another sad love story~
Aku hanya bisa memberikan cintaku, namun tidak bisa mendapatkan perasaan yang sama dari orang yang aku cintai. Aku selalu setia, namun ia yang mendapatkan kesetiaanku tidak pernah membalasnya dalam kadar yang sama. Ketika ia meninggalkanku, aku tidak akan pernah berhenti menunggu sampai ia pulang, kemudian mencium dan memelukku dengan sayang. Aku tidak akan pernah meninggalkannya.
You Deserve Better
Written by
LIGHT
LIGHT
Cast
Kwon Jiyong / Jingyo (G Dragon BIGBANG), Lee Yeongeun, Choi Seunghyun (TOP BIGBANG)
Kwon Jiyong / Jingyo (G Dragon BIGBANG), Lee Yeongeun, Choi Seunghyun (TOP BIGBANG)
Genre
Romance, Angst, Violence
Romance, Angst, Violence
Rate
15
15
Length
oneshot
oneshot
Author Note
Aku suka banget sama lagu ini, Verbal Jint ft Sanchez of Phantom - You Deserve Better, dan kali ini aku dapet inspirasi setelah dengerin lagu itu. Kalo yang udah nonton MVnya, mungkin bakal liat scene yang ga banyak perbedaannya disini, tapi semoga aja karya ini cukup memuaskan teman2~ :D *sekalian reunian, udah lama banget aku ga bikin ff BIGBANG* hhe..
Aku suka banget sama lagu ini, Verbal Jint ft Sanchez of Phantom - You Deserve Better, dan kali ini aku dapet inspirasi setelah dengerin lagu itu. Kalo yang udah nonton MVnya, mungkin bakal liat scene yang ga banyak perbedaannya disini, tapi semoga aja karya ini cukup memuaskan teman2~ :D *sekalian reunian, udah lama banget aku ga bikin ff BIGBANG* hhe..
==========
Aku hanya bisa memberikan cintaku, namun tidak bisa mendapatkan perasaan yang sama dari orang yang aku cintai. Aku selalu setia, namun ia yang mendapatkan kesetiaanku tidak pernah membalasnya dalam kadar yang sama. Ketika ia meninggalkanku, aku tidak akan pernah berhenti menunggu sampai ia pulang, kemudian mencium dan memelukku dengan sayang. Aku tidak akan pernah meninggalkannya.
"Jingyo-ya~!" Yeongeun memanggilku, membuyarkanku dari lamunan dan menoleh kepadanya. Ia menatapku riang dengan kedua mata yang sangat kusukai itu. Aku tersenyum padanya. Ia kemudian berjalan mendekatiku yang duduk di atas counter didapur. Ia kemudian mengelus kepalaku sayang dan mencium kepalaku. "Coba tebak, hari ini hari apa?" ujarnya padaku, menyuruhku menebak hal yang mungkin membuatnya terlalu bahagia pagi ini.
Aku hanya terdiam memandangnya dengan senyum yang sama. Kedua tangannya memegangi kedua sisi pipiku agar aku tidak pernah mengalihkan pandanganku darinya. Ia mengelus keduanya pelan, membuat degub jantungku begitu cepat. Aku sangat menyukainya saat ia melakukan ini. Aku jadi melupakan semua yang baru saja ia ucapkan padaku.
"Hari ini.. Oppa pulang ke Korea!!!" ia berteriak histeris. Melepaskan kedua tangannya dari pipiku, kemudian merengkuhku kedalam pelukannya. Dan perasaan bahagiaku sesaat berubah menjadi sesuatu yang menyakitkan didalam hatiku. Pria itu sudah kembali. Choi Seunghyun.
"Kami akan merayakan hari jadi kami yang kedua! Hehe.. aku juga memasak sesuatu yang spesial untukmu! Tenang saja!" Ia kembali mengelus puncak kepalaku. Terima kasih karena ia tidak menyingkirkanku meskipun pria yang sangat dicintainya itu sudah kembali dari perantauannya. Aku hanya bisa menatapnya tanpa memberikan jawaban apapun.
Ia tersenyum tulus padaku, senyuman indah yang selalu bisa kulihat saat ia mengobrol denganku. Ia kemudian berlalu dan melanjutkan memasak untuk acara spesialnya dengan kekasihnya. Sementara aku hanya bisa duduk di atas counter di dapur ini, memandanginya tanpa bisa melakukan apapun.
*
Aku melihatnya memilih-milih baju didalam lemarinya. Sibuk mengeluarkan beberapa baju yang mungkin dinilainya pantas untuk dikenakan dalam acara makan malam mereka. Setelah memilah-milih dengan seksama, akhirnya ia mendapatkan satu baju yang terlihat paling pantas. Dress berwarna coklat dengan motif titik-titik yang tidak begitu penuh. Dress tanpa lengan itu dipasangkan dengan atasan berwarna cream berlengan pendek. Aku sering melihatnya mengenakan pakaian itu. Dia sangat cantik. Yah, dia memang selalu cantik walaupun hanya menggunakan kaos oblong dan celana tidur. Tanpa harus berdandan yang tebal.
