Saturday, February 2, 2013

CREW 4 -True Identity of Yong Junhyung-


Story by : LIGHT

Cast :
Woo Jiho (BLOCK B Zico), Song Joongki, Choi Seunghyun (BIGBANG TOP), Jang Hyunseung (BEAST Hyunseung), Yong Junhyung (BEAST Junhyung), Lee Jinki (SHINee Onew), Kwon Jiyong (BIGBANG G-Dragon), Kim Soohyun, Kim Kibum (SHINee Key), Park Jungsoo sonsaengnim (Super Junior Leeteuk)

Rate :
PG - 15

Genre :Shonen

Length :
4/?

A/N : Chapter ini sedikit lebih pendek dari yang sebelumnya, dan mungkin nggak semua tokoh akan muncul dalam porsi yang sama.. karena mulai chapter ini aku bakal konsen pada beberapa tokoh aja di setiap chapternya.. jadi maaf kalo bias kalian ga banyak nongol di chapter ini yaa~ hehe :p

[CHAP1] [CHAP2] [CHAP3]

========================================== 


CREW - 4th
#True Identity of Yong Junhyung#


Siswa pindahan dari California itu masih menjadi buah bibir di kalangan siswa, terutama di kalangan siswa baru yang notabene adalah teman satu angkatan Jiho. Rumor bahwa ia memperbudak Jiyong yang kini menjadi benar-benar dekat dengannya pun muncul beriringan dengan dirinya mencoba mengancam Soohyun dengan memberikan sebuah kertas berisi ancaman padanya. Tak ada kebenaran yang bisa dibuktikan, tapi hampir semua siswa itu menelan bulat-bulat berita yang disebarkan, entah asalnya dari mana. Yang jelas, hal itu menjadi semakin absurd untuk Jiho yang tak mengerti kenapa bisa ada rumor aneh tentangnya di sekolah ini.

Sialnya, entah bagaimana caranya, rumor tanpa bukti ini terus berkembang hingga sampai ke telinga beberapa guru yang pernah mengajar didalam kelas dimana Jiho belajar. Dan bodohnya adalah, guru-guru itu mempercayai berita kacangan yang dibuat-buat oleh siswa tanpa membuktikannya terlebih dahulu, sampai mereka ikut merasa takut pada Jiho yang sebenarnya tidak pernah, dan tidak berniat sedikitpun melakukan apa-apa kepada siapapun di sekolah ini.

Ya! Yoon saem percaya sama kayak gituan?” tanya Park Jungsoo sambil memukul-mukul pundaknya sendiri dengan alat pijat plastik yang dibelinya dari pasar loak. Ia duduk bersandar di kursinya menghadap ke meja, namun pandangannya mengarah pada guru laki-laki yang baru saja datang dan bergosip dengan beberapa guru lain yang ikut percaya pada rumor aneh itu.

Keureomyo! Park saem kan guru kelas tiga, jadi nggak tau berita di kalangan siswa kelas satu!” jawabnya seraya duduk dan meletakkan buku-bukunya di atas meja dengan asal. “Saya sudah liat anaknya! Emang serem sih..” tambahnya lagi, kemudian beralih pada pekerjaannya sendiri.

Park Jungsoo berdecak. Ia masih heran dengan guru-guru yang suka termakan rumor siswa seperti ini. Padahal kalau dipikir-pikir, semuanya tidak masuk akal! Apakah dari semua orang yang ada di sekolah ini, hanya dia yang bisa berpikir dengan benar? Park Jungsoo melemparkan alat pijatnya ke atas meja kerjanya, kemudian memeriksa beberapa lembar kertas yang ada di atas meja. Soal ulangan yang semalam baru dibuatnya untuk minggu depan. Ia memasukannya kedalam map, kemudian kembali mencari-cari sesuatu, sampai seseorang datang memanggilnya.

“Park saem!”

