Saturday, September 22, 2012

CREW 3 -Complicated-

Finally, CREW 3 is OUT!! YOROBUN, tepuk tangan plis~!! *clap clap*
Hohoho.. butuh waktu cukup lama untuk menentukan kemana arah cerita ini nantinya..
jadi, maaf kalo malah serasa jadi ff 4 bulanan gini~ ><

CREW
-Complicated-


Story by : LIGHT a.k.a C Drago

Cast : Woo Jiho (BLOCK B Zico), Song Joongki, Choi Seunghyun (BIGBANG TOP), Jang Hyunseung (BEAST Hyunseung), Yong Junhyung (BEAST Junhyung), Lee Jinki (SHINee Onew), Kwon Jiyong (BIGBANG G-Dragon), Kim Soohyun, Kim Kibum (SHINee Key)

Suported Cast : Park Jungsoo sonsaengnim (Super Junior Leeteuk) *mungkin bakal sering muncul nantinya)

Rate : tebak sendiri (alibi ga ngerti gituan)

Genre :Shonen

Length : 3/? 

Author Note : maafkan english ku yang buruk teman-teman~
====================================

How? Is it good?” tanya Jiyong begitu musik kelima yang ia putarkan usai di perdengarkan. Jiho nampak terpaku sejenak, namun kemudian tersadar dan mengangguk pelan beberapa kali. Ia tersenyum tipis.

Not bad!” katanya. Jiyong tersenyum simpul. “Someday, you’ll be a great musician!” tambahnya.

Thanks!” ujar Jiyong malu-malu.

Ia merapikan mejanya, mematikan laptopnya dan memasukannya kedalam kantongnya, kemudian ke ranselnya yang tergeletak di atas meja tak jauh dari tempatnya sekarang. “I’m so hungry.. wanna go eat with me?” tanya Jiyong seraya memakai ranselnya di punggung. Ia melirik kearah jam dinding di ruangan itu. “Not dinner time yet.. but my stomach can’t wait! I will treat you then!” katanya lagi.

Really?”

Jiyong mengangguk. “Let’s call it.. greeting party? Kk..” keduanya terkekeh. “Let’s eat Jjajangmyeon! You must be like it, I think!”

Hey, I’m a Korean by the way! I know Jjajangmyeon, I ate that since in play group, you know!” sanggah Jiho, kemudian keduanya tertawa lirih.

“Ahh.. sampe lupa kalo lu orang korea juga! Abis ngomong inggris mulu sih~” keduanya tertawa terbahak-bahak, kemudian bergegas keluar. Saking sibuk ngakak, Jiho nggak sadar didepannya ada buffet setinggi bibirnya, dan saat itu juga bibirnya mencium pojokan lemari dengan bunyi yang sangat keras.

“ARGGGHH!!” teriaknya, kemudian mundur beberapa langkah, terhuyung, sambil memegangi bibirnya yang terasa super sekali!

Are you alright?” tanya Jiyong. Jiho hanya mengangguk karena rasanya belum bisa ngomong dengan bibir se sakit itu. Dia diem, dan melanjutkan langkahnya keluar dari ruangan itu dengan tangan menggosok-gosok bibirnya.

Jiho sudah berdiri di depan pintu, namun Jiyong belum benar-benar sampai diluar mengikuti Jiho yang masih bawa-bawa koper itu, ia malah berbalik sebentar untuk mengambil sesuatu yang kelupaan didalam. Sedangkan Jiho di luar menunggu, sambil melihat kesana-kemari, kearah siswa-siswi yang masih ada di sekolah sampai sore karena mengikuti ekstra kulikuler. Sesaat ia rasakan bau anyir dan sedikit asin di bibirnya. Ia angkat tangannya untuk menyekanya. Ternyata bekas terbentur tadi menyisakan luka.

Ia melirik kearah siswa-siswi di sekitarnya karena ia merasa banyak pasang mata memperhatikannya sejak tadi. Benar saja, mereka memperhatikan Jiho dengan pandangan ketakutan ke arahnya. Bukannya datang dan menolongnya. Beberapa detik kemudian seluruh siswa di lorong itu bergegas pergi dengan langkah cepat kemanapun arahnya. Jiho mendengus sebal. Namun masih nggak ngerti kenapa mereka melakukannya. Dan tak lama Jiyong keluar sambil mengenakan topi di kepalanya. “Kajja!” ajaknya, dan bergegas mendahuluinya. Jiho mengusap lukanya sejenak dan melihat ujung jempolnya, kemudian mengikuti Jiyong sambil menenteng kopernya di bahu.