Setelah mengenakannya, ia berputar didepan cermin, kemudian berputar lagi untuk menemukanku duduk di kursi yang ada di samping tempat tidurnya. Ia tersenyum lebar. "Bagaimana?" katanya.
Aku hanya tersenyum simpul menjawabnya. Dengan cepat Yeongeun berlari kepadaku, memelukku dengan erat. Aku bisa mendengar degub jantungnya yang begitu keras. Dia memang benar-benar mencintai pria itu. Dan itu membuatku sedikit terluka. Aku menghela nafas, bersamaan dengan ia melepaskan pelukannya dariku.
"Aku harap dia senang dengan sambutanku!" katanya sambil memegangi kedua pipiku dan mengusapnya lembut.
Kalau jadi Choi Seunghyun, aku akan merasa seperti pria yang paling bahagia didunia. Aku yakin itu.
Ia kembali lagi kedepan cerminnya, mematut diri. Sementara aku masih terus memandanginya dalam diam.
*
Makan malam yang sangat romantis. Aku bisa melihat tawa mereka berdua yang begitu bahagia. Gadisku menyuapkan masakannya pada pria itu, dan pria itu melahapnya dengan senang, kemudian keduanya tertawa lirih. Sesekali mereka menceritakan apa saja yang bisa mereka ceritakan. Seunghyun membahas tentang teman-temannya di luar negri, sementara gadisku menanggapi dengan baik cerita pria itu.
Dan aku hanya bisa melihat mereka dari ambang pintu. Aku menghela nafas. Kalau sudah seperti ini, aku merasa sangat tidak dianggap. Ia akan asik dengan pria itu berdua saja, meninggalkanku sendirian, dan sialnya aku tak bisa melakukan apapun. Aku tak bisa mengatakan bahwa aku kesal jika ia membawa pria lain masuk kedalam rumah ini, bermesraan dengannya seperti itu. Aku juga tak bisa menarik pria berbadan tegap itu keluar dari rumah. Aku tak berdaya. Aku bukan apa-apa dibandingkan dengan pria itu.
Aku berlalu dari pintu, masuk kedalam kamarnya. Aku berdiri didepan cermin besar miliknya. Aku memang bukan apa-apa. Dibandingkan pria tampan dengan badan besar dan tegap itu, aku hanyalah makhluk kecil yang berdiri diatas empat kakinya. Badanku yang penuh bulu dan kedua mataku yang hanya bisa melihat objek tanpa bisa mengenali warna mereka. Kata gadisku, aku sangat lucu dan menggemaskan, tapi aku tidak ingin menjadi lucu dan menggemaskan. Aku ingin menjadi tampan dan berwibawa. Berdiri diatas dua kaki dengan pakaian-pakaian bagus yang membalut badanku. Seperti pria itu. Aku ingin menjadi sepertinya.
Aku mendengus, kemudian melipat kakiku, tiduran dilantai dan masih memandangi bayanganku di cermin. Sesaat aku menyesal kenapa aku terlahir kembali sebagai anjing.
*
"Hmm? Aku sedang di Korea! Wae?" Choi Seunghyun mengobrol dengan seseorang di telepon. Ia duduk di sampingku, di atas sofa didepan televisi. Gadisku meninggalkanku dengannya. Ia pergi ke suatu tempat dan katanya ia akan pulang besok. Aku kesal. Tapi aku tidak bisa berbuat banyak. Sebagai anjing yang baik, aku hanya bisa mengiyakan permintaan tuanku, untuk menjadi anak yang baik.
Seunghyun terus mengelus punggungku, sementara tangannya yang lain memegangi ponselnya. Entah ia menelepon siapa, ia tampak asik dengan obrolannya. Aku tidak mengerti. Sampai ia mengatakan sesuatu pada penelepon di sebrang.
"Humh? Katanya Yeongeun akan pulang besok!" ujar Seunghyun. Ia melihat kearah dengan senyum yang paling tidak kusukai yang pernah ia munculkan di hadapanku. Aku tahu ia akan melakukan ini. Ia memang selalu melakukannya pada gadisku. "Datang saja kemari! Aku merindukanmu, chagiya~!"
Sesaat rasa kesal memenuhi dadaku, hingga mencapai puncak kepalaku. Setelah berkata seperti itu pada seseorang di teleponnya, ia memegang kedua pipiku, dan mengusapnya seperti yang selalu dilakukan Yeongeun, gadisku. Namun aku tidak bisa merasakan hal yang sama, aku tidak senang, aku malah merasa dihina olehnya. Aku ingin melepaskan pegangannya, tapi kedua tangannya terlalu kuat untuk membuat wajahku tetap mengarah padanya.