Park Jungsoo menoleh, mendapati siswa yang sejak tadi di harapkannya datang sudah berada di hadapannya. “Oh, Joongki ah! Akhirnya datang juga!” katanya. Ia mengambil tumpukan buku tulis yang ada di salah satu sudut mejanya, memeriksa buku yang berada di bagian paling atas. Setelah memastikan itu tumpukan buku yang benar, ia menyerahkannya pada Joongki. “Ini buku PR kalian! Tolong bawakan untuk teman-temanmu! Aku akan kesana sebentar lagi!” katanya pada Joongki, kemudian dijawab dengan anggukan oleh siswanya itu.

“Baik saem!”

“Oh iya!” sebelum Joongki pergi kembali kedalam kelasnya, Park Jungsoo memanggilnya kembali. Membuatnya menoleh pada guru muda itu sejenak.

“Ya saem?”

“Si murid baru itu.. ahh sudahlah! Sana, balik ke kelasmu!” perintahnya kemudian. Joongki hanya tersenyum, mengangguk sopan, kemudian bergegas kembali kedalam kelasnya dengan tumpukan buku didalam pelukannya.

~***~

“Lo mau keluar?” tanya Kibeom dan Soohyun bersamaan. Sesaat setelah berteriak, Soohyun tersedak susu kotaknya sendiri, hingga memuntahkannya sedikit. Kibeom yang melihatnya, menepuk-nepuk punggung temannya itu pelan. “Makanya kalo lagi minum jangan teriak!” Kibeom menasehati, padahal dirinya sendiri juga sedang minum jus.

“Habisnya, Jiho ngagetin aja! Kita baru masuk sekolah ini berapa kedipan mata, dia udah mau keluar aja!” jawab Soohyun sekenanya sambil membersihkan bibirnya menggunakan lengan jaket seragamnya. Sekali lagi ia terbatuk, kemudian mencoba untuk tenang.

“Iya, lu kenapa sih? Ada masalah?” tanya Kibeom. Soohyun hampir saja mengumpat kalau dia tidak ingat ia baru saja menghisap susu kotaknya menggunakan sedotan. Sepertinya semuanya kurang jelas untuk Kibeom. Semua hal yang sudah di alami oleh Jiho selama ini. Rumor-rumor itu.

“Siswa disini aneh! Aku nggak ngelakuin apa-apa tapi mereka takut sama aku! Pokoknya aku mau keluar!” ujar Jiho geram.

“Mungkin lo punya dosa di masa lalu yang nggak termaafkan! Lalu sekarang lo kena getahnya!” ujar Soohyun asal, kemudian kembali menenggak susu kotaknya.

“Ngawur! Gue sentil pala lo, itu susu masuk se kotak-kotaknya!” ujar Jiho emosi. Entah kenapa, ia hanya merasa emosi saja.

Sepertinya Jiho tidak boleh keterlaluan bercanda sedikit saja. Karena yang sedikit itu akan menjadi besar nantinya. Kata-kata yang dikeluarkan Jiho pada Soohyun, ancaman tidak seriusnya itu tanpa sengaja terdengar oleh siswa kelas satu yang lain yang melewati meja tiga orang itu. Jiho mengancam Soohyun, menyuruhnya menelan kotak susu itu bulat-bulat.

Kemudian berita itu tersebar begitu saja tanpa ada kejelasan dibalik beritanya.

~***~

Entah mengapa, ia merasa berat. Setelah sekian lama ia tidak pernah memikirkan tentang ini, tapi kini semua itu kembali muncul dan memenuhi pikirannya. Junhyung menerawang ke langit-langit UKS. Mencoba berpikir, apa iya ia harus bertindak, atau ia membiarkan semuanya terjadi tanpa ikut campur. Seperti biasanya, tetap diam dan menyembunyikan identitasnya.

Sebenarnya, identitas yang didapatkannya ini bukanlah sesuatu yang di harapkannya. Ini semua karena pria itu. Pria yang menganggap dirinya adalah ayah Junhyung. Kenapa ia harus menjadi seperti ini, kenapa harus dirinya yang dipilih.

