Wednesday, September 5, 2012

[SONGFIC] That..

sudah sejak lama semenjak saya hiatus dari bikin FF~ haha
ide sih udah ngumpul, tapi entah kenapa susah banget buat nuangin doank..
dan ini ff pertama setelah kambek, ENJOY~!^^

That..

Pict Credit to : ygfamily.com

Story by : LIGHT a.k.a C Dragon

Main Cast : Kwon Jiyong (G Dragon of BIGBANG), Jeni (Kim Jenny)

Side Cast : Choi Composer (TOP of BIGBANG)

Guest Star : Lee Jonghyun (C.N.Blue)

Rate : 15

Genre : Romance, Angst

Length : ONESHOT

Author Note : Terinspirasi dari lagu baru G Dragon yang berjudul That XX.. jangan bayangin Jiyong hep hap banget disini ya.. lilbit RnB oke lah~!^^

==============START==============

11.00

Jiyong mempercepat langkahnya menuju studio. Dia janjian dengan Komposer Choi pukul 9.45, sebenarnya. Tapi karena ia tidur terlaly pagi, dia baru terbangun jam sebelas kurang, dan bergegas untuk pergi sebelum orang Komposer Choi meninggalkan studio dan kontraknya terpaksa di batalkan. Sepanjang jalan ia terus mencoba menghubungi rekanannya itu, namun beberapa kali ia tak mengangkat teleponnya. Ia coba sekali lagi, dan kali ini berhasil.

“Ah.. Yoboseyo..”

BUGHH!!

Belum sampai menyelesaikan satu kalimat di teleponnya, ia menabrak seseorang hingga jatuh terjengkang di tanah. Jiyong mencoba langsung bangun, kemudian mengambil ponselnya yang terjatuh di sampingnya.

Cwesonghamnida!” orang yang menabrak Jiyong meminta maaf.

Jiyong membersihkan celana dan merapihkan bajunya sebentar sebelum menjawabnya. Ia kemudian menjawabnya sambil mendongak, “Ah.. gwaencha..” Jiyong mematung selama beberapa detik, hingga ia sadar pria itu menatapnya sedikit aneh. “Ah.. gwaenchanayo! Saya juga minta maaf!” terusnya, sedikit sungkan.

Pria itu pergi begitu saja, meninggalkan Jiyong yang masih berdiri disana sambil terus memperhatikan pria itu meski pria itu sudah berjalan cukup jauh. Pria berperawakan tinggi dan tampan, di sampingnya seorang gadis berambut panjang dengan dress sedikit ketat warna maroon. Beberapa menit Jiyong masih tak melepaskan pandangannya dari mereka, hingga ia mendengar suara-suara dari ponselnya. Teleponnya masih tersambung dengan rekanannya.

“Ah.. ne~! Maaf, aku akan segera kesana! Sekarang aku sedang dalam perjalanan! Tolong tunggu sebentar!”

*

“Aku akan datang lagi besok jam 1 siang! Usahakan jangan telat lagi ya! Untung hari ini aku tak ada jadwal!” ujar Komposer Choi seraya mengenakan mantel hitamnya dan mengancingkan mantelnya itu, kemudian sedikit merapikannya. “Kita bahas proyek ini besok! Aku suka lirikmu!”

Ne! Gamsahamnida!!” Jiyong menjawab dengan wajah bahagia, yah, lirik lagu yang dikerjakannya semalaman hingga pagi ternyata mendapatkan apresiasi yang baik dari orang yang berminat bekerjasama dengannya.

Setelah composer Choi benar-benar pergi, Jiyong kembali ke depan layar komputernya, membuka-buka file dimana segala macam proyeknya ada disana. Membuat lagu untuk beberapa artis juga membuat jingle untuk beberapa perusahaan iklan. Pekerjaan yang tak sedikit dan cukup melelahkan, namun itu adalah hal yang di sukainya. Membuat lagu. Jadi tak masalah. Tapi sebesar apapun rasa sukanya pada pekerjaannya itu, ia tetap membutuhkan istirahat. Setelah memasang komputernya pada mode sleep, Jiyong beranjak, merenggangkan ototnya sejenak dan bergegas menuju ke kantin makan yang hanya berjarak 2 rumah dari studionya.

