baru tahu bahwa selama ini orang yang ia cintai benar-benar seorang gadis. Namanya GwiBoon, bukan KiBum seperti apa yang ia ketahui sebelumnya.

Ia berlari ke backstage. Mungkin seperti yang dikatakan KiBum, adik kembarnya tengah berada disana setelah dramanya usai. Tapi sepertinya tidak. Ia hanya mendapati beberapa pemain yang sedang menunggu drama mereka selesai. “GwiBoon~! Apa dia disini?” JinKi berteriak saat masuk ke ruang rias. Mengagetkan banyak orang yang berada disana.

GwiBoon masih menyelesaikan adegan terakhir di panggung! Mungkin sebentar lagi selesai! Tunggu saja!” ujar laki-laki yang menggunakan pakaian seperti penjaga istana. Namun entah, seperti tidak mendengarkan dan akal sehatnya sedang tidak terpakai mungkin, JinKi berlari keluar dari ruang rias itu dan bergegas pergi ke arah panggung. Yah. Ke arah panggung!

---

“Romeo!! Romeo!!” GwiBoon yang berperan sebagai Juliette, yang terduduk di peti mati itu berteriak, sedang tangannya sibuk menggoyang-goyangkan tubuh lemah pria yang dipanggilnya Romeo itu, dengan wajah khawatirnya. “Ia mati..?”

Juliette menitikan air mata. Ia merasa sangat bersalah, karena kepura-puraannya menjadi malapetaka bagi cinta sucinya. Namun ditengah kegelisahannya, ia melihat sesuatu di samping tangan Romeo yang tergolek lemas. Racun. Racun yang awalnya hanya sebagai skenario cintanya, telah diminum oleh pria yang sangat dicintainya itu. Ia mengambilnya, memeriksa botol racun itu. Masih sedikit.

Ia memandang kearah Romeo, mengusap lembut wajah tampannya yang telah pucat. “Romeo~ jika didunia ini kita tidak dapat bersatu, maka aku akan menyusulmu ke surge, agar kita bisa bersatu disana..” katanya miris.

Ia hendak meminum racun itu. Hingga sebuah suara mencegahnya. “ANDWEYO~!” dan membuatnya juga seluruh penonton juga JongHyun, sutradara yang juga melihat penampilannya itu menoleh ke arah suara.

JongHyun membuka-buka scenario yang dibawanya. Ia tidak menemukan bahwa seseorang akan muncul setelah ini. Bahkan ia tidak merencanakan improvisasi juga di dramanya ini. Tapi siapa yang tiba-tiba datang?

Tak lama munculah seseorang mengenakan blazer coklat muda, kemeja kotak-kotak merah-putih, jeans biru, sepatu keds abu-kebiruan, bahkan masih membawa ransel di punggungnya. Benar-benar bukan kostum yang tepat jika ia benar-benar ikut main dalam drama ini. Lee JinKi.

Sesaat penonton berbisik-bisik riuh, bertanya-tanya apakah ini kecelakaan dalam drama atau memang merupakan impovisasi. MinHo dan TaeMin yang semula duduk di bagian tengah, segera berlari ke tempat duduk paling depan, dimana JongHyun juga tengah berdiri sekarang. Dan beberapa pemain juga keluar kedepan panggung untuk melihat ada apa sebenarnya, sementara beberapa crew menginstruksikan JinKi untuk turun hingga ia tersadar banyak mata melihat ke arahnya. Ia baru sadar kalau sekarang ia sedang berada di panggung theater yang ceritanya belum selesai.

“Ada apa ini sebenarnya?” tanya MinHo yang masih yakin bahwa JinKi dan JongHyun berhubungan.

“Tidak tahu! Tapi semoga saja ia tidak menghancurkan dramaku!” ujar JongHyun khawatir.

JinKi melihat ke arah penonton. Banyak pasang mata melihat ke arahnya, termasuk ketiga temannya yang kini melihatnya dengan tatapan tak percaya. JongHyun memandangnya dengan tatapan ‘mohon jangan hancurkan panggungku’. Dan itu membuatnya harus belagak bahwa ia juga sedang berperan dalam drama meski kostumnya benar-benar bukan kostum yang pantas untuk drama ini.

“A..andweyo.. Juliette~! Jebal!” JinKi berjalan mendekat dengan gugup ke arah GwiBoon yang masih duduk terbengong di atas peti property drama itu. “Jika kau melakukannya, kau akan mengotori cinta sucimu!” katanya.

“Apa-apaan dia ini?” salah satu crew hendak naik panggung, namun dicegah oleh salah satu pemain yang ada di sebelahnya.

“Biarkan saja! Jika kau naik, malah kau yang akan menghancurkan dramanya!” katanya.

GwiBoon memandang JinKi. Ia tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Sudah tidak ada lagi dialog yang harus di ucapkannya setelah ia menenggak racun, namun kini ia harus berimprovisasi. Tapi melihat kejadian ini, bahkan ia tidak bisa memikirkan apa yang harus ia lakukan.

“Turunlah~!” pinta JinKi. Ia mengulurkan tangannya pada GwiBoon untuk membantunya turun. Dan gadis dengan rambut palsu warna coklat panjang itu turun, sesuai dengan instruksi JinKi. JinKi membawanya ke bagian depan panggung dan sorot lampu segera mengarah pada mereka. Crew sepertinya tahu apa yang harus mereka lakukan di saat seperti ini.