*

“Umh.. it’s good! Aku suka acarnya!” untuk pertama kalinya Jiho ngomong bahasa Korea setelah sekian lama ia berkomunikasi dengan semua orang menggunakan bahasa Inggris. Jiyong menyunggingkan senyum tipis, seraya mendorong acar lobak bagiannya pada Jiho.

Mogeo! Aku yakin kamu udah lama banget nggak makan makanan ini!” ujar Jiyong, kemudian kembali menghabiskan Jjajangmyeonnya.

Keduanya menghabiskan mie dengan saus warna hitam itu dalam diam. Jiyong terus memperhatikan layar ponsel di tangan kirinya sementara tangan kanannya yang memegang sumpit sibuk menyuapkan mie ke dalam mulutnya. Jiho melahap acar lobaknya banyak-banyak setelah menyuapkan Jjajangmyeon sampai hampir penuh di mulutnya. Matanya yang tajam dan tampak menusuk itu memandang ke segala arah, di setiap sudut restoran mie china tempat mereka makan. Tak lama ia mengembalikan lagi perhatiannya pada Jiyong, hendak mengatakan sesuatu, “Mff.. brff.. mrrff.. ..” ia terdiam. Sadar bahwa hampir separuh dari isi mulutnya keluar bertebaran di atas meja. Matanya menatap kearah meja, kemudian kearah Jiyong, kembali lagi ke meja, dan kearah Jiyong lagi, dan ia telan seluruh makanan yang masih tersisa di mulutnya itu bulat-bulat. “Sorry.”

Jiyong terkekeh, meletakkan sumpitnya, kemudian mengambil tissue untuk mengelap makanan yang berceceran di atas meja itu. “Waktu pertama gue liat elo, gue pikir lo serem.. ternyata!” Jiyong tertawa sambil terus membersihkan mejanya, dibantu Jiho yang juga merasa bertanggung jawab dengan apa yang baru saja ia perbuat.

“Serem?” Jiho menaikkan sebelah alisnya.

Jiyong mengangguk. Ia mengumpulkan tissuenya setelah mejanya bersih, dan kembali menggenggam sumpitnya untuk meneruskan makannya. “Aura mu, preman banget!” katanya, kemudian terkekeh.

Jiho menegakkan duduknya sambil mengunyah lobak yang baru saja ia masukkan kedalam mulutnya. “By the way, Ji.. umh.. s-seonbaenim, apa semua anak SMA di korea itu begitu ya?” katanya ragu.

“Gitu gimana?” sambil mengunyah mie nya Jiyong balik bertanya.

“Apa mereka semua takut sama orang baru? Kenapa aku di asingkan sama mereka? Dan.. kenapa ada yang bilang aku bawa koper berisi mayat? Is that their joke?” katanya dengan tampang super polos yang bahkan seorangpun di sekolah tak aka nada yang mengira Jiho bias mengeluarkan wajah seperti itu.

Yha! Kamu nggak ngerti?” tanya Jiyong sambil terkekeh cukup keras. Ia baru menyadari betapa polosnya bocah bertampang sangar itu. Membuatnya terpingkal sejak awal mereka keluar dari studio musiknya.

“Ngerti? Mwohae?”

Jiyong makin ngakak. Tapi ia juga tak berniat untuk menjelaskan kebingungan Jiho. Ia biarkan Jiho berbingung-bingung ria sambil berteriak-teriak meminta penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi di sekelilingnya.

*

Tommorow

Sebuah buku dibanting pelan di atas meja Jinki, membuat si pemilik meja mendongakkan kepalanya ke atas, mendapati seseorang yang tak terpikirkan olehnya datang menghampirinya. “Gue bukan Junhyung, jadi jangan kecewa!” katanya, kemudian nyengir seraya menghampiri kursi didepan bangku Jinki dan duduk disana, mengarah ke samping.