Ia duduk di salah satu bangku, tempat yang biasa ia duduki saat makan siang disana. Mengambil sebatang rokok dari sakunya dan hendak menyalakannya, sebelum seseorang datang dan meraih rokok itu dari bibirnya. “Tak bisa baca ada tulisan dilarang merokok?” ia seorang gadis, melipat tangannya didepan dada dengan tampang galak, kemudian mematahkan rokoknya dan membuangnya keluar.

Jiyong membeku sejenak, sebelum satu kalimat diucapkannya dengan sedikit terbata, “D-denda 5000 won karena kau membuang sampah sembarangan!” Jiyong membalas.

“Ckk!” hanya itu yang dikatakan gadis di hadapan Jiyong, seraya duduk di hadapannya. “Keurae! Kutraktir oppa makan siang hari ini! Tapi berterima kasihlah padaku karena umurmu tidak jadi berkurang!” katanya bernada sombong.

Jiyong tersenyum tipis. “Arraseo!” Jiyong mengalihkan pandangannya pada seorang ahjumma yang tengah mengantarkan pesanan pelanggan di meja lainnya. “Ahjumma! Seperti biasa!”

“Oh..baik!”

“Mendengar oppa meneriakkan itu, membuatku ingat saat sebelum kita putus..” gadis itu bicara tiba-tiba, membuat senyum Jiyong memudar seketika. Namun itu tak berangsur lama, ia mencoba untuk tampak baik-baik saja, tersenyum di hadapan gadis itu meski rasanya ingin menangis di saat yang sama.

“Aa.. umh.. Jeni-a, bagaimana kabarmu.. dengan..” Jiyong menggantung ucapannya.

“Kami baru pulang dari berlibur kemarin! Ia benar-benar menyenangkan!” jawab gadis bernama Jeni itu, senyumnya mengembang begitu ia mengingat bagaimana liburannya dengan pacarnya. “Rasanya aku tak ingin pulang ke Seoul! Kapan-kapan kita harus liburan lagi!” lanjutnya.

Jiyong mengangguk-angguk pelan, sebenarnya ia tak ingin mendengar apapun soal pria itu. Pria yang sudah merebut orang yang paling di cintainya. Pria yang mengambil hati pacarnya hingga mereka putus. Pria yang membuat dirinya dan Jeni terus bertengkar di beberapa minggu sebelum keduanya memutuskan untuk mengakhiri hubungan. Dan.. pria yang bermain dengan wanita lain di belakang Jeni.

Jiyong menghela nafas pendek. Ia ingat kejadian tadi pagi, saat dirinya menabrak seorang pria dalam perjalanan menuju ke studio. Seorang pria yang bergandengan mesra dengan seorang wanita berpakaian seksi. Dia adalah pacar Jeni yang sekarang, pria itu. Pria yang menabraknya tadi pagi.

Jiyong menatap Jeni cukup lekat untuk membuat gadis itu risih dan berteriak sewot pada Jiyong, “Mwoya?”

Jiyong membuang pandangannya sejenak, menggosok tengkuknya sedikit, kemudian mengembalikan pandangannya pada Jeni. “Tadi pagi.. aku melihatnya jalan dengan seorang gadis!”

Jeni menaikkan alisnya. “Nugu?”

“Umh.. p-pacar mu!” Jiyong menarik nafas pendek. “P-pacarmu, jalan dengan seorang wanita, mereka bergandengan.. mesra!”

“Kau bercanda! Tidak mungkin!” Jeni menjawab cepat, tak percaya dengan apa yang dikatakan Jiyong padanya. “Dia tidak mungkin begitu! Dia itu setia dan menyenangkan! Dia tidak mungkin bohong denganku, karena ia tahu aku mempercayainya!” Jeni protes, sementara Jiyong hanya diam dan kembali mengangguk-angguk.