“Sepertinya JinKi hyung sudah tahu.. hehe..” JongHyun yang semula khawatir, kini malah tersenyum lebar.

“Apa maksudmu?” tanya MinHo bingung sendiri.

Sesaat kemudian muncul seseorang dengan tampang yang sama persis dengan gadis yang berada di panggung. “Dia memang sudah tahu! Jangan-jangan gara-gara kau dia mengira bahwa GwiBoon adalah aku!” orang yang baru datang itu menyahut. KiBum. MinHo dan TaeMin memandang keduanya bingung.

“Aku hanya ingin menggoda JinKi hyung! Tapi entah ia tahu darimana kalau KiBum itu seorang laki-laki!” JongHyun tertawa. TaeMin yang mendengar tersadar akan sesuatu, kemudian tersenyum lebar. Ia tidak mau mengaku bahwa ia yang membuat hyungnya itu tahu. Tinggal MinHo yang masih belum mengerti. Dan ia masih berpikir JinKi dan JongHyun berhubungan. Sampai ia melihat adegan drama reality di panggung di hadapannya itu.

“Kim GwiBoon .. jhoayo~! Saranghandago~!” ujar JinKi, dan entah kenapa ia memanggilnya Kim GwiBoon, bukannya Juliette, seperti apa yang diperankannya dalam pementasan hari ini. Tapi JongHyun membiarkannya. Mungkin dengan seperti ini penonton juga tidak akan kecewa.

“Ah.. jadi..” MinHo tersenyum lebar. “Ya ampun~! Apasih yang aku pikirkan!” MinHo sadar bahwa pikirannya sangat bodoh selama ini.

“Aku tidak tahu perasaanmu karena ini terjadi sangat cepat, tapi..” katanya namun terpotong oleh jawaban GwiBoon.

Nado jhoahae, seonbaenim!” jawabnya dengan senyum divanya. “Melihat seonbaenim datang setiap hari untuk menonton latihanku aku sangat senang!” katanya.

“Jadi kau tahu?” tanya JinKi kaget.

GwiBoon mengangguk tanpa menanggalkan senyumnya. “Karena aku juga memperhatikan seonbaenim saat seonbae tidak menyadarinya!” katanya. Dan kata-katanya itu membuat JinKi berdebar-debar dan tanpa sadar memeluk gadis dihadapannya itu erat. GwiBoon yang awalnya kaget, segera membalas pelukannya dengan senyum tulus di wajahnya.

JongHyun yang awalnya terdiam karena excited dengan adegan yang baru saja mengakhiri dramanya, kini tersadar dan segera menginstruksikan pengiring music untuk memainkan musik mereka, namun tidak sesuai rencana. Ia meminta mereka memainkan musik dengan nada lebih bahagia, yang menggambarkan bahwa kisah Juliette menjadi bahagia pada akhirnya.

Meski sebagian dari penonton tidak mengerti, mereka tersenyum dan bertepuk tangan seiring dengan usainya drama Romeo and Juliette yang mungkin lebih tepat disebut JinKi and Juliette yang baru saja berlangsung itu. Dan sepertinya sebagian dari mereka tahu bahwa bagian ending ini bukan sekedar drama yang di scenario.

Sementara itu, JinKi dan Kim GwiBoon masih berpelukan hingga tirai panggung menutup sempurna. “GwiBoon-i .. saranghae~” bisiknya lembut pada GwiBoon dan membuat gadis itu tersenyum lebih bahagia.

***END***

Makasi yang udah baca yaa~ maap kalo rada aneh yaa~ gabiasanya emang gw bikin yang beginian~! hahaha..
gw lagi seneng aja ama ayam (eh?) onew maksudnya~ trus gasengaja (bener nih ga sengaja?) liat vid fanmade OnKey jadi keinspirasi yang ginian~ kkk~

*update edit yang pernah baca --> namanya KiBum cewe gw ganti ke nama waktu dia main di School Of Rock, Kim GwiBoon^^*

-Keep Shine Like HIKARI-

6 comments:

  1. hahahahaha......LOL....LOL

    Wktu baca awal2x jg kirain gitu....kekeke


    Daebak story..... G nyangka bgt.....

    Keep fighting.....^_________^

    ReplyDelete
  2. kyahaha.. Nyengir2 gaje tengah malem guw bc ni.. Onew stalking gt guw ngebayangin ny jd ky maho maho mesum gt.. Haha.. Ternyata kembar.. Haha.. Bgus! Nah crita yg ky gne yg bgus, yg ga ke tebak endingny! Hoho.. Joha..

    ReplyDelete
    Replies
    1. wahahahahahaha.. ayam gw(?) dikata maho~
      keren kan? keren kan? :p
      gomapseumnida~!!!^^

      Delete
  3. Wkwkwk, apaaaaaaa?
    Ternyata endingnya begini toh? Sempet mikir itu beneran si Kibum yang disukain Jinki loh ditengah2. Tapi ternyata dikau memberikan happy ending ke Jinki, untunglah :)

    Hei, betewe, ini aku si Kyuuung, akhirnya bisa juga komen disini, yeayyy say chukkae to me *apacoba?

    ReplyDelete
    Replies
    1. chukkahamnida~ chukkahamnida~ chukka chukka chukka hamnida~ (??)
      hhe..
      aku ga tega membuatnya jadi maho, ai-nee~ haha :p
      tapi gatau kenapa aku suka couple in dia sama kibeom versi cewe~ xDD
      hahaha..
      makasih komennya~^^

      Delete