"Jangan berteriak. Kau bisa jadi anak baik kan? Seperti biasanya?" Seunghyun mengusap puncak kepalaku dengan senyumnya yang tampak sangat menyebalkan. "Akan kuberi kau sekotak biskuit jika kau bisa melakukannya." katanya, kemudian kembali memandang ke arah televisi, menunggu hingga seseorang yang baru ia hubungi tadi datang ke rumah gadisku ini.
Yang bisa kulihat sejak wanita -kekasih gelap Seunghyun yang selalu datang kepada Seunghyun saat gadisku meninggalkan rumah- itu datang adalah, mereka berpelukan mesra, kemudian berciuman dan saling berbisik kata-kata cinta yang terdengar begitu menjijikan di telingaku. Apakah mereka tidak melihat aku masih duduk di tempat yang sama dengan mereka? Aku masih berada di atas sofa, di posisi yang sama dengan sebelumnya, dan mereka sibuk berciuman di sebelahku? Apa mereka tidak punya rasa malu??
Aku kesal setiap menyadari aku tak bisa melakukan apa-apa soal ini. Aku tak bisa menggigit pria itu untuk membuatnya berhenti, karena akhirnya Yeongeun akan marah padaku dan menghukumku nantinya. Aku juga tak bisa menyerang si wanita, karena Seunghyun pasti akan melemparku hingga aku terluka. Dan yang akan dikatakannya pada Yeongeun adalah aku baru membuat ulah hingga aku terluka sendiri. Aku sebal. Rasanya aku ingin membunuhnya.
Tapi pada akhirnya aku hanya bisa terdiam ditempat yang sama, memandangi kedua orang menjijikkan itu melakukan hal yang menjijikkan di hadapanku. Kuharap gadisku segera mengetahuinya.
*
Aku yakin suatu saat Yeongeun akan membuka matanya. Dan ia melakukannya hari ini. Ia pulang sangat pagi, entah karena ia rindu padaku atau merindukan pria yang tengah tidur dengan memeluk wanita yang semalam datang itu. Ia bahkan sampai tidak menyadari Yeongeun sudah berada didalam ruangan yang sama, memandang mereka dengan tatapan marah. Dengan segera ia berjalan mendekati mereka dan membuka selimut yang menutupi tubuh kedua orang itu. Membuat keduanya tersentak dan menyadari apa yang sedang terjadi disana.
"Oppa! Kenapa kau melakukan ini padaku??" Yeongeun berteriak pada Seunghyun yang menatapnya tanpa rasa sesal sedikitpun. Sepertinya ia memang tidak pernah menyesal melakukan ini. Aku sudah tahu ia tidak benar-benar mencintai gadisku. "Siapa dia?? Kenapa dia tidur denganmu?? Semalam kalian melakukan apa hahh??" Yeongeun berteriak histeris, sementara aku hanya bisa menatapnya dari kursi favoritku. Aku tak bisa membantumu Lee Yeongeun, maafkan aku..
Yeongeun terus memukul-mukul pria itu dengan apa saja yang bisa ia raih, sementara kekasih gelap Seunghyun itu bergegas keluar dari rumah, membawa semua barangnya dengan tergesa. Seunghyun berdiri didepan Yeongeun. Tak ada niatan untuk minta maaf dimatanya. Ia berdecak pelan, memandang ke arah lain dengan kesal, kemudian mengembalikan perhatiannya pada Yeongeun yang masih memukul-mukuli dadanya yang hanya terbalut selembar kaos putih berlengan sangat pendek. Pria itu meraih kedua pergelangan tangan gadisku, menggenggamnya erat, kemudian melemparnya hingga ia terhempas diatas lantai kayu kamar yang dingin itu.
"Akhirnya.." pria itu menggumam, menatap Yeongeun yang terduduk di lantai dengan tangis yang sudah pecah beberapa saat setelah ia terjatuh. "Aku sudah menunggu saat ini!" ujarnya tanpa rasa menyesal sedikitpun. Ia jahat. Sudah lama aku tahu ia jahat. Ia memang tak pernah mencintai gadisku. Ia hanya bermain-main dengan gadis baik ini. Entah apa tujuannya ia melakukan hal ini pada Lee Yeongeun.
"Oppa~"
"Aku memang tak pernah mencintaimu! Jujur saja! Aku tak pernah benar-benar menyukaimu!" Ia berteriak pada Yeongeun. Berani-beraninya ia berteriak seperti itu padanya. Apa yang sebenarnya ada di kepalanya sehingga melakukan hal seperti itu?
"Choi Seunghyun.."
"DIAM!!" Seunghyun membanting vas bunga di atas meja, kemudian membantingnya tepat di hadapan Yeongeun.
PRANKK!!
Aku kembali bisa mendengar isakan Yeongeun yang semakin keras. Ia menunduk, menangis begitu keras, sementara pria dihadapannya berteriak-teriak kejam kepadanya. Berkata bahwa ia tidak mencintai gadis itu dan hal-hal yang membuat gadisku begitu sakit dan terpuruk. Aku tidak bisa terus diam dan hanya melihat mereka seperti biasanya. Aku harus melakukan sesuatu.