“Umh.. mungkin aku salah lihat! Mian~!” katanya.

“Oh! Kau pasti salah lihat!” Jeni menegaskan. Jiyong tersenyum tipis. Meski ia benar-benar tahu pria yang menabraknya tadi pagi adalah pacar Jeni, ia takut menyakitinya, lebih baik berbohong padanya karena ia tak ingin hubungan pertemanannya dengan gadis itu semakin memburuk. Setidaknya untuk sekarang, lebih baik berbohong.

*

“Menurutku, sebaiknya kau yang menyanyikan lagu ini! Range suaraku terlalu rendah, dan.. menurutku memang kau yang paling pantas menyanyikannya!” ujar Komposer Choi setelah mendengar hasil setengah jadi dari proyek mereka.

“Maksudmu?”

Komposer Choi Nampak berpikir sejenak, namun sesaat kemudian ia baru sadar dengan ucapannya. “A.. bukan itu maksudku! Jadi, karena lagunya seperti ini, melodinya, sangat cocok dengan suaramu, dibandingkan penyanyi lain yang harus menyanyikannya!” Komposer Choi meralat perkataannya.

“Ah.. Keurae?” Jiyong membaca lirik lagunya. “Tapi sudah sangat lama sejak aku menyanyikan laguku sendiri.. aku tak tahu apa aku bias menyanyikannya..”

“Kau bisa, Jiyong-a!” Komposer Choi tampak yakin, dan memancing keyakinan Jiyong tumbuh dalam dirinya.

“Hmhh.. tapi, sepertinya lebih baik kita cari penyanyi lain saja! Aku sedang malas~ haha..” jawabnya asal.

Aish.. oke lah~! Terserah kau saja!” jawab Komposer Choi, kemudian tersenyum simpul.

Mereka kembali ke hadapan computer, mengecek apakah masih ada yang kurang dari apa yang mereka kerjakan. Jiyong duduk di kursi tepat di hadapan computer, sementara Komposer Choi bersandar di tepi meja sambil membuka-buka buku notes milik Jiyong yang baru saja ia ambil. Seluruhnya berisi lirik dan nots lagu buatannya. Masih acak dan belum sempurna, tapi dari sekali lihat saja Komposer Choi bias tahu lirik-lirik itu akan menjadi lagu yang bagus nantinya.

Ditengah-tengah keseriusan mereka, seseorang tiba-tiba membuka pintu studio cukup keras, kemudian menutupnya lagi dengan sama kerasnya. Membuat dua pria yang sedang bekerja itu terlonjak dan mengalihkan perhatian mereka ke arah pintu. Dimana seorang gadis baru saja masuk dengan sedikit terengah.

“Jeni-a?” Jiyong menggumam, namun cukup jelas untuk didengar oleh dua orang lain di ruangan itu. Cepat-cepat Jiyong mematikan musiknya, kemudian mengembalikan perhatiannya pada Kim Jeni. “Wae geurae? Kenapa kau tiba-tiba masuk kemari tanpa permisi? Tak bisakah kau membaca tulisan didepan pintu? Atau setidaknya kau bias mengetuk pintu terlebih dulu?”

Oppa!” Jeni mendengus lirih.

Mwoya?”

Gadis itu berjalan kearah sofa di salah satu sudut studio, kemudian duduk dan menyandarkan punggungnya di punggung kursi. Ia terlihat kelelahan. “Aku mau numpang tidur disini! Aku ingin mendengarkan lagumu, umh.. mungkin bisa menjernihkan pikiranku!” Jeni tersenyum, namun Jiyong tahu, dibalik senyuman gadis itu terdapat sesuatu yang menyakitkan. “Sudahlah, abaikan saja aku! Teruskan saja pekerjaan kalian, anggaplah aku tidak ada disini! Arra?” lanjutnya.