Jinki tak terlalu menanggapi omongannya. Ia lebih tertarik pada buku yang baru saja tergeletak di mejanya. Buku yang sudah hampir 2 tahun tak pernah ia lihat lagi setelah membelinya pada tahun yang sama. Buku itu menghilang 3 hari setelah ia membelinya tanpa pernah membacanya sama sekali. “Kemarin gue beres-beres kamar, nemu buku itu nyelip di bawah lemari! Maap, baru gue balikin sekarang!” katanya sambil nyengir kuda.

“Ckk! Udah basi, Ji! Ngapain juga lu balikin ke gue? Buat elo aja, gue juga udah punya di rumah!” Jinki melemparkan bukunya kembali pada Jiyong. “Lagian itu buku SMP, buat apa juga lo balikin ke gue?”

“Ga ada Junhyung lu jadi sewot gini?” goda Jiyong sambil ngikik-ngikik sebelum akhirnya ia tiba-tiba terjerembab(?) ke lantai dan menghentikan kikikkannya. Jinki menendang kursinya sampai terbalik. Mantan atlit taekwondo sampe sabuk ijo doank tapi. “Apho!” rintih Jiyong. Ia bangun, membersihkan baju seragamnya dan merapikannya sedikit, kemudian kembali duduk di tempat semula setelah membenarkan kembali posisi bangkunya.

“Betewe, Ji, gue liat lu akrab banget sama anak baru itu? Sodara lu ya?” Jinki kepo. Kini gentian dia yang nyengir-nyengir ke Jiyong penuh semangat.

“Kenape? Lu bosen sama Junhyung, trus mo ganti partner jadi Jiho ya?” Jiyong ngakak-ngakak, tapi sekarang ga jatuh lagi karena dia udah duluan berdiri sebelum Jinki sempat menendang kursi yang ia duduki. Jiyong berbalik, mengembalikan letak kursinya dan mendudukinya lagi seperti semula. “Dia bocah paling polos yang pernah gue temuin, Jinki-a!” ujar Jiyong, bibirnya tak bisa berhenti menyunggingkan senyum mengingat apa yang terjadi di restoran mie kemarin.

“P-polos?” Jinki berpikir. Dia tahu bocah ini anak baik, tapi dari penampilannya, tak menunjukkan sedikitpun ada kepolosan didalam dirinya yang bertampang preman tanah Seoul(?) itu. Dari mana polosnya? “Lu nggak salah?”

“Gimana gue bisa salah? Orang dari kemaren gue main sama dia!” Jiyong terkekeh, berdiri, kemudian berjalan menjauhi Jinki keluar dari kelasnya. Jinki masih cengo memikirkan hal yang sebenarnya ga gitu penting juga untuk dipikirkan.

Sementara itu di sebuah kelas, 3 orang siswa kelas 1 tengah bergumul di spot mereka yang biasa. Di pojokan kelas yang tak ada seorangpun yang berani mendekat. Jiho duduk di bangkunya di dekat jendela seperti biasa, sementara 2 orang lainnya sibuk main catur jawa menggunakan kertas yang mereka sobek dari buku catatan, di atas meja Jiho. Berdua rame-rame, sementara Jiho hanya memperhatikan keduanya sambil bertopang dagu.

Yha! Di amerika kamu nggak pernah di ajarin main ginian, hah?” tanya Kibum kemudian mencoretkan lingkaran di salah satu kotak, dan dia kembali memenangkan pertandingan yang sudah mereka lakukan sebanyak 15 kali itu. “ASSA~!! Kim Soohyun! Lo bayarin gue jajan selama sebulan! HAHAHAHA!!” dan dia tampak nggak memperdulikan lagi pertanyaan yang baru ia lontarkan pada Jiho. Sementara itu Soohyun membanting pensilnya dan menjatuhkan dirinya diatas meja, lemas.

“Tega lo Ki!” Soohyun menggerutu. Ia menegakkan duduknya, kemudian mengambil dompet dari saku celananya, memeriksa sisa uang yang ia punya. Kibum berjoget ria sebagai upacara(?) kemenangannya, sementara Soohyun masih meratapi nasibnya, nraktir orang selama sebulan dengan duit setipis kertas HVS 40 gram itu. “Lo punya duit ga, Jiho-ya?” Soohyeon merengek.

