Akhirnya bisa gw rilis juga..
udah berapa minggu gw pending ya? karena biar sebenernya udah jadi agak lama, gw tetep masih sedikit ragu.. ditambah mood gw yang agak ga baik akhir-akhir ini, bawaannya cape mulu.. -__-
Ja, ENJOY READING!^^
“Yongi??” JinKi
memangil gadis di sebelahnya itu sekali lagi. Namun ia benar-benar tidak
merespon panggilannya. “Ada apa sih?” katanya pada diri sendiri sambil melihat
ke arah JoongKi yang tengah mengobrol dengan seorang gadis itu. Dan entah
JoongKi mungkin merasa sedang di perhatikan. Ia menoleh ke arah JinKi dan
ChaeYong kemudian menyapa keduanya.
“Hei! Kalian!
Kemarilah!” katanya dengan senyum lebar dan melambaikan tangannya. Menginstruksikan
kedua bocah yang berjarak beberapa meter darinya itu untuk mendekat.
Awalnya ChaeYong
tidak bergeming, sampai JinKi memukul punggung ChaeYong cukup keras dengan
telapak tangannya seraya mendorongnya berjalan ke arah JoongKi. “Ya hyungnim!
Kami baru mau kesitu!” serunya dengan senyum lebar. Meski ChaeYong masih
terbengong sambil berjalan terseok-seok karena JinKi menyeretnya.
“Kenalkan! Dia
Cha YoonHee! Teman SMA ku!” JoongKi memperkenalkan gadis di sebelahnya itu pada
ChaeYong dan JinKi.
“Lee JinKi
imnida! Bangapseumnida!” kata JinKi memperkenalkan dirinya. Namun ChaeYong
masih tidak berkata apapun. Tapi YoonHee malah memandangnya akrab dan tersenyum
sangat lebar padanya.
“Aku tahu kau!
Kau sepupu JoongKi oppa kan? Jang ChaeYong?” YoonHee bertanya akrab pada
ChaeYong. Sementara gadis berambut pendek itu hanya mengangguk namun tidak
melontarkan satu katapun untuk menjawabnya. “Kau tidak ingat aku? Aku dulu
sering main ke rumah oppa dan bertemu denganmu!” ia mencoba menjelaskan.
Sebentar
ChaeYong mencoba mengingat dan sesaat kemudian senyum ramah mulai terkembang di
wajahnya. “YoonHee noona??” ChaeYong memastikan. YoonHee mengangguk
membenarkan.
“Sudah lama
tidak bertemu, Yongi! Kau sudah sebesar ini!” ujar YoonHee, kemudian keduanya
berpelukan. Perasaan cemburu ChaeYong langsung menghilang begitu ia tahu siapa
gadis itu. Cha YoonHee, teman sekolah kakaknya yang dulu sering datang dan main
dengannya. Tapi entah perasaan cemburu itu akan benar-benar hilang atau tidak.
---
YoonHee adalah
teman SMA JoongKi, tepatnya adik kelas. Mereka kenal karena YoonHee yang
seorang member klub majalah sekolah sering meliput pertandingan basket SMA dan
juga sering mewawancarai JoongKi yang merupakan kapten tim basket kebanggaan
mereka. Setelah cukup lama berpisah, kini YoonHee bekerja sebagai wartawan dan
penulis di sebuah perusahaan mediamasa terbesar kedua di korea, sedangkan
JoongKi bekerja di tempat yang sama sebagai fotografer di samping pekerjaannya
sebagai fotografer lepas. Dan akhirnya mereka bertemu kembali sejak 3 tahun
yang lalu.
“Kami bertemu
lagi karena pekerjaan! Aku pikir oppa sudah jadi atlit nasional sekarang! Dulu
dia benar-benar hebat!” YoonHee mulai bercerita setelah sebelumnya ChaeYong
bernostalgia dengannya bagaimana dulu YoonHee sering datang ke rumah JoongKi
dan bermain dengannya. Namun mendengar apa yang dikatakan YoonHee tentang atlit
itu membuat JoongKi sedikit muram, namun masih mencoba tersenyum meski sedikit
di paksakan. Sedangkan ChaeYong hanya bisa memandang kakak laki-lakinya itu
dengan tatapan ‘semestinya eonni tidak berkata seperti itu!’, dan YoonHee
segera menyadarinya. “Ahh.. oppa..”