Tak ada hal lain yang bisa Jiyong lakukan kecuali untuk tidak mengusirnya dari sana. Ia tahu Jeni sedang bertengkar dengan pacar barunya. Ia tahu, karena setiap ia datang pada Jiyong, berarti ia sedang bertengkar. Hal ini sudah sering terjadi, dan yang dilakukan pria pengarang lagu itu hanyalah menerimanya datang tanpa bertanya apapun. Karena Jeni tak suka urusannya dicampuri, oleh Jiyong sekalipun.

Komposer Choi memandangnya ragu. Hanya dengan sekali lihat saja Jiyong tahu Komposer Choi tak menyukai apa yang dilakukan Jeni. Jiyong menepuk lengan Komposer Choi pelan, “Gwaenchana!” katanya. Jiyong melirik Jeni sejenak, kemudian kembali ke komputernya dan kembali menyalakan lagu yang tengah dikerjakannya. Menghalangi suara tangisan Jeni terdengar olehnya dan Komposer Choi.

*

3 minggu bekerja tanpa libur benar-benar membuat Jiyong penat, dan hari ini ia memutuskan untuk tidak datang ke studionya.Ia membiarkan Komposer Choi bekerja sendirian di studionya sementara ia mengambil cuti. Meninggalkan beberapa proyeknya yang belum selesai dan tidak menerima permintaan apapun dari rekanannya. Khusus untuk hari ini.

Tapi meski begitu ia benar-benar tak bisa hidup tanpa menulis lirik di atas buku catatan yang selalu ia bawa kemanpun ia pergi. Kini Jiyong duduk diteras sebuah café sederhana di tengah kota Seoul. Ditemani secangkir ice Americano, Jiyong menuliskan beberapa kalimat kedalam buku catatannya, mendendangkan beberapa nada dan mencoba menuliskan not nya pada lembar yang sama.

PLAKK!!

Suara tamparan cukup keras terdengar dari dalam café, membuat orang-orang yang berada disana mengarahkan pandangan mereka ke asal suara. Termasuk Jiyong. Tak membutuhkan waktu lama untuknya menangkap sosok yang tengah berdiri di tengah ruangan dengan tangan memeganggi pipinya sendiri, namun wajahnya tak begitu terlihat karena tertutup oleh rambut panjangnya. Suasana didalam café itu hening, seluruh perhatian tertuju pada dua orang ditengah ruangan bagian dalam café itu.

“Sudah kubilang, berhenti bertanya soal itu!!” pria yang sebelumnya menampar gadis di hadapannya itu berteriak, tanpa peduli orang-orang disekitarnya memperhatikan mereka. “Ini bukan urusanmu! Kau tak perlu ikut campur!!”

“Tapi oppa..” ujar gadis itu, sedikit terisak. Tangannya yang bebas berusaha meraih pergelangan tangan pria di hadapannya, namun segera di tepis. “Oppa..”

Pria itu mengambil kunci mobil dan jaketnya, “Aku pergi! Aku benar-benar muak denganmu!” katanya kemudian pergi meninggalkan gadis itu sendirian. Pria itu keluar dari pintu, Jiyong yang memperhatikan keduanya sejak tadi, kini matanya mengikuti kearah kemana pria itu pergi, dan saat pria itu berada cukup dekat dengan dirinya, ia mengenali sosok itu.

“Jeni..?” Jiyong segera mengarahkan pandangannya kedalam café. Jeni tengah menangis sambil mengemasi barangnya, kemudian mengikuti pacarnya yang baru keluar. Jiyong berdiri, hendak memanggil Jeni sebelum gadis itu berteriak memanggil pacarnya dan memeluknya dari belakang. Jiyong menelan teriakannya, dan kembali duduk sambil menatap pemandangan pahit di hadapannya.