Jiho tak menjawab. Ia merogoh saku jas seragamnya, mengambil sesuatu dari dalamnya, kemudian memberikannya pada Soohyun. UANG! Itu yang ada dipikiran bocah itu. Dengan mata bergambar mata uang KRW, Soohyun mengambil dan memeriksanya. Sebuah kertas, dengan tulisan : hwaiting!! Kembalilah Soohyun dalam keadaan lemas.

Jiho bergegas keluar setelah ikut “membully” Soohyun, ia ingin main ke studio musik sekolah tempat dimana ia bertemu dengan Jiyong kemarin. Entah kenapa dirinya merasa seperti terbius oleh Jiyong. Oke, bukan dalam konteks yang miring. Maksudnya, ia kagum dengan apa yang dikerjakan seniornya itu, dan ia tertarik. Mungkin ia mulai menjadi fans.

Jiho membuka pintu studio itu sedikit, kemudian mengintip kedalamnya. Kosong. Jam istirahat ini Jiyong tak ada disana. Ia tak tahu bisa menemui bocah itu dimana selain di ruangan itu. Jiho menutup pintunya kembali, kemudian berbalik dan mengedarkan pandangannya ke koridor, dimana anak-anak yang masih juga takut dengannya, berlalu lalang tanpa berani memandang kearah Jiho. Jiho mengeluarkan salah satu tangannya yang semula berada di saku celananya untuk menggosok bagian belakang tengkuknya. Ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sekolah itu. Semuanya terlalu membingungkan baginya. Ataukah hanya dia yang terlalu bodoh untuk mengerti semuanya?

*
Junhyung tampak berpikir keras setelah ia kembali dari suatu tempat. Kedua tangannya terselip di saku celananya, dengan sedikit menunduk, ia terus berjalan sambil memikirkan sesuatu. Dahinya mengkerut hingga kedua alisnya hampir bertemu. Sesaat ia tampak tidak yakin dengan sesuatu, namun sesaat kemudian ia terlihat menemukan sebuah jawaban, namun kembali lagi dengan keraguan di ekspresi wajahnya.

Ia sampai didalam kelasnya. Tak banyak bicara, ia bergegas duduk di bangkunya, masih memikirkan hal yang sama dengan sebelumnya. Tak lama ia menegakkan badannya dan menoleh kearah Jinki yang duduk di bangkunya sendiri yang ada di sebelah kanan bangku Junhyung. Namun sebelum sempat berkata apa-apa, ia mendapati seseorang tengah mengobrol dengan Jinki, membuatnya melupakan pertanyaan yang sudah ia susun sebelumnya didalam otaknya. “Ngapain lo disini?” ujar Junhyung pada orang yang tengah mengobrol dengan Jinki itu.

Salah satu sudut bibir Jiyong naik, menyunggingkan senyum yang terlihat menyebalkan. “Wae?”

“Kelas lo di sebelah! Lo salah masuk!” Junhyung menjawab. Ia terlihat sebal melihat Jiyong berada disana.

Yha! Yong Junhyung!” Jinki berteriak memperingatkan. Sebenarnya semuanya juga sudah tahu Junhyung tak pernah suka pada Jiyong karena suatu alasan yang tak pernah diketahui siapapun. Bahkan Jiyong pun tak tahu kenapa Junhyung begitu benci padanya. Tapi Jinki tak suka dengan sikap Junhyung. Ia merasa Jiyong tak melakukan kesalahan apapun yang pantas untuk dibenci.

“Diem lu ayam!” Junhyung ngamuk.

Arraseo! Arraseo! Gue pergi!” Jiyong beranjak dari duduknya. Ia memandang kearah Junhyung. “Meski gue nggak tahu kenapa lo bersikap gini sama gue! Ckk..” Jiyong berlalu, menyempatkan menepuk bahu Jinki. “Gue balik ya! Jinakin tuh piaraan lo! Nyeremin!” katanya.