"WOFF!" aku melompat dari kursiku ke arah pria tinggi itu, menggigit apa saja yang bisa diraih oleh mulutku.
"ARRRHHHHHHH!!!!" pria itu mengerang. Reflek ia membanting tubuhku mengenai tepi ranjang Yeongeun dan terjatuh begitu saja di lantai. Aku tak berdaya lagi, pria itu terlalu kuat untuk dilawan. Tapi aku masih bisa sadar untuk melihat bagaimana tangannya berdarah karena gigitanku. Aku bisa tersenyum. Akhirnya ia merasakan sakit karena ku.
"ANJING GILA!!" ia berteriak kepadaku. Ya, aku memang gila! Aku tidak bisa menjadi waras untuk membalaskan gadisku. Seharusnya aku menjadi lebih gila lagi dari ini.
Pria itu mengambil sebuah pemukul kayu di sudut ruangan, pemukul kayu milik ayah Yeongeun, yang bertanda tangan seorang pemain baseball nasional yang aku tidak tahu namanya. Ia hendak memukul badanku yang sudah lemas ini, saat Yeongeun menghalanginya, membuat badannya terkena sabetan pemukul baseball itu cukup keras.
"AHHHH!!!" Yeongeun berteriak, kemudian limbung dan terjatuh begitu saja di lantai.
Kulihat pria tinggi itu terbelalak. Ia terus memandangi Yeongeun yang jatuh pingsan di sampingku. Sesaat kemudian ia menjatuhkan pemukulnya, berjalan mundur beberapa langkah dan segera keluar dari ruangan ini. Memang sebaiknya dia pergi saja. Ia tidak pantas terus berada disini. Ia yang sudah menyakiti gadisku ini.
Dengan usaha yang cukup keras, aku bisa mengangkat kepalaku, aku mendekati Yeongeun, kemudian mencium pipinya yang hangat. Jangan pernah bersedih untuknya Yeongeun-a.. aku akan selalu berada disampingmu apapun yang terjadi.
*
Ia pingsan cukup lama. Aku yang tak bisa mengangkat badannya, hanya bisa terus menemaninya hingga ia bangun dengan sendirinya. Ia mengerang sedikit, sisa sakit yang dihasilkan oleh sabetan pemukul baseball itu menyerangnya begitu ia berusaha bangun. Matanya sembab, wajahnya kusut penuh dengan bekas airmata. Sesekali ia seperti kesusahan bernafas, namun ia sudah tidak menangis. Aku bisa sedikit lega.
Ia memandang ke arahku, kemudian mengusap badanku dengan lembut. Ia mengusap puncak kepalaku, kemudian menciumku.
"Kau tidak apa-apa?" katanya padaku.
Aku tidak apa-apa, Yeongeun-a.. aku menjawab dalam hatiku. Kenapa ia tidak memikirkan dirinya sendiri? Aku yakin ia lebih merasakan sakit dari pada diriku.
"Dia tidak mencintaiku, Jingyo-ya.."
Aku sudah tau sejak lama, Yeongeun-a.. jangan bersedih..
Ia menghela nafas, masih mengusap kepalaku dengan sayang. "Kau mencintaiku?" ia terdengar bercanda. Aku bisa melihat ia tersenyum meski sedikit.
Aku ingin mengatakannya bahwa aku sangat mencintaimu, tapi itu sangat tidak mungkin kulakukan..
Ia memelukku, mengusap punggungku dengan sayang. Aku mendengar ia terisak lagi. Kumohon, jangan menangis untuknya..
Aku merasakan ia melepaskan pelukannya, kemudian memandangku dengan kedua matanya yang berair.
"Woff!" aku bersuara. Aku ingin mengatakan sesuatu padanya, namun aku tak bisa mengeluarkan suara yang bisa ia mengerti dengan jelas.
"Ada apa?" katanya.
Aku berdiri, dengan sisa kekuatan yang ada pada diriku. Aku berjalan menjauhinya sejenak, mengambil sesuatu dari sudut ruangan itu. Sebuah koper. Aku menyeretnya kearah Yeongeun yang menungguku dengan bertanya-tanya.
"Kenapa kau membawanya?" katanya, kemudian mengusap puncak kepalaku. Ia masih tidak mengerti rupanya.
Aku mencari-cari sesuatu, dan mendapatkan baju hangat miliknya yang tergeletak dilantai entah bagaimana caranya. Aku menyeretnya, kemudian memasukkannya kedalam koper itu.
Kita pergi dari sini, Lee Yeongeun. Memulai semuanya dari awal. Meninggalkan semua ini dan melupakannya.. Aku berbisik dalam hatiku. Aku berharap ia bisa mendapatkan pesanku melalui hubungan batin kami.
Ia tersenyum padaku, sepertinya ia mengerti. Ia meraih kedua pipiku, kemudian menciumku dan beranjak. "Tunggu sebentar ya! Aku harus bersiap!" katanya. Ia mengerti maksudku. Aku tersenyum memandang ke arahnya. Kau bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari ini..