Tampaknya pria itu sudah sedikit tenang. Ia berbalik dan membalas pelukan Jeni, kemudian membukakan pintu mobil untuknya dan mobil itu segera melaju meninggalkan café setelah keduanya berada didalam. Jiyong menggigit bibir bawahnya. Tak tahu apa yang harus dilakukannya. Mudah sekali bagi pria itu untuk menampar Jeni, kemudian memeluknya dalam waktu singkat. Jiyong kesal. Ia benar-benar kesal. Namun yang bisa ia lakukan hanya duduk di tempat yang sama sambil memandangi buku catatan yang penuh dengan coretan lirik dan not hasil ciptaannya.

*

“Aku mau.. menyanyikan lagu itu.. hyeong~!” ujar Jiyong ditengah kegiatan mereka. Komposer Choi memuntahkan sedikit kopi dari mulutnya mendengar pernyataan Jiyong. Ia tersedak. Ia baru mendengar 2 hari yang lalu kalau Jiyong tak mau menyanyikannya. Bahkan ia bilang ia akan mencari penyanyi lain. Tapi kenapa hari ini ia berkata begitu?

“W-wae geurae?”

Molla~ aku hanya tiba-tiba merasa ingin menyanyikan lagu ini!” ujar Jiyong sambil memainkan spidol di jari jemarinya. “Tapi aku ingin mengubah sedikit di beberapa bagian. Boleh kan?”

Komposer Choi tampak mempertimbangkannya sebentar, namun sesaat kemudian ia mengangguk pelan. Ia percaya dengan hasil pekerjaan Jiyong, dan ia yakin yang kali ini juga pasti hasilnya akan bagus.

*

1 month later

Showcase solo Jiyong, setelah satu setengah tahun ia hiatus dari kegiatan menyanyi dan lebih sibuk sebagai composer dan pengarang lagu, ternyata memiliki peminat yang tidak sedikit. Sekitar 200 orang datang ke studio pertunjukan kecil di salah satu sudut kota Seoul. Hari ini Jiyong akan menampilkan lagu barunya sebelum secara resmi ia rilis ke pasaran. Selain itu ia juga akan menampilkan beberapa lagu lamanya dan melakukan duet dengan beberapa orang musisi lain.

Limabelas menit sebelum acara ruangan telah dipenuhi penonton dan fans setia Jiyong, juga beberapa kerabatnya yang diundang datang pada mini showcase ini. Termasuk Jeni yang membawa kekasihnya. Keduanya duduk di bangku yang agak dekat dengan panggung, bukan dibagian paling depan, tapi cukup jelas untuk dilihat oleh Jiyong dari panggung kecil di hadapan penonton itu.

Lampu di bagian tempat duduk penonton dimatikan, dan Jiyong mulai menyanyikan sebuah lagu RnB yang sempat menjadi hits di korea selatan, diikuti dengan lagu-lagu lainnya yang membuat para penonton kagum dan tak berhenti menikmati lagu yang dilantunkan Jiyong dan beberapa musisi yang menjadi partnernya dipanggung.

Hingga tiba untuk lagu terakhir Jiyong sebelum showcase yang berjalan 1,5 jam ini berakhir. Jiyong duduk disebuah bangku dengan standing mic di hadapannya. Disebelahnya seorang pria musisi membawa gitar accousticnya, duduk bersanding dengan Jiyong menjadi pengiring lagu yang akan dinyanyikan composer muda itu.

“Ehem.. check! Check! Bisa dimulai?” Jiyong tersenyum lebar, mengawali pembicaraannya dengan menyapa penontonnya. “Sudah sekian lama sejak aku menyanyikan laguku sendiri, cukup canggung bagiku kembali tampil di atas panggung! Dan aku tak menyangka penontonku akan sangat banyak! Terima kasih banyak karena telah bersedia meluangkan waktu menonton pertunjukan kecil ini! Jeongmal Gomapseumnida!” Jiyong berpidato panjang, disambut riuhnya komentar dari penonton yang sebenarnya tidak jelas apa yang tengah mereka bicarakan.