Junhyung mendengus. Nafasnya berhembus begitu berat. Ia hanyalah seorang remaja biasa pada awalnya, hingga ayahnya memberitahukan sesuatu yang cukup besar bagi dirinya. Tentang siapa ayahnya itu sebenarnya.

=====

Pria besar yang baru saja memanggil Junhyung masuk kedalam kantornya itu menyalakan rokok yang di gulungnya sendiri, kemudian menghisapnya dan menghembuskannya banyak-banyak hingga asap putihnya mengepul memenuhi sebagian ruangan. Junhyung hanya memandang ayahnya tanpa bertanya apapun. Bukan hal aneh melihat ayahnya merokok. Yang membuatnya merasa aneh adalah ruangan yang disebut sebagai kantor ayahnya ini. Tidak terlihat seperti sebuah kantor.

Pria berkulit gelap itu memakai kemeja putih yang digulung tiga perempat dan celana bahan warna abu-abu, juga dasi yang terkalung di lehernya dengan serampangan. Pakaian yang biasa digunakan oleh pekerja kantoran. Namun ruangan ini tidak mencerminkan pekerjaan yang selama ini diketahui oleh Junhyung. Matanya masih menjelajahi seluruh isi ruangan ini hingga suara berat ayahnya memanggilnya.

“Kenapa? Kaget?” katanya. Junhyung bisa melihat bibir ayahnya yang mengapit ujung rokok itu menyeringai tipis. “Maaf, ayah nggak bilang dari awal sama kamu!” katanya lagi. “Tapi ayah pikir, sekarang kamu harus tau apa yang ayah kerjakan selama ini!”

Junhyung masih tak menjawab. Bukan karena ketakutan, ia memang jarang sekali berkomunikasi dengan ayahnya seperti ini. Ayahnya jarang pulang, dan saat pulang, ayahnya akan banyak bicara sedangkan dirinya hanya diam dan mendengarkan. Ia malas meladeni pembicaraan ayahnya yang terlalu banyak.

“Oh ya, sebelumnya.. ayah ingin memberikanmu ini!” ayahnya mengeluarkan sebuah kotak berwarna biru dongker dari dalam laci mejanya, memberikannya pada anak laki-lakinya yang berdiri jauh di hadapannya dengan kedua tangan berada didalam kantong celananya. Junhyung menerimanya, namun ia tidak langsung membukanya. “Bukalah!” katanya lagi, memperhatikan kotak itu dengan bangga. “Itu hadiah ulang tahun! Maaf, ayah telat dua bulan!” Junhyung mendengus, kemudian membuka kotaknya pelan. Ia menaikkan kedua alisnya begitu mendapati sebuah benda berwarna hitam berada didalam kotak yang tidak terlalu besar itu. Sebuah revolver. 

“Benda itu sedang hot di kalangan polisi lho! Mereka mencari sumber benda ini!” Junhyung tidak mengerti. Bagaimana mungkin seorang anak SMP tahu tentang ini. Ia bahkan tidak pernah menyimak berita di televisi.

“Ayah bekerja sebagai distributor benda ini! Juga beberapa benda lagi! Dan cukup sukses! Makanya kamu bisa makan enak setiap hari! Kamu bisa pakai pakaian mahal! Bukankah menyenangkan?” Junhyung masih belum mengerti apa yang dibicarakan ayahnya. Lalu kenapa kalau ia jadi kaya karena benda itu? Bukankah tidak salah jika itu adalah sebuah pekerjaan?

Pria besar itu menjepit rokoknya di antara telunjuk dan jari tengahnya, kemudian menghembuskan asap putih dari mulutnya, memandangi Junhyung yang masih berdiri diam di hadapannya dengan kedua tangan membawa kotak ‘hadiah ulang tahunnya’ itu. “Makanya, ayah ingin kamu meneruskan ini! Menjadi distributor senjata di Korea Selatan! Ayah akan mengajarimu mulai sekarang! Tenang saja! Ayah sudah termasuk besar dalam usaha ini, jadi kau nggak akan kesulitan lagi mencari channel nya!”