Junhyung muntab. Ia beranjak untuk menghampiri Jiyong dan hendak memukulnya, sebelum Jinki berdiri untuk mencegahnya. Ia menarik lengan Junhyung dan membanting bocah itu untuk kembali duduk di bangkunya. “Gue ga peduli sebesar apa rasa benci lo ke Jiyong! Tapi jangan pernah lo pake tinju lo itu buat sesuatu yang ga beralasan!” Jinki memperingatkan Junhyung, kemudian kembali duduk di bangkunya, dan melanjutkan novel yang ia baca sebelum Jiyong datang menghampirinya.

Junhyung mengubah posisinya menghadap ke papan tulis. Tak melakukan apapun, matanya mengarah ke depan. “Gue masih penasaran kenapa lo benci banget sama Jiyong! Dia bukan orang jahat, bahkan lebih preman elo dibanding dia!” gumam Jinki, namun masih bias didengar oleh Junhyung meski samar-samar.

Ia hanya menghela nafas, tak menanggapi sedikitpun apa yang diucapkan Jinki padanya. Jinki melirik Junhyung, kemudian kembali menekuni novelnya tanpa peduli apa yang dilakukan Junhyung di bangkunya.

*

“Gue nggak pernah nyangka, dan nggak ngerti..” Seunghyun menggantung kalimatnya, melepaskan pandangannya dari kaleng kopi di tangannya kearah seorang bocah tampan dengan seragam yang sama dengannya, yang sekarang tengah duduk di sebelahnya. Disebuah bangku di halaman belakang sekolah. “..kenapa tumben lo bolos?”

Song Joongki, bocah tampan itu, hanya tersenyum sambil terkekeh lirih mendengar pertanyaan yang sebenarnya sudah ia perkirakan akan muncul di pikiran Seunghyun ketika melihatnya keluar kelas saat jam perlajaran. Sebenarnya bukan karena dia termasuk siswa rajin disana, tapi hanya karena, tidak biasanya.

“Gue denger dia habis makan orang kemaren..” Joongki bergumam. Entah apa yang sebenarnya dimaksud, Seunghyun nggak mengerti.

“M-mwo? Nugu?” Joongki memajukan dagunya, menunjuk ke satu arah di depannya, menuntun pandangan Seunghyun kearah itu. “J-jinjja?? Si the kalifornia guy itu?” Joongki tersenyum makin lebar. Awalnya Seunghyun bergidik ngeri mendengar berita itu, namun melihat ekspresi santai Joongki, membuatnya lupa dengan perasaan itu -___-. “Gue bener-bener nggak ngerti sama lo, Joongki-a! Kenapa disaat gue tertarik sama cewe dan semua cewe nyantolnya ke elo, elo malah sibuk merhatiin anak kalifornia itu sih?”

Joongki beranjak. “Gue duluanya! Cepetan ngumpet! Kalo nggak lo bakal diseret ke ruang guru ntar!” katanya tanpa memberikan jawaban dari pertanyaan Seunghyun, kemudian pergi tanpa mengatakan apapun lagi.

“Chh!! Sok-sok an! Gue kan pakar bolos di sekolah ini! Gabakal ketangkep!” Seunghyun sombong, kemudian sekali lagi meneguk kopinya sampai habis dan membuang kalengnya asal. Ia sandarkan punggungnya di bangku kayu itu, tiduran hingga merasa senyaman mungkin.

“Pengurangan 5 poin untuk membuang sampah sembarangan dan 10 poin untuk tidak mengikuti kelas seperti yang sudah di jadwalkan! Choi Seunghyun haksaeng!” Seunghyun tersentak. Ia menegakkan duduknya, kemudian menoleh dengan cepat kearah belakang, mendapati seorang guru berdiri di belakangnya dengan satu tangan berkacang pinggang dan tangan yang lain memukul-mukulkan sebuah stick kayu di pundaknya sendiri.

Sonsaengnim..”

Guru yang mengenakan baju training itu menggaruk sisi kanan kepalanya dengan sticknya. “Mau jalan sendiri ke ruang guru, atau mau di seret?” katanya.

Seunghyun berdiri tegak. Kemudian berteriak bagaikan seorang tentara wajib militer, lengkap dengan sikap hormatnya. “Choi Seunghyun haksaeng tingkal 3-D bersiap berangkat ke ruang guru, sonsaengnim!!” dan tak butuh di komando lagi, Seunghyun bergegas ke ruang guru diikuti guru olah raga di belakangnya.