“Umh.. setelah ini, aku akan menyanyikan lagu terakhir untuk showcase hari ini. Lagu baru yang akan di rilis beberapa hari lagi! Semacam bocoran, haha! Dan pria di sampingku ini akan menjadi gitarisnya! Kalian pasti sudah mengenalnya! Haha.. pria tampan! Lee Jonghyun!” Jiyong menepuk pundak gitaris di sampingnya itu, sementara sang gitaris mengangguk hormat kea rah penonton dengan senyum tersungging dibibirnya.

“Ah, ya.. sebelum itu, bolehkan aku bercerita?”

Ne~!” beberapa penonton menjawab antusias.

Ye, gamsahamnida!” jawab Jiyong dengan senyum lebar. “Aku akan menceritakan sebuah kisah sedih, prolog dari lagu yang akan aku nyanyikan nanti.” Jiyong memenggal kalimatnya. Matanya mengarah ke seluruh ruangan, mencari-cari sesuatu. Dan pada akhirnya ia menemukannya. Jeni. “Aku mengenal seorang pria baik, yang mencintai seorang gadis yang dikenalnya cukup lama, namun cintanya tak terbalas, karena gadis itu telah mencintai pria lain. Tapi meski begitu, pria itu tak berhenti mencintainya. Ia tetap berusaha menjadi teman sang gadis, meski perasaan mereka yang dahulu sama, kini telah berubah menjadi bertepuk sebelah tangan bagi si pria. Namun gadis itu tak mengerti bahwa perasaan sang pria masih sama seperti sebelumnya. Tak pernah berubah!” Jiyong menghela nafas. Ia tak berhenti memandang kea rah Jeni, namun ia tak tahu apakah gadis itu mengerti apa yang diceritakan oleh Jiyong.

“Kini gadis itu mencintai orang lain.. yang.. entah apakah pria lain itu mencintainya juga. Gadis itu bilang, pria lain itu sangat mencintainya, pria lain itu setia dengannya. Tapi si pria yang mencintainya itu tak terlalu yakin dengan itu.. meski ia selalu berusaha mempercayai apa yang dikatakan gadis yang ia cintai tentang pria lain itu..”

Jiyong melepaskan pandangannya dari Jeni yang mulai menyadari cerita yang dibicarakan oleh Jiyong. Begitu juga dengan pria yang duduk di sebelahnya, meski ia berusaha untuk tidak peduli dengan apa yang Jiyong bicarakan. Jiyong mengedipkan matanya beberapa kali untuk menghilangkan rasa panas yang mulai menjalari matanya. Matanya sudah sedikit berkaca-kaca, namun ia tak ingin menangis sekarang. Ia ingin menyanyikan lagunya ini secara total, untuk memberitahukan perasaannya yang sebenarnya pada Jeni.

Dan lagu pun mulai dilantunkan..

---

Uyeonhi gireul geotda ne namjal bwasseo (Yea i saw him)
Hoksina haetdeon nae yegami majasseo (I told you)
Nega jun banjireul ppaego hanjjogen paljjangeul kkigo
Geunyang yeogikkajiman malhalge (I don’t wanna hurt you)

Geunde ohiryeo neoneun naege hwareul nae (Why?)
Geuneun jeoldaero geureol riga eopdae (Sure you’’re right)
Naneun ne nunchil salpigo naega jal mot bon georago
Geurae neol wihae geojitmalhalge (I’m sorry)

Oh nal mollajuneun nega miwo i gidarimi sirheo
Geu son ije noheurago
Nega seulpeohal ttaemyeon naneun jugeul geotman gatdago baby

Geu saekkiboda naega motan ge mwoya
Dodaeche wae naneun gajil su eomneun geoya
Geu saekkineun neoreul saranghaneun ge anya
Eonjekkaji babogachi ulgoman isseul geoya

Neon geu saram yaegil hal ttaen haengbokhae boyeo (You look happy)
Ireokerado useuni joha boyeo (I’m happy)
Geureul jeongmal saranghandago machi yeongwonhalgeorago
Mitneun ne moseubi i don’t know what to say no more

Neoui chingudeul modu geureul jal ara (Yup they know)
Ppeonhi da boineungeol neoman wae mot bwa (It’’s you)
They say love is blind oh baby you so blind
Jebal heeojigireul baralge