*
Ia terlihat lebih cantik dari hari-hari sebelumnya. Hanya dengan pakaian yang biasa dikenakannya, ia bisa terlihat secantik ini dimataku. Ia mematut dirinya didepan cermin sejenak, sebelum akhirnya ia meraih tali leherku dan juga koper besarnya yang berisi barang-barang miliknya.
Ia menuntunku keluar dari rumah dengan senyum cerah. Aku yakin ia bisa melupakan pria itu. Ia harus bisa melupakannya.
Meskipun aku tak bisa mencintaimu sebagai seorang pria, namun aku tetap akan selalu menjadi anjing yang setia padamu. Perasaanku tak akan pernah berubah hingga nanti aku menjadi tua dan mati, meninggalkan wanita yang paling aku cintai di dunia ini. Setidaknya aku harus bisa menitipkanmu kepada pria yang tepat. Yang mencintaimu dengan tulus sepertiku. Kau pasti bisa mendapatkan pria yang lebih baik untukmu. Kita akan bersama-sama mencarinya untukmu. Karena aku mencintaimu, aku menginginkan kau terus bahagia, Lee Yeongeun..
-END-
humhh.. ga begitu yakin sih ini bagus.. dibandingkan MV nya~ >< hehe
aku ada rencana mau bikin sequelnya.. cuman,, ga janji juga sih~ kalo aja ada waktu dan ide yang lengkap, mungkin sequel (atau prequel ya?) bakal dibikin.. umh.. setelah beberapa project ff yang nggantung di folder kelar.. hhhe
comment juseyo~^^
-Keep Shine Like HIKARI-
*
Aku melihatnya memilih-milih baju didalam lemarinya. Sibuk mengeluarkan beberapa baju yang mungkin dinilainya pantas untuk dikenakan dalam acara makan malam mereka. Setelah memilah-milih dengan seksama, akhirnya ia mendapatkan satu baju yang terlihat paling pantas. Dress berwarna coklat dengan motif titik-titik yang tidak begitu penuh. Dress tanpa lengan itu dipasangkan dengan atasan berwarna cream berlengan pendek. Aku sering melihatnya mengenakan pakaian itu. Dia sangat cantik. Yah, dia memang selalu cantik walaupun hanya menggunakan kaos oblong dan celana tidur. Tanpa harus berdandan yang tebal.
Setelah mengenakannya, ia berputar didepan cermin, kemudian berputar lagi untuk menemukanku duduk di kursi yang ada di samping tempat tidurnya. Ia tersenyum lebar. "Bagaimana?" katanya.
Aku hanya tersenyum simpul menjawabnya. Dengan cepat Yeongeun berlari kepadaku, memelukku dengan erat. Aku bisa mendengar degub jantungnya yang begitu keras. Dia memang benar-benar mencintai pria itu. Dan itu membuatku sedikit terluka. Aku menghela nafas, bersamaan dengan ia melepaskan pelukannya dariku.
"Aku harap dia senang dengan sambutanku!" katanya sambil memegangi kedua pipiku dan mengusapnya lembut.
Kalau jadi Choi Seunghyun, aku akan merasa seperti pria yang paling bahagia didunia. Aku yakin itu.
Ia kembali lagi kedepan cerminnya, mematut diri. Sementara aku masih terus memandanginya dalam diam.
*
Makan malam yang sangat romantis. Aku bisa melihat tawa mereka berdua yang begitu bahagia. Gadisku menyuapkan masakannya pada pria itu, dan pria itu melahapnya dengan senang, kemudian keduanya tertawa lirih. Sesekali mereka menceritakan apa saja yang bisa mereka ceritakan. Seunghyun membahas tentang teman-temannya di luar negri, sementara gadisku menanggapi dengan baik cerita pria itu.
Dan aku hanya bisa melihat mereka dari ambang pintu. Aku menghela nafas. Kalau sudah seperti ini, aku merasa sangat tidak dianggap. Ia akan asik dengan pria itu berdua saja, meninggalkanku sendirian, dan sialnya aku tak bisa melakukan apapun. Aku tak bisa mengatakan bahwa aku kesal jika ia membawa pria lain masuk kedalam rumah ini, bermesraan dengannya seperti itu. Aku juga tak bisa menarik pria berbadan tegap itu keluar dari rumah. Aku tak berdaya. Aku bukan apa-apa dibandingkan dengan pria itu.
Aku berlalu dari pintu, masuk kedalam kamarnya. Aku berdiri didepan cermin besar miliknya. Aku memang bukan apa-apa. Dibandingkan pria tampan dengan badan besar dan tegap itu, aku hanyalah makhluk kecil yang berdiri diatas empat kakinya. Badanku yang penuh bulu dan kedua mataku yang hanya bisa melihat objek tanpa bisa mengenali warna mereka. Kata gadisku, aku sangat lucu dan menggemaskan, tapi aku tidak ingin menjadi lucu dan menggemaskan. Aku ingin menjadi tampan dan berwibawa. Berdiri diatas dua kaki dengan pakaian-pakaian bagus yang membalut badanku. Seperti pria itu. Aku ingin menjadi sepertinya.