Joongki tak kembali ke kelasnya, ia sedang ingin berkeliling hari ini. Mencari sesuatu yang tidak membosankan, daripada hanya duduk di dalam kelas mendengarkan ceramah guru. Ia sedang tidak ada mood untuk itu.

Sebelum meninggalkan Seunghyun, ia mendapati bocah California itu melewati lorong, entah menuju kemana di saat seharusnya ia berada didalam kelas untuk belajar. Joongki mengikutinya tanpa berniat untuk sembunyi, membiarkan kalau nanti bocah itu tahu dia mengikutinya. Joongki hanya ingin tahu apa yang sebenarnya tengah dilakukan bocah itu.

Di ujung koridor, Jiho berbelok, begitu juga Joongki yang mengikuti di belakangnya. Dirasakannya langkah Jiho makin cepat menjauhinya, Joongki pun mempercepat langkahnya. Jiho berjalan lebih cepat lagi, Joongki mengikutinya, dan begitu seterusnya hingga Jiho berbelok di satu tikungan, dan ketika Joongki menyusulnya, ia sudah tak ada di area pandangnya. Joongki berhenti mendadak. Menoleh kesana kemari untuk melihat kalau-kalau Jiho ada di salah satu sudut koridor itu.

Nihil, Joongki tak menemukan apapun. Ia menghela nafas pendek dan berdecak, “Waktunya kembali belajar!” katanya, dan bergegas menuju ke ruang kelasnya sendiri di lantai 3.

*

Debam pintu terdengar cukup keras diruang kelas 1-B, membuat seisi kelas yang semula berkonsentrasi dengan pelajaran mereka mengarahkan perhatian kea rah belakang, dimana seorang siswa dengan rambut samurai baru saja masuk. Namun tak lama setelah itu (hanya karena melihat tatapan menyeramkan Jiho) mereka kembali pada bahasan yang semula mereka perhatikan (bahkan guru pun nggak berani macam-macam dengan Jiho).

Jiho kembali ke bangkunya tanpa menunggu instruksi dari gurunya. Ia duduk dan segera membuka buku bahasa inggris yang sebelumnya ia taruh di laci mejanya. Kibum yang duduk di depannya berbalik tiba-tiba, membuat Jiho kaget dan sedikit mundur untuk memperjauh jaraknya dari Kibum. “Dari mana lo? Baru balik. Bel masuk kan udah dari tadi!” ujarnya.

Jiho tak menjawab. Ia tampak ragu sejenak, namun sesaat kemudian ia memandang Kibum penuh pertanyaan.

Mwoya?” merasa terintimidasi oleh tatapan Jiho, Kibum mundur sedikit.

“Aku nggak ngerti, Ki! Orang-orang di sekolah ini aneh!” jawabnya.

“Maksud lo?” Kibum menaikkan sebelah alisnya.

“Barusan, aku ngerasa seseorang ngikutin dari belakang! Makanya aku cepet-cepet balik ke kelas sebelum di apa-apain sama orang itu!” Jiho merinding mengingat apa yang baru saja terjadi di koridor.

Kibum cengo, sementara Soohyun yang dari tadi nguping pembicaraan mereka cekakak cekikik sendiri sambil mencatatkan sesuatu di buku catatan bahasa inggrisnya. “Apaan sih?” Jiho protes. Soohyun hanya menggeleng, membuat Jiho makin bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi di sekolah ini.

*

“Seung-a~! Gue dateng nih sama tuan muda!!” seru Seunghyun seraya masuk kedalam rumah kecil Hyunseung yang didominasi oleh kayu. Sebuah rumah bergaya tradisional di antara beberapa rumah lain yang sudah lebih modern. “Duduk disitu! Gue cariin Hyunseung dulu, mungkin dia lagi sama nenek di belakang!” Seunghyun meletakkan 2 tas plastik besar berisi bahan makanan dan menginstruksikan Joongki untuk duduk di depan sebuah meja pendek dengan bantal sebagai alasnya. “Seung-a~!”