Ia menghisap rokoknya sekali lagi sebelum akhirnya mematikannya diatas asbak kacanya dengan asal. Ia menghembuskan lagi sedikit asapnya sebelum bicara pada Junhyung. “Kamu nggak tanya kenapa polisi mencari ini?” tanya ayahnya pada Junhyung dengan menaikkan sebelah alisnya.

“Kenapa?” untuk pertama kalinya Junhyung membuka suaranya. Ayahnya mendesis, menyeringai tipis.

“Karena benda ini ilegal!” jawabnya. “Ayah ini mafia, Yong Junhyung..”

=====

Junhyung melepas nafas berat sekali lagi. Ia tidak mengerti kenapa harus dirinya dari seluruh remaja yang ada didunia ini, yang harus menjalani hidup seperti ini. Meneruskan jalan seorang pria yang mengaku ayahnya. Kenapa harus dirinya? Kenapa bukan..

Pikiran Junhyung teralihkan saat tiba-tiba saja seseorang membuka tirai di samping ranjang UKS yang ia tempati. Seorang siswa dengan rambut diikat seperti samurai memandangnya dengan kedua mata sipitnya yang sedikit membesar karena terkejut. Woo Jiho..? Batin Junhyung.

“Oh.. sorry! I thought nobody’s here..” katanya, kemudian hendak menutup tirai yang sama sebelum Junhyung menghentikannya.

Sorry.. Woo Jiho! Bisa bicara sebentar?”

--

I think it’s ridiculous! Gimana mungkin saya ngelakuin semua tuduhan-tuduhan itu? Nonsense banget tau!!” jawab Jiho, mencoba untuk tidak meluapkan emosinya. “Well, mungkin kalo karena penampilan, it’s ok! I admit it! But.. emang dosa apa yang udah saya lakuin ke mereka?” Jiho berdecak. Junghyun mengangguk-angguk pelan. Jadi semua ini bener-bener cuma salah paham. Ia jadi merasa bodoh karena percaya begitu saja dengan omongan-omongan tanpa kejelasan ini.

Seonbaenim, apa semuanya mengalami hal ini?” tanya Jiho kemudian. Junhyung segera memecahkan lamunannya sendiri mendengar Jiho bertanya sesuatu padanya.

“Umhh? Engga sih.. rumor sih sering, cuma nggak separah kamu juga!” Junhyung menjawab seadanya. Ia tidak mau terlihat sok akrab dengan bocah ini. Karena ia tahu, Jiho akrab dengan Jiyong.

Helaan nafas terdengar dari arah Jiho, membuat Junhyung melirik sedikit ke arahnya. Bocah itu memandang keluar jendela UKS. “Jadi.. emang mending aku balik ke state aja ya.. males banget disini cuma jadi bahan bully-an!” gumamnya pelan. Junhyung tidak menjawab. Seperti biasa, ia tidak ingin banyak bicara. Ia hanya mendengarkan dan mungkin mengiyakan apa yang dikatakannya. Setidaknya kini ia sudah bisa merasa lega. Jiho benar-benar hanya remaja biasa.

~***~

“HAHAHAHAHAH!!! Anak sekolah sini pada bego apa ya?” Seunghyun tertawa terbahak-bahak setelah mendengar pembicaraan teman-teman sekelasnya. Ia duduk di jendela koridor kelasnya, memunggungi koridor, menghadap ke gerombolan teman sekelasnya yang duduk di bangku yang berdekatan, sedang membicarakan rumor dari siswa kelas satu yang sama sekali nggak masuk akal itu.