Aku mendengus, kemudian melipat kakiku, tiduran dilantai dan masih memandangi bayanganku di cermin. Sesaat aku menyesal kenapa aku terlahir kembali sebagai anjing.
*
"Hmm? Aku sedang di Korea! Wae?" Choi Seunghyun mengobrol dengan seseorang di telepon. Ia duduk di sampingku, di atas sofa didepan televisi. Gadisku meninggalkanku dengannya. Ia pergi ke suatu tempat dan katanya ia akan pulang besok. Aku kesal. Tapi aku tidak bisa berbuat banyak. Sebagai anjing yang baik, aku hanya bisa mengiyakan permintaan tuanku, untuk menjadi anak yang baik.
Seunghyun terus mengelus punggungku, sementara tangannya yang lain memegangi ponselnya. Entah ia menelepon siapa, ia tampak asik dengan obrolannya. Aku tidak mengerti. Sampai ia mengatakan sesuatu pada penelepon di sebrang.
"Humh? Katanya Yeongeun akan pulang besok!" ujar Seunghyun. Ia melihat kearah dengan senyum yang paling tidak kusukai yang pernah ia munculkan di hadapanku. Aku tahu ia akan melakukan ini. Ia memang selalu melakukannya pada gadisku. "Datang saja kemari! Aku merindukanmu, chagiya~!"
Sesaat rasa kesal memenuhi dadaku, hingga mencapai puncak kepalaku. Setelah berkata seperti itu pada seseorang di teleponnya, ia memegang kedua pipiku, dan mengusapnya seperti yang selalu dilakukan Yeongeun, gadisku. Namun aku tidak bisa merasakan hal yang sama, aku tidak senang, aku malah merasa dihina olehnya. Aku ingin melepaskan pegangannya, tapi kedua tangannya terlalu kuat untuk membuat wajahku tetap mengarah padanya.
"Jangan berteriak. Kau bisa jadi anak baik kan? Seperti biasanya?" Seunghyun mengusap puncak kepalaku dengan senyumnya yang tampak sangat menyebalkan. "Akan kuberi kau sekotak biskuit jika kau bisa melakukannya." katanya, kemudian kembali memandang ke arah televisi, menunggu hingga seseorang yang baru ia hubungi tadi datang ke rumah gadisku ini.
Yang bisa kulihat sejak wanita -kekasih gelap Seunghyun yang selalu datang kepada Seunghyun saat gadisku meninggalkan rumah- itu datang adalah, mereka berpelukan mesra, kemudian berciuman dan saling berbisik kata-kata cinta yang terdengar begitu menjijikan di telingaku. Apakah mereka tidak melihat aku masih duduk di tempat yang sama dengan mereka? Aku masih berada di atas sofa, di posisi yang sama dengan sebelumnya, dan mereka sibuk berciuman di sebelahku? Apa mereka tidak punya rasa malu??
Aku kesal setiap menyadari aku tak bisa melakukan apa-apa soal ini. Aku tak bisa menggigit pria itu untuk membuatnya berhenti, karena akhirnya Yeongeun akan marah padaku dan menghukumku nantinya. Aku juga tak bisa menyerang si wanita, karena Seunghyun pasti akan melemparku hingga aku terluka. Dan yang akan dikatakannya pada Yeongeun adalah aku baru membuat ulah hingga aku terluka sendiri. Aku sebal. Rasanya aku ingin membunuhnya.
Tapi pada akhirnya aku hanya bisa terdiam ditempat yang sama, memandangi kedua orang menjijikkan itu melakukan hal yang menjijikkan di hadapanku. Kuharap gadisku segera mengetahuinya.
*
Aku yakin suatu saat Yeongeun akan membuka matanya. Dan ia melakukannya hari ini. Ia pulang sangat pagi, entah karena ia rindu padaku atau merindukan pria yang tengah tidur dengan memeluk wanita yang semalam datang itu. Ia bahkan sampai tidak menyadari Yeongeun sudah berada didalam ruangan yang sama, memandang mereka dengan tatapan marah. Dengan segera ia berjalan mendekati mereka dan membuka selimut yang menutupi tubuh kedua orang itu. Membuat keduanya tersentak dan menyadari apa yang sedang terjadi disana.
"Oppa! Kenapa kau melakukan ini padaku??" Yeongeun berteriak pada Seunghyun yang menatapnya tanpa rasa sesal sedikitpun. Sepertinya ia memang tidak pernah menyesal melakukan ini. Aku sudah tahu ia tidak benar-benar mencintai gadisku. "Siapa dia?? Kenapa dia tidur denganmu?? Semalam kalian melakukan apa hahh??" Yeongeun berteriak histeris, sementara aku hanya bisa menatapnya dari kursi favoritku. Aku tak bisa membantumu Lee Yeongeun, maafkan aku..