Seunghyun bergegas untuk mencari Hyunseung didalam rumah itu, terlihat sudah biasa berada disana, ia berjalan berkeliling rumah tanpa sungkan. Sementara itu Joongki memilih untuk melihat foto-foto yang tertempel di dinding rumah Hyunseung. Foto Hyunseung, seorang nenek dan seorang wanita muda cantik yang mirip dengan Hyunseung. Mungkin itu ibunya.

“Gue lagi nyuci, ganggu aja sih lo! Udah gue bilang malem ini gue sibuk, jadi jangan maen kemari! Kasian nenek gue gabisa tidur! Lo berisik mulu kerjaannya!” Hyunseung ngomel habis-habisan, sementara Seunghyun tak gentar menariknya keluar dari kamar mandi disaat dia sedang mencuci pakaiannya.

“Dia yang pengen kesini! Jadi jangan salahin gue!” Seunghyun nunjuk ke arah Joongki yang tengah berdiri didepan sebuah buffet. Ia memegang sebuah foto dengan frame kayu warna coklat tua. Foto Hyunseung kecil bersama seorang wanita muda yang mirip dengannya.

Mendengar ramai-ramai dari dalam rumah, Joongki menoleh. Mendapati dua orang sahabat karib itu berdiri bersebrangan dengannya, ia tersenyum lebar. “Oh!” Joongki meletakkan fotonya ke tempat semula, kemudian duduk di atas salah satu bantal duduk di lantai kayu beralaskan karpet itu. “Gue lagi bosen makan di rumah! Kita makan bareng disini ya!” yang membuat Hyunseung cengo seketika.

Sejurus kemudian bahan-bahan makanan yang dibawa Seunghyun dan Joongki sudah disulap menjadi banyak makanan yang tampak lezat oleh tangan handal Hyunseung yang terpaksa harus meninggalkan cuciannya untuk memasak makan malam untuk mereka bertiga.

“Pokoknya, lo harus nyelesein cucian gue sampe bersih! Lo ga boleh pulang sebelum semua cucian itu ada di jemuran! Ngerti?” Hyunseung ngomel-ngomel ke Seunghyun setelah menyelesaikan pekerjaannya di dapur. Ia segera bergabung dengan dua orang yang lain di meja.

“Nenek nggak makan?” tanya Seunghyun, tak mengindahkan omelan Hyunseung sebelumnya.

“Nenek?” Joongki bertanya. “Yang di foto itu?”

Seunghyun mengangguk. “Iya, neneknya Seungi! Tinggal di rumah ini juga kok!” jawabnya.

“Nenek gue kalo udah jam segini biasanya udah di kamar, tidur! Kecapekan karena umur!” jawab Hyunseung asal.

“Terus omonim?” Joongki bertanya tanpa berpikir. Seunghyun mendongak dengan tatapan kaget sambil menggigit ujung sumpitnya, sementara Hyunseung tampak berusaha untuk menyembunyikan kekagetannya dari Joongki. “Yang di foto itu, ibumu kan?” Joongki menunjuk kea rah foto yang tadi sempat di pegangnya.

Seunghyun menendang kaki Joongki melewati bawah meja. “Yha!” Seunghyun berteriak lirih.

Hyunseung memaksakan senyum di bibirnya, sementara tangannya yang sempat berhenti di atas rice cooker yang terbuka, kini kembali mengambil nasi dari dalamnya untuk dimasukkan kedalam mangkuknya sendiri. “Eomma udah nggak ada waktu aku lulus SD..”

Joongki benar-benar merasa tidak enak. Ia benar-benar tidak tahu kalau Hyunseung sudah tak punya ibu. Pantas saja dari tadi ia tak menemui orang yang ada di foto itu. “M-mianh..” ujar Joongki lirih. Hyunseung tersenyum, kemudian menutup rice cookernya dan mulai makan.

*

I wanna go back to California!” ujar Jiho di telepon. Tak seperti sebelumnya, menelpon dengan gaya sok coolnya, kini ia tampak lebih menyedihkan.

Hey, what’s wrong? I think you are having fun there, Jiho! What’s the matter?”

Here are so strange, you know! I don’t know.. I just.. I hope I can back to California! I don’t care with this silly film anymore! Just.. if you can pick me up and bring me back to home!” Jiho menghela nafasnya.