“Gue juga ga habis pikir! Sampe segitunya mereka bikin rumor itu! Padahal gue liat anaknya baik-baik aja tuh!” Joongki, yang entah bagaimana bisa bergabung dengan kelompok itu, menimpali komentar Seunghyun. Mungkin karena dia bosan di kelas terus nggak ada hiburan, akhirnya ia keluar menghadapi peradaban yang lebih ramai.

“Guru-gurunya juga pada bego masa kemakan omongan muridnya! HAHAHAHAHA!!” Seunghyun tertawa terbahak-bahak sendirian, sementara entah kenapa teman-temannya yang lain tidak ikut tertawa. Mereka malah memandang ke arah Seunghyun dengan pandangan mata yang aneh. Seperti kode, namun Seunghyun tidak memperhatikannya karena terlalu sibuk tertawa. Hyunseung hanya mendengus, kemudian pura-pura membuka buku pelajarannya, sementara Joongki terkekeh memperkirakan apa yang akan terjadi setelah ini.
“Guru-guru yang mana yang bego Choi Seunghyun haksaeng?” sebuah suara yang sangat dikenal Seunghyun -bahkan ia sudah sangat mengakrabkan diri dengan suara itu-, muncul tiba-tiba dari balik punggungnya. Menghentikan tawa Seunghyun begitu saja. Seunghyun menoleh hati-hati, seperti di belakangnya ada hantu yang sudah siap menerkamnya jika ia sudah melihat wajahnya.

“P-Park Ju-Jungsoo S-s-sonsaengnn-nim..?” Seunghyun bergetar, sementara teman-temannya mencoba menahan tawa. Park Jungsoo tersenyum lebar, sementara Seunghyun mencoba tersenyum dengan lebar yang sama. “A-annyeong haseyo~!”

Annyeong haseyo annyeong haseyo! Nggak nyadar tadi abis ngatain bego!?” Park Jungsoo menempeleng Seunghyun, membuat teman-temannya yang semula menahan tawa, kini tak bisa membendungnya lagi dan melepaskannya begitu saja. Termasuk Hyunseung yang hanya terkekeh karena malas untuk tertawa keras-keras(?).

Park Jungsoo segera menghilangkan tampang kesal, kemudian terlihat sok akrab dengan siswa-siswanya itu. “Lagi pada ngobrolin apa sih? Asik banget kayaknya, sampe si botak ini duduk di jendela?” tanya guru muda itu pada yang lain, sementara Seunghyun menoleh ke arah lain dan mencibir Jungsoo terang-terangan. Joongki terkekeh pelan.

Memang bukan yang pertama Jungsoo sok akrab dengan siswanya seperti ini. Sudah menjadi kebiasaan dirinya berkeliaran di saat jam istirahat, mendatangi kelas dimana ia yang menjadi walinya, kemudian bergabung dengan siswanya untuk mengobrol. Siswa-siswanya juga tidak merasa terganggu dengan ini, mereka malah senang. Karena kadang Jungsoo akan datang membawa makanan untuk dibagikan kepada semuanya.

Itulah mengapa siswanya tidak canggung saat harus menjawab pertanyaan Jungsoo seperti itu.

“Itu lho saem, rumor anak-anak kelas satu! Si.. Jiho itu! Katanya dia ngancem anak kelasnya, suruh nelen kardus susu!” jawab salah satu dari mereka. Jungsoo mengangguk pelan, seperti mengerti apa yang mereka bicarakan.

“Yoon saem juga ngomongin itu di kantor tadi! Jadi penasaran sama anaknya!” gumam Park Jungsoo yang masih cukup keras untuk didengar siswa-siswanya itu. “Kejadian sekali seumur-umur saem jadi guru nih! Anak-anak sekarang terlalu ekspresif ya!” katanya, kemudian mendorong Seunghyun hingga ia hendak terjatuh dari jendela. Park Jungsoo pergi sambil terkekeh, sementara Seunghyun mengumpat ke arah gurunya itu tanpa mengeluarkan suara. Namun ketika Jungsoo menoleh untuk memeriksa kedalam kelasnya melalui pintu belakang, Seunghyun mengembalikan pandangannya kedalam kelas dan berakting seakan sebelumnya ia tidak melakukan apapun, memancing gelak tawa dari teman-temannya.

~***~

Jungsoo baru saja kembali ke kantornya, ketika ia melihat seseorang berdiri didepan mejanya dengan dua buah dokumen, entah apa isinya. Ia guru kesehatan, entah untuk apa datang kesana, bahkan masih mengenakan jas dokternya yang berwarna putih. Jungsoo segera mendekatinya, menepuk pundaknya untuk membuat dokter itu menoleh.

“Ah.. Jungsoo-ya!” katanya.

“Ada apa Yang saem? Kenapa tiba-tiba datang kemari?” katanya, seraya duduk dikursinya sendiri. Pria yang disebut Yang saem itu menyodorkan dua lembar dokumen yang ia bawa itu kepadanya.

“Ada dua siswa yang membolos di UKS ku tadi! Tsk.. aku nggak bisa lama-lama membiarkan tempat kerjaku menjadi tempat untuk sembunyi dari pelajaran!” katanya sebal. “Seharusnya UKS jadi tempat perawatan siswa yang sakit, bukan tempat perawatan siswa malas!” tambahnya. Ia melipat kedua tangannya didepan dada dengan ekspresi kesal terpancar di wajahnya.

Park Jungsoo terkekeh mendengarnya. Tapi ia merasa berterima kasih dengan guru kesehatan ini, karena tugasnya sebagai tata tertib sekolah merasa terbantu.

“Oh! Gomawo! Kembalilah bekerja! Aku akan mengurus ini!” katanya sambil menepuk pinggang Yang saem, menyuruhnya kembali ke ruang kesehatan.

Jungsoo saem membaca lembar pertama yang dilihatnya setelah ia memposisikan kursinya dengan benar didepan mejanya. “Yong Junhyung..” ia menggumamkan nama siswa tersebut, kemudian membaca data diri dan prestasi yang tertulis didalam dokumen tersebut. Sesekali ia mengerutkan wajahnya, terutama saat membaca nilai-nilai yang ia dapatkan tahun lalu. Hanya cukup untuk naik kelas. Ia mendecakkan lidahnya, kemudian melanjutkan bacaannya. “Ah.. dia belum pernah melanggar peraturan..?” ujarnya sejenak, kemudian mengangguk pelan. “Oke, mungkin hanya sedikit peringatan!” katanya, kemudian menyingkirkan dokumen milik Junhyung dan berpindah pada dokumen kedua.

“Woo.. Jiho?” ia mengkerutkan keningnya, kemudian membaca ulang, hingga ia menyadari bahwa data ini milik siswa yang menjadi buah bibir sekolah. “Ah.. si Woo Jiho itu..” katanya.

Ia membaca satu persatu tulisan yang ada dalam dokumen itu, hingga sesaat kemudian kedua matanya melebar. Ekspresinya menunjukkan bahwa ia seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja dibacanya. Namun matanya terus menjelajahi seluruh tulisan dalam dokumen itu hingga habis. Kemudian ia tidak berkomentar apapun lagi selain, “Jinjja?”

~***~

“Heh! Kok gue jadi ikutan ngangkat-ngangkat buku! Gue kan bukan anak kelas lo!” Jiyong protes, sementara kedua tangannya sibuk membenarkan posisi buku-buku yang baru diambilnya bersama Jinki dari dalam perpustakaan. Buku yang diminta guru biologi kelas Jinki untuk dipinjam dari perpustakaan dan digunakan pada pelajaran biologi mereka setelah istirahat. Awalnya Jinki datang sendirian, ia pikir ia bisa mengangkat semuanya sendiri. Namun ternyata sepertinya mustahil. Jadi ia asal memanggil siapapun yang sedang melewati perpustakaan untuk membantunya. Dan kebetulan saja Jiyong sedang ada disana.

“Udah, diem deh lu! Ntar gue traktir choki-choki sebagai bayarannya! Oke?” katanya tanpa peduli Jiyong akan mengamuk padanya setelah ini.

“Anjrit! Lo pikir gue anak SD dikasi choki-choki?” bantahnya tidak terima. Tapi Jinki tak mengindahkannya. Ia tetap berjalan mendahului Jiyong dengan tumpukan buku cetak dalam pelukannya.

Mereka berjalan melewati ruang rapat yang biasanya digunakan oleh kepala sekolah dan guru-guru kesiswaan untuk menjalankan rapat. Ya tentu saja ruang rapat buat rapat, bukan buat main gobak sodor! (Kenapa juga mesti gobak sodor?). Dan saat itu, sepertinya ruangan itu sedang digunakan guru-guru tersebut untuk menjalankan rapat darurat, karena memang biasanya rapat tidak dijalankan pada jam seperti ini, saat memasuki jam pelajaran.

Entah iseng atau benar-benar penasaran (atau karena dia agak malas dengan kelakuan Jinki yang seenaknya), Jiyong berhenti tepat didepan pintu ruang rapat itu. Menempelkan telinganya rapat-rapat pada lubang kunci pintu ruangan itu,mendengarkan baik-baik apa yang sedang dibicarakan didalam.

Jinki yang merasakan tak ada lagi hawa kehidupan dibelakangnya, berhenti sejenak, kemudian menoleh. Ia menemukan Jiyong sudah jauh berada di belakangnya. Rupanya bocah itu sudah tidak mengikutinya lagi. Jinki berdecak, kemudian berjalan kembali mendekati Jiyong untuk mengajaknya bergegas.

Yah! Cepetan balik! Bukunya udah mau dipake!” ajak Jinki sambil menggoyangkan dagunya, menunjuk ke arah yang akan ditujunya. Namun Jiyong malah mendesis untuk menyuruhnya diam.

“Diem ah! Bentar!” katanya, kemudian kembali berkonsentrasi menguping kedalam ruang rapat.

Jinki menaikkan sebelah alisnya. Lama-lama ia juga penasaran dengan apa yang sedang didengarkan Jiyong. Ia ikut menempelan telinganya di permukaan pintu yang lain, menghadap ke arah Jiyong. Keduanya melirik ke atas, seperti mereka bisa melihat keadaan didalam dari atas. Hingga sesuatu terdengar dan membuat mata keduanya terbelalak.

“Sidang?” bisik keduanya bersamaan.

Jiyong menggumamkan sesuatu kearah Jinki tanpa suara. Menginstruksikannya untuk tidak bicara terlalu keras. Jinki hanya mengangguk mengiyakan, dan mereka melanjutkan kegiatan menguping mereka.

“Ngomong-ngomong, siapa sih yang mau disidang?” Jinki bertanya dengan suara pelan kemudian. Meski ia bisa mendengar dengan jelas kata ‘sidang’ dari dalam, namun ia tidak tahu siapa yang sedang dibicarakan didalam.

Jiyong tampak berkonsentrasi sejenak, sebelum kemudian ia menegakkan badannya. “Lee Jinki!”

“Hahh?? Gue?” Jinki panik. Mengkerutkan kedua alisnya. Ia tidak mengerti kesalahan apa yang sudah ia lakukan sampai dirinya akan disidang oleh sekolah, hingga guru-guru melaksanakan rapat darurat seperti itu.

“Bukan, sipit! Gue manggil elo!” meskipun agak kesal, tapi setidaknya jawaban itu membuatnya lega, jadi bukan dia siswa sasaran sidang itu.

“Terus siapa?”

“Lo tau apa yang gue pikirin?” bukannya menjawab pertanyaan Jinki, Jiyong malah bertanya kemudian, dengan senyum mencemooh di wajahnya. Jinki hanya menaikkan kedua alisnya tak mengerti. “Gue nggak tahu, siapa yang bego dan siapa yang otaknya waras disini!” katanya, kemudian menumpukkan buku yang ada dipelukannya keatas tumpukan buku yang ada di tangan Jinki. Jiyong pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun, meninggalkan Jinki yang terbengong sendirian.

Kemudian ia mengerti. Jiyong melakukan ini karena ia ingin kabur darinya. “Aigoo..! Bocah tengik!” umpatnya, menyadari kebodohan yang baru saja dilakukannya.

~***~

Jam pelajaran fisika sudah usai di kelas dimana Woo Jiho belajar. Seluruh siswa segera menutup buku masing-masing dan menggantinya dengan buku pelajaran lain setelah fisika. Namun sebelum guru fisika benar-benar pergi dari kelasnya, ia memanggil Jiho untuk maju, kemudian memberikan selembar amplop kepadanya. Dari bagian kesiswaan dan tata tertib.

Jiho memandanginya. Ada hawa-hawa tidak nyaman ketika ia mendapatkannya. Apa ada sesuatu yang terjadi? Sekolah bermasalah dengan dirinya? Sebenarnya dia berharap didalamnya adalah uang beasiswa. Tetapi sepertinya tidak mungkin.

Soohyun yang sejak tadi memperhatikannya, akhirnya buka suara untuk menanyakannya. Ia penasaran dengan isinya. Siapa tahu isinya tiket main ke lotte world, pikirnya.

“Itu apa?” tanya Soohyun singkat, tanpa mengalihkann pandangannya dari amplop putih di tangan Jiho.

“Amplop!”

“Ya gue tau itu amplop! Masa kacang!” Soohyun berteriak kesal.

“Oh.. aku juga belum tau sih! Aku buka dulu!” jawabnya. Jiho menyobek bangian samping amplopnya yang direkatkan dengan lem, kemudian membuka dan mengambil kertas yang ada didalamnya. Sebuah surat.

“Asiiik!! Jiho dapet surat cinta dari guru fisika!” ujar Kibeom sok imut, sampai melakukan ‘aing~’. Soohyun ngelempar botol minum ke Kibeom.

Jiho tak mengindahkan kedua temannya yang memang agak aneh itu, ia masih sibuk membaca suratnya itu sampai ia bisa menyimpulkan perasaan tidak enak yang dirasakannya saat mendapatkan surat itu.

“Teman-teman..” gumamnya, membuat dua orang temannya yang sibuk beradu lempar barang itu mengalihkan perhatian mereka padanya. Jiho menegakkan wajahnya. Memandang kedua temannya dengan ekspresi tegang. “Aku disidang!”

What?” “M-mwo??”

-To be Continue-

HAHAHAHAHA.. maafkan aku teman-teman!!! xO

buat yang nungguin ini dan masih setia nagih~ emang udah kelamaan yaa apdetnya.. kalo di inget-inget sih, ff ini jadi kayak serial 4 bulanan.. hahaha padahal tadinya mau dibikin rilis tiap dua minggu..
tapi kesibukan ku kemaren bikin ff ini keluar out of date! jauh dari tepat waktu! JEONGMAL MIANHAEYO~!!!

tapi akhirnya yang ke 4 apdet juga.. dengan menjawab satu misteri dari salah satu tokoh.. jeileh..
nantikan misteri-misteri dari tokoh lainnya.. semoga yang selanjutnya bisa rilis tepat waktu yaa.. ^^

Comments are loved! and I Love You!!

thank's alot!! ^^

-Keep Shine Like HIKARI-

1 comment:

  1. ckck ith guru emg bego yah kemakan ama gosip gaje gt, haha
    oww ternyata junhyung anak mafia.. Haha tpi kykny emg jiho yg lbh cocok jd mafia haha

    updateny jgn lama2 napa.. Xp

    ReplyDelete