“Gwaenchanayo!”
JoongKi masih mencoba tersenyum. Namun entah kenapa sesaat atmosfer di ruangan
itu jadi sedikit canggung.
“Ahh!! Ayam
gorengnya sudah datang!” JinKi tiba-tiba berteriak memecah kebekuan. Membuat
perhatian ketiga orang yang lain beralih padanya. Benar saja, tak lama seorang
pramusaji datang membawa nampan besar berisi makanan pesanan mereka. Dan
karenanya, suasana jadi kembali hangat.
***
Setelah
berkemas, memasukan beberapa barang keperluannya kedalam sportbag besar yang
biasa di bawanya saat latihan, ChaeYong bergegas keluar. Ia hanya mengenakan
celana training panjang dan kaos yang kini ditutupi jumper ukuran L dengan merk
produk sport favoritnya.
“Mau kemana?” tanya
bibi Song yang baru saja menutup telepon rumah. Entah dia baru menelpon siapa.
“Latihan di
lapangan komplek sebelah!” jawab ChaeYong seraya mengambil sepatu dari rak dan
memakainya.
“Yongi~! Aku
ikut ya?” tiba-tiba dari dalam terdengar seruan JoongKi yang membuat ChaeYong
menoleh dan menggelengkan kepalanya.
“Andwe! Aku
tidak mau setelah pulang harus mengantarmu check up karena cedera lagi seperti
minggu lalu!” jawabnya.
JoongKi kembali masuk kekamarnya, mengambil kamera
beserta tas, dan jaket, kemudian keluar dan memakai sepatunya. “Cuma mau
jepret! Siapa tahu dapat objek yang bagus!” JoongKi beralasan. ChaeYong
memandang kakaknya itu tidak yakin. “Kajja!” JoongKi langsung merangkul adiknya
itu dan menariknya keluar rumah. “Eomma, kami pergi!” serunya.
“Ne~! hati-hati
di jalan~!”
---
Mereka berangkat
dengan sepeda. Tentu saja disini posisi ChaeYong selalu tidak beruntung, karena
demi kakaknya ia rela mengayuh sepeda dan membawa beban seberat 68 kg di
boncengan sepedanya, yang kini sedang jepret sana jepret sini saat melihat
objek yang menarik baginya.
“Hyung, berhenti
bergerak!” ChaeYong berteriak, namun kakinya tidak berhenti mengayuh.
“Aku tidak
bisa.. banyak objek menarik disini!” jawabnya dan benar-benar tidak
menghentikan aktifitas memotretnya itu.
“Kalau hyung
tidak berhenti bergerak, kita bisa jatuh! Kau berat banget tau!” protes
ChaeYong. JoongKi segera menghentikan aktifitasnya dan memasukkan kameranya
kedalam tas khususnya.
“Arra.. arra..!”
---
“Ya, Hyung! Kau
datang??” seseorang yang tengah duduk di tepi lapangan outdoor itu segera
menyambut JoongKi dan ChaeYong yang baru datang dan memarkirkan sepeda di
antara kendaraan lain yang terparkir disana. Sebenarnya ia menyambut JoongKi.
Ia sangat senang meski tahu JoongKi datang tidak untuk bermain.
“Hai!” JoongKi
menyapa dengan senyum lebar di wajahnya.
“Kakimu sudah
baik-baik saja hyung?” tanya orang yang sama sambil melihat ke arah kaki
JoongKi yang kini sudah terlihat lebih baik. JoongKi mengangguk mengiyakan.
“Kalau begitu kau bisa main lagi?”
Tapi bukannya
jawaban JoongKi yang muncul, malah erangan kesakitan karena ChaeYong baru saja
memukul kepala bocah dengan kupluk hitam itu. “Lupakan saja! Hyung cuma mau
nonton!” katanya kemudian menarik bocah itu pergi dari hadapan JoongKi. Meski
begitu protektif, tapi JoongKi hanya bisa mengiyakan apa yang dikatakan
ChaeYong. Entah kenapa.
Sejurus kemudian
ChaeYong sudah berada di tengah lapangan bersama beberapa orang yang kini
tengah bermain. Sedangkan JoongKi mencoba mendapatkan moment yang bagus dan
memotretnya. Bocah-bocah itu melakukan banyak trik termasuk ChaeYong dan
membuat JoongKi mendapat banyak moment bagus untuk di foto. “Ahh.. jhoa~!”
gumamnya setelah mengambil satu gambar, kemudian melihatnya. “Aku jadi iri..”
Tapi ia tidak
bisa melakukan apapun selain duduk dan mendukung adiknya yang terkesan mencoba
meraih apa yang di impikan JoongKi. Ingin membuatnya bangga. Karena ia pernah
bilang tidak akan mengecewakan JoongKi. Maka ia juga tidak ingin mengecewakan
ChaeYong dengan meneruskan impian barunya, bukannya menyesali apa yang sudah
terjadi.
“Kau hebat!”
JoongKi melempar botol air minum ChaeYong dan handuknya. Seperti yang pernah di
lakukan ChaeYong saat JoongKi masih aktif basket. ChaeYong tersenyum kemudian
menenggak minumannya dan menyeka keringat di wajah dan kepalanya. “Kau juga
membuatku mendapatkan objek yang bagus! Mungkin akan aku jadikan tema di
pameranku yang berikutnya!” ujar JoongKi seraya memperlihatkan hasil potretnya.
“Omo~.. ini keren
hyung!” puji ChaeYong senang. “Hyung berbakat!”
“Jichayo?”
ChaeYong mengangguk. JoongKi hanya tersenyum seraya mengacak rambut ChaeYong
yang basah karena keringat, sedangkan ChaeYong terus melihat hasil potretan
JoongKi hingga teman-temannya menariknya kembali ke tengah lapangan.
***
“Rasanya jadi
ingin belajar fotografi..” gumam ChaeYong di tengah kelasnya. Tangannya sibuk
menggambar di atas buku catatannya, sedangkan konsentrasinya melayang entah
kemana. Biar sedetikpun ia tidak memperhatikan dosen yang tengah ceramah di
muka kelas.
“Jangan bilang
karena JoongKi hyung!” JinKi yang duduk di sampingnya berkomentar, dan membuat
gadis di sebelahnya itu menoleh ke arahnya. “Segitu nge-fans nya kamu sama
hyungnim?” tanya JinKi.
“Sok tau!”
“Aku nggak sok
tau! Kau main basket kan karena dulu hyungnim main basket juga!” jelas JinKi
sok tahu. Tapi ke-sok tahu-an nya itu benar 100%.
“Bagaimana kau
tahu? Kau dukun ya?” tanya ChaeYong heran.
JinKi tersenyum
nakal. “Mudah sekali membodohimu! Aku kan cuma memastikan tebakanku benar!”
jawab JinKi merasa menang. ChaeYong melengos. Jadi sebenarnya JinKi tidak
benar-benar tahu?
Tapi sesaat
kemudian, ChaeYong seperti tersadar akan sesuatu. Ia menoleh ke arah JinKi dan menatapnya
heran. “Hyung, ngapain kau disini?”
“Naega? Kuliah
lah! Ngapain lagi?” jawab JinKi percaya diri. “Seharusnya aku yang tanya padamu
kenapa kau ada disini sekarang?”
“Aku juga..eh..”
ChaeYong memandang seisi kelas. Tak seorangpun dari mereka ia kenal selain
JinKi. Semuanya mahasiswa angkatan atas. Tepatnya mereka seangkatan dengan
Jinki. Dan ia tidak mengerti sedikitpun dengan apa yang dijelaskan dosen di
papan tulis. Terang saja, ia salah kelas!
JinKi terkekeh
melihat ChaeYong jadi bingung sendiri dan segera mengemasi barang-barang dan
memasukkan kedalam tas-nya kemudian bergegas keluar.
“Kau mau
kemana?” dosen yang melihat salah satu mahasiswa itu keluar segera
memanggilnya.
ChaeYong
berhenti sejenak dan menunduk hormat pada dosen. “Maaf Saem, salah kelas!”
katanya dan segera berlari keluar kelas dan masuk ke kelasnya sendiri.
***
ChaeYong’s scene
Tapi mungkin
benar apa yang dikatakan JinKi padaku. Bukannya aku terobsesi pada basket atau
sudah mulai pada fotografi sekarang. Aku lebih terobsesi pada JoongKi oppa.
Apapun yang ia lakukan, aku juga ingin melakukannya. Perasaan itu tidak pernah
berubah sejak aku kecil dan mulai mengikutinya. Rasanya seperti ini bukan
diriku, tapi aku senang melakukannya karena Song JoongKi selalu mau melihatku.
Meski aku tidak tahu ia melihatku karena aku mengikutinya atau karena ini
adalah aku?
Aku terus
memandangi kamera yang sama seperti milik JoongKi oppa di display toko. Hanya
melihatnya dari luar toko ketika aku lewat. Aku mulai sangat terobsesi dengan
oppa. Sejenak jantungku seperti berdegup dengan sangat cepat. Hahh.. ya ampun..
aku pasti kecapekan! Aku harus segera pulang dan istirahat. Karena jika aku
sakit aku tidak akan bisa meraih impian lama oppa menjadi seorang pemain basket
professional!
ChaeYong’s scene END
***
“Kau mau mencuri
kameraku?” JoongKi yang baru kembali dari mengambil alat-alat untuk
membersihkan kameranya itu mengagetkan ChaeYong yang tengah sok-sok-an
mengintip sesuatu dengan lensa kamera. Bergaya seperti fotografer professional.
ChaeYong segera
meletakkan kamerannya dengan hati-hati dan menggeleng cepat. “Ah..ahniyo,
hyung~” katanya, kemudian mengalihkan pandangan kembali pada TV.
“Kupikir kau mau
mengambil pekerjaanku lagi, kemudian menyumpahiku agar tanganku patah dan tidak
bisa memotret lagi!” JoongKi bercanda, namun tidak begitu untuk ChaeYong.
“Ya, hyung~! Kau
berpikir seperti itu tentangku? Apa aku perlu berhenti basket dan kembali ke
Busan?” ChaeYong benar-benar tampak tidak begitu senang dengan candaan JoongKi
yang memang sedikit keterlaluan. Apalagi soal masalah itu, masalah yang membuat
ChaeYong sedikit sensitif.
JoongKi mengacak
rambut ChaeYong, kemudian kembali berkutat dengan kamera dan alat pembersihnya.
“Mianhae~ aku cuma bercanda!” jawabnya jujur. “Mungkin sedikit kelewatan ya?”
ChaeYong tidak
menjawab. Bukannya marah, ia hanya terlalu konsentrasi dengan acara TV yang di
tontonnya. Sedangkan JoongKi masih merasa sedikit tidak enak dengan
perkataannya tadi. “Kau, jangan pernah berhenti dari basket!” ujarnya. Ia tidak
terlalu berharap ChaeYong mendengarnya, namuan ia berharap ChaeYong tidak
berhenti.
“Mwoya(What)?” tanya
ChaeYong yang sepertinya tidak memperhatikan apa yang dikatakan kakaknya itu.
Ia menoleh untuk mendengar lebih jelas apa yang dikatakan JoongKi.
JoongKi
mendekatkan wajahnya sedikit pada adiknya, kemudian memandang keseluruhan wajah
gadis itu. “Neon! Neomu jaelsanggyeota! (Kau! Benar-benar tampan!)” jawab JoongKi dengan cengiran
khasnya, kemudian pergi keluar untuk mengambil camilan di dapur.
ChaeYong
berpikir sebentar. “YA!!! HYUNG!! JEONGMAL!!!”
***
Peluit berbunyi
keras, menandakan latihan usai, dan seluruh anggota tim yang berada di tengah
lapangan menghentikan permainan dan berlarian ke pinggir lapangan untuk minum
dan beristirahat. Sementara coach sedang menulis-nulis sesuatu pada lembaran
kertas yang di jepit di atas clipboardnya sebelum menginstruksikan semuanya
untuk berkumpul mendengarkan evaluasi darinya.
“Good job guys!
Aku harap kalian tetap bisa main bagus di pertandingan musim semi seminggu
lagi!” ujar coach mengawali evaluasi setelah semua anak didiknya yang
bermandikan keringat itu berkumpul di hadapannya. “Karena pertandingan akan
berlangsung sebentar lagi, aku akan pilih 12 pemain dari masing-masing tim yang
akan bermain dalam pertandingan nanti! Tapi seperti biasa, yang tidak terpilih,
jangan memutuskan untuk keluar dari klub! Ini bukan akhir untuk kalian!
Mengerti??”
“Ya coach!”
semua berseru.
Setelah
mendengar jawaban dari semua pemainnya, coach melihat daftar