Oh nal mollajuneun nega miwo i gidarimi sirheo
Geu son ije noheurago
Nega seulpeohal ttaemyeon naneun jugeul geotman gatdago baby

Geu saekkiboda naega motan ge mwoya
Dodaeche wae naneun gajil su eomneun geoya
Geu saekkineun neoreul saranghaneun ge anya
Eonjekkaji babogachi ulgoman isseul geoya

#English#

Walking on the street, I bumped into your man (Yeah I saw him)
I didn’t want to believe it, but my hunch turned out right (I told you)
He’s not wearing that ring you gave him, there’s another girl by his side
But I’ve said enough (I don’t wanna hurt you)

Now you’re getting angry with me (Why?)
You say “He’s definitely not that kind of person” (Sure you’re right)
Seeing your eyes, I reply that I probably got it wrong
See, I lied for you (I’m sorry)

I hate that you don’t understand me
I hate all this waiting
Let go of his hand (break it off with him)
When you’re sad, I feel like I’m dying

That XX, what does he have that I don’t
Why can’t I have you
That XX doesn’t love you
How much longer are you going to cry yourself silly?

When you speak of him, you look so happy (you look happy)
It’s good that you can be this happy (I’m happy)
You say you really love him, want to be with him forever
You trust him completely (I don’t know what to say no more)

Your friends all know that guy (yup they know)
It’s so obvious, why can’t you see (it’s you)
They say love is blind, Oh baby, you’re so blind
Please, I beg you, break it off

Oh I hate that you don’t understand me
I hate all this waiting
Let go of his hand (break it off with him)
When you’re sad, I feel like I’m dying

That XX, what does he have that I don’t
Why can’t I have you
That XX doesn’t love you
How much longer are you going to cry yourself silly?

---

Seluruh penonton hening, mendengarkan lagu yang dilantunkan Jiyong dengan iringan gitar akustik Lee Jonghyun. Penonton dibuat terpana oleh lagu yang cukup mudah untuk dihapalkan dikepala ini. Jiyong menyanyikan frase awal sambil menepuk-nepukkan telapak tangan kanannya pelan di atas pahanya, hingga ia sampai pada bagian rapp, Jiyong mengembalikan pandangannya kearah Jeni yang terpana mendengar isi lirik lagu yang dinyanyikan Jiyong.

---

Rap)
Bissan chae yeppeun ot gogeup reseutorang neon jal eoullyeo
Hajiman ne yeop geu xneun jeongmal anya neorangeun an eoullyeo
Ne apeseo geojitmisoreul jieumyeo ne bolgwa meoritgyeoreul manjimyeo
Sogeuron bunmyeong dareun yeojareul saenggakhae
Eojjeom geureol su inni joe gatae
Nega heullin nunmulmankeum naega deo jalhaejulge baby
Neo honja gamdanghal apeum naegedo jom nanwojullae baby
Na jom bwadallago geudae sarangi wae narangeol molla
Wae neoman molla

Geu saekkiboda naega motan ge mwoya
Dodaeche wae naneun gajil su eomneun geoya
Geu saekkineun neoreul saranghaneun ge anya
Eonjekkaji babogachi ulgoman isseul geoya

Geu saekkiboda naega motan ge mwoya
Dodaeche wae naneun gajil su eomneun geoya
Geu saekkineun neoreul saranghaneun ge anya
Eonjekkaji babogachi ulgoman isseul geoya

#English#

Rap)
Expensive cars, beautiful clothes, high-class restaurants, they all suit you well
But that XX beside you, he doesn’t suit you, he really doesn’t
He smiles like a hypocrite with you, brushing your face and hair
But he’s thinking of another woman for sure, how dare he
The amount of tears you’ve cried, I want to make you happy by the same amount, baby
Rather than going through the pain alone, share some with me, baby
Please look at me, why can’t you realise that I am your love
Why are you the only one who doesn’t know

That XX, what does he have that I don’t
Why can’t I have you
That XX doesn’t love you
How much longer are you going to cry yourself silly?