Yeongeun terus memukul-mukul pria itu dengan apa saja yang bisa ia raih, sementara kekasih gelap Seunghyun itu bergegas keluar dari rumah, membawa semua barangnya dengan tergesa. Seunghyun berdiri didepan Yeongeun. Tak ada niatan untuk minta maaf dimatanya. Ia berdecak pelan, memandang ke arah lain dengan kesal, kemudian mengembalikan perhatiannya pada Yeongeun yang masih memukul-mukuli dadanya yang hanya terbalut selembar kaos putih berlengan sangat pendek. Pria itu meraih kedua pergelangan tangan gadisku, menggenggamnya erat, kemudian melemparnya hingga ia terhempas diatas lantai kayu kamar yang dingin itu.
"Akhirnya.." pria itu menggumam, menatap Yeongeun yang terduduk di lantai dengan tangis yang sudah pecah beberapa saat setelah ia terjatuh. "Aku sudah menunggu saat ini!" ujarnya tanpa rasa menyesal sedikitpun. Ia jahat. Sudah lama aku tahu ia jahat. Ia memang tak pernah mencintai gadisku. Ia hanya bermain-main dengan gadis baik ini. Entah apa tujuannya ia melakukan hal ini pada Lee Yeongeun.
"Oppa~"
"Aku memang tak pernah mencintaimu! Jujur saja! Aku tak pernah benar-benar menyukaimu!" Ia berteriak pada Yeongeun. Berani-beraninya ia berteriak seperti itu padanya. Apa yang sebenarnya ada di kepalanya sehingga melakukan hal seperti itu?
"Choi Seunghyun.."
"DIAM!!" Seunghyun membanting vas bunga di atas meja, kemudian membantingnya tepat di hadapan Yeongeun.
PRANKK!!
Aku kembali bisa mendengar isakan Yeongeun yang semakin keras. Ia menunduk, menangis begitu keras, sementara pria dihadapannya berteriak-teriak kejam kepadanya. Berkata bahwa ia tidak mencintai gadis itu dan hal-hal yang membuat gadisku begitu sakit dan terpuruk. Aku tidak bisa terus diam dan hanya melihat mereka seperti biasanya. Aku harus melakukan sesuatu.
"WOFF!" aku melompat dari kursiku ke arah pria tinggi itu, menggigit apa saja yang bisa diraih oleh mulutku.
"ARRRHHHHHHH!!!!" pria itu mengerang. Reflek ia membanting tubuhku mengenai tepi ranjang Yeongeun dan terjatuh begitu saja di lantai. Aku tak berdaya lagi, pria itu terlalu kuat untuk dilawan. Tapi aku masih bisa sadar untuk melihat bagaimana tangannya berdarah karena gigitanku. Aku bisa tersenyum. Akhirnya ia merasakan sakit karena ku.
"ANJING GILA!!" ia berteriak kepadaku. Ya, aku memang gila! Aku tidak bisa menjadi waras untuk membalaskan gadisku. Seharusnya aku menjadi lebih gila lagi dari ini.
Pria itu mengambil sebuah pemukul kayu di sudut ruangan, pemukul kayu milik ayah Yeongeun, yang bertanda tangan seorang pemain baseball nasional yang aku tidak tahu namanya. Ia hendak memukul badanku yang sudah lemas ini, saat Yeongeun menghalanginya, membuat badannya terkena sabetan pemukul baseball itu cukup keras.
"AHHHH!!!" Yeongeun berteriak, kemudian limbung dan terjatuh begitu saja di lantai.
Kulihat pria tinggi itu terbelalak. Ia terus memandangi Yeongeun yang jatuh pingsan di sampingku. Sesaat kemudian ia menjatuhkan pemukulnya, berjalan mundur beberapa langkah dan segera keluar dari ruangan ini. Memang sebaiknya dia pergi saja. Ia tidak pantas terus berada disini. Ia yang sudah menyakiti gadisku ini.
Dengan usaha yang cukup keras, aku bisa mengangkat kepalaku, aku mendekati Yeongeun, kemudian mencium pipinya yang hangat. Jangan pernah bersedih untuknya Yeongeun-a.. aku akan selalu berada disampingmu apapun yang terjadi.
*
Ia pingsan cukup lama. Aku yang tak bisa mengangkat badannya, hanya bisa terus menemaninya hingga ia bangun dengan sendirinya. Ia mengerang sedikit, sisa sakit yang dihasilkan oleh sabetan pemukul baseball itu menyerangnya begitu ia berusaha bangun. Matanya sembab, wajahnya kusut penuh dengan bekas airmata. Sesekali ia seperti kesusahan bernafas, namun ia sudah tidak menangis. Aku bisa sedikit lega.
Ia memandang ke arahku, kemudian mengusap badanku dengan lembut. Ia mengusap puncak kepalaku, kemudian menciumku.
"Kau tidak apa-apa?" katanya padaku.
Aku tidak apa-apa, Yeongeun-a.. aku menjawab dalam hatiku. Kenapa ia tidak memikirkan dirinya sendiri? Aku yakin ia lebih merasakan sakit dari pada diriku.