Are you sure..?” teman Jiho di telepon menegaskannya.

Jiho menarik nafas cukup panjang, kemudian menghembuskannya. “Yea.. not really..”

I know you will say that!! You asdfghhjkl!!!” orang di seberang telepon itu ngamuk-ngamuk nggak karuan, namun Jiho hanya menyunggingkan senyum kecil di salah satu sudut bibirnya.

Sorry..”

Orang di telepon itu sudah lebih tenang sekarang. Ia menghela nafas hingga terdengar di telepon Jiho. “So, you find other interesting things there?”

Jiho mengangguk, meski ia tahu temannya itu tak mungkin bias melihat anggukannya. “Yea.. not much!”

I guess, he is a guy! You’re so obvious, Woo Jiho!” Orang itu terkekeh.

YHA!! What do you mean?? It’s not like that!!” Jiho ngamuk, sementara temannya masih ngakak-ngakak melalui telepon.

“Haha.. alright! Alright! Just, I hope you’re okay!”

Huh?” Jiho menaikkan sebelah alisnya tak mengerti.

Nope!”

*

“Nggak mungkin!” Junhyung mengubah posisi tidurnya menghadap kekanan. “Tapi.. itu bisa jadi..” ia berbalik lagi menghadap ke kiri. “Tapi menurut gue engga mungkin!” sekarang Junhyung nungging. “Tapi..” sebelum dia berniat untuk kayang, Junhyung bangun, mengacak rambutnya sendiri hingga tak berantakan, dan sesekali ia menjambak rambutnya sendiri gemas.

Junhyung berdiri. Berjalan kearah meja belajarnya, kemudian membuka laci paling atas. Ia masukkan tangannya di bawah laci itu, bukannya kedalam laci. Seperti merogoh sesuatu dari sana, ia mengaduk-ngaduk bagian bawah laci itu. Ia mengeluarkan sebuah revolver warna hitam yang kosong tanpa peluru. Sudah sangat lama ia menyimpan benda itu ditempat yang di rancangnya sendiri agar tak seorangpun tahu.

Ia menghela nafas, kemudian duduk di tepi ranjangnya itu dengan membawa revolvernya. “Kenapa mesti gue..?” gumamnya sedih.

*To be Continue*

Don't be tired to wait for the next chapter~^^

-Keep Shine Like HIKARI-

6 comments:

  1. bnyk typo.. Td guw nemu 3 kata yg seharusny 'bisa' jd 'bias' and it repeated 3 time.. OTL how come.. Kkk.. Guw rda ga ngerti ama chapter yg ini.. Kkk.. Bsk2 guw cb bc lg deh.. Xp

    ReplyDelete
  2. laptop itu di masukin kedalam tas, bukan kantong .__. u must check all word after write that. ms word lo set bahasa indo aja lah bisa ga typo mulu. kebanyakan karakter kadang2 gw suka kebalik sama jiho junhyung.. nape lo ga pake nama zico aja toh dy dari calfornia itu ... gw aja lupa ama cahp 1 2 hahahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. pan ada kantongnya sebelum di masukin ke tas rav..
      iya.. gw perbaiki lagi deh ntar..^^

      Delete
  3. tumben typo Onn' walaupun sedikit sih.

    Kenapa chapter ini terasa membingungkan ya? tapi tetep sih di part nya TOP selalu senyum senyum bacanya. Kenapa ga di buat aja Seunghyun yang gantiin nyuci bajunya nya Hyunseung? biar kapok dia, karakternya disini pengrusuh sih hahaha. Dan Jiyong, selalu cool ya walaupun udah terjerembab kkk~
    dan si Jiho kapan sadarnya manusia itu? -_- selalu aja jadi bahan gosip sama orang2. Next part onn!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku sering banget typo sebenernya.. cuma mungkin ga ke detect sama km aja~ hahaha

      aku sendiri yang bikin juga bingung~ hahaha
      yang ini agak ga ada jluntrungannya ya? :p
      gaada tabi garame sih disini.. hahaha.. biarkan dia berulah seenak hatinya~ kkk

      jiho bakal sadar suatu hari nanti.. ketika negara api menyerang /eh kkk

      gomawo udah datang! doain bisa lanjut cepet!! ><v

      Delete