That XX, what does he have that I don’t
Why can’t I have you
That XX doesn’t love you
How much longer are you going to cry yourself silly?

---

Lagu usai dinyanyikan, namun suasana masih hening. Penonton masih terpana dengan lagu yang baru saja mereka dengar. Pandangan mata Jiyong masih mengarah pada Jeni, sementara Jeni membalas pandangannya dengan mata berkaca-kaca. Pria pacar barunya yang semakin muak dengan keadaan yang terasa menyudutkannya ini langsung pergi keluar sambil menarik Jeni untuk pergi bersamanya. Jiyong tahu ini akan terjadi, begitu juga Jeni yang mengalah untuk mengikuti pacarnya itu keluar dari ruang studio itu.

Tepuk tangan pertama terdengar dari salah satu sudut studio, dan sejenak seluruh studio segera diisi dengan tepuk tangan riuh dari penonton yang kagum dengan lagu yang dinyanyikan Jiyong dihadapan mereka. Jiyong mengarahkan pandangannya kearah dimana tepuk tangan berawal. Komposer Choi duduk di kursi itu dengan wajah bangga, kemudian menaikkan kedua jempol tangannya kearah Jiyong. Komposer muda itu tersenyum, kemudian segera menebarkan pandangannya kearah penonton yang ada dihadapannya, yang masih takjub dengan penampilannya.

Yorobun~! Jeongmal gamsahamnida!!”

*

“Aku mendengar lagumu di setiap café dan took kaset! Lagumu jadi hits dan merajai tangga lagu! Uri composer~!” Komposer Choi menyodorkan cup berisi cappuchino hangat. Jiyong menerimanya dengan senyum tipis. Tidak segera meminumnya, hanya ia bawa. Matanya membaca merk yang menjadi cover cup itu.

Komposer Choi meminum kopinya sedikit sambil bersandar pada pagar yang mengelilingi atap studio Jiyong. “Lalu bagaimana kabarnya?”

“Hmm?” Jiyong menaikkan alisnya.

“Jeni?”

Jiyong tersenyum lebar, entah apa maksudnya. “Ia masih mencintai pria itu.. entah apa yang dipikirkannya! Gadis bodoh!” Jiyong terkekeh.

Komposer Choi membuang pandangannya ke arah langit, sementara Jiyong masih memandangi atap-atap rumah dihadapannya. Pemandangan satu-satunya yang bisa dilihat Jiyong selain kendaraan dan orang-orang yang berlalu lalang melewati studionya. Ia meneguk sedikit kopinya, kemudian tersenyum. Setidaknya ia sudah menyampaikan perasaannya.

-The End-

Sangkyuu~!

-Keep Shine Like HIKARI-

4 comments:

  1. ini boleh banget idenya lho ... keep writing, as always im ur 1st fan !

    ReplyDelete
    Replies
    1. beneran nih?? soalnya entah kenapa gw masih ngerasa ada yang kurang..
      tapi.. kalo yg baca udah seneng sih, aku ikut seneng juga~ :D
      sangkyuu~^^

      Delete
  2. ung.. Ada 3x typo.. Di 1st paragraph.. Trus bisa jd 'bias'.. Toko jd 'took'..

    mv ny ga ada drama2ny kan? Gemana bsa kpikiran ide ky gne? Kykny susah kalo ga ngalamin sndiri.. *nyindir* lol

    ehm~ apa lg yak.. Ceritany sih ga gantung.. Cuma terlalu 'plain' aj.. Guw malah ngarepny jidi nemu cewe laen trus ngeliat jeny yg lg galo trus jidi tersenyum evil *blz dendam* kkk.. <~ ini drama bgt..

    intiny jidi ga bsa move on d fic ini.. Xp nice one~

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku juga ngerasa datar banget ceritanya.. tadinya mau di naikin, tp takut kemana2.. jadi mending gini aja lah~ hahahaah

      thx^^

      Delete