"Dia tidak mencintaiku, Jingyo-ya.."
Aku sudah tau sejak lama, Yeongeun-a.. jangan bersedih..
Ia menghela nafas, masih mengusap kepalaku dengan sayang. "Kau mencintaiku?" ia terdengar bercanda. Aku bisa melihat ia tersenyum meski sedikit.
Aku ingin mengatakannya bahwa aku sangat mencintaimu, tapi itu sangat tidak mungkin kulakukan..
Ia memelukku, mengusap punggungku dengan sayang. Aku mendengar ia terisak lagi. Kumohon, jangan menangis untuknya..
Aku merasakan ia melepaskan pelukannya, kemudian memandangku dengan kedua matanya yang berair.
"Woff!" aku bersuara. Aku ingin mengatakan sesuatu padanya, namun aku tak bisa mengeluarkan suara yang bisa ia mengerti dengan jelas.
"Ada apa?" katanya.
Aku berdiri, dengan sisa kekuatan yang ada pada diriku. Aku berjalan menjauhinya sejenak, mengambil sesuatu dari sudut ruangan itu. Sebuah koper. Aku menyeretnya kearah Yeongeun yang menungguku dengan bertanya-tanya.
"Kenapa kau membawanya?" katanya, kemudian mengusap puncak kepalaku. Ia masih tidak mengerti rupanya.
Aku mencari-cari sesuatu, dan mendapatkan baju hangat miliknya yang tergeletak dilantai entah bagaimana caranya. Aku menyeretnya, kemudian memasukkannya kedalam koper itu.
Kita pergi dari sini, Lee Yeongeun. Memulai semuanya dari awal. Meninggalkan semua ini dan melupakannya.. Aku berbisik dalam hatiku. Aku berharap ia bisa mendapatkan pesanku melalui hubungan batin kami.
Ia tersenyum padaku, sepertinya ia mengerti. Ia meraih kedua pipiku, kemudian menciumku dan beranjak. "Tunggu sebentar ya! Aku harus bersiap!" katanya. Ia mengerti maksudku. Aku tersenyum memandang ke arahnya. Kau bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari ini..
*
Ia terlihat lebih cantik dari hari-hari sebelumnya. Hanya dengan pakaian yang biasa dikenakannya, ia bisa terlihat secantik ini dimataku. Ia mematut dirinya didepan cermin sejenak, sebelum akhirnya ia meraih tali leherku dan juga koper besarnya yang berisi barang-barang miliknya.
Ia menuntunku keluar dari rumah dengan senyum cerah. Aku yakin ia bisa melupakan pria itu. Ia harus bisa melupakannya.
Meskipun aku tak bisa mencintaimu sebagai seorang pria, namun aku tetap akan selalu menjadi anjing yang setia padamu. Perasaanku tak akan pernah berubah hingga nanti aku menjadi tua dan mati, meninggalkan wanita yang paling aku cintai di dunia ini. Setidaknya aku harus bisa menitipkanmu kepada pria yang tepat. Yang mencintaimu dengan tulus sepertiku. Kau pasti bisa mendapatkan pria yang lebih baik untukmu. Kita akan bersama-sama mencarinya untukmu. Karena aku mencintaimu, aku menginginkan kau terus bahagia, Lee Yeongeun..
-END-
humhh.. ga begitu yakin sih ini bagus.. dibandingkan MV nya~ >< hehe
aku ada rencana mau bikin sequelnya.. cuman,, ga janji juga sih~ kalo aja ada waktu dan ide yang lengkap, mungkin sequel (atau prequel ya?) bakal dibikin.. umh.. setelah beberapa project ff yang nggantung di folder kelar.. hhhe
comment juseyo~^^
-Keep Shine Like HIKARI-
cerita ini pas bgt kalo d bc pake bgm ny Standing Egg – Every Day With You..
ReplyDeleteweh jidi jadi gaho lol.. Ceritany kurang sadis.. Padahal kan behind story ny you deserve better th lbh sadis lg kykny.. Kata om v.jint .. Lol
no typo.. Yay!
ceritany lumayan bagus.. Trus masa tabi ga d laporin k polisi? Ga d tahan? Ga d masukin penjara? Trus jidi ga d datengin ibu peri? Ga d jadiin manusia dlm sehari? Atleast tell what his feeling? kkk ..
rajin2 nulis yak..
kalo didatengin ibu peri ntar jadi bundadari o_o
Deletejangan~
thx btw^^
Sidi sial ;A; gapernah bikin ff bb lagi, knapa bgtu bikin jiyong jadi anjing? ;A; golden, lagi! aku kan maunya Akita inu! (??)
ReplyDeletehahahahaha.. lagi sangat minim ide ff bikbeng~ T^T
Deletekasii donk bang~
hahahahaha.. kirain~ ternyata sama aja anjingnya.. beda ras doank~ kkk
thx udah maen lagi bang~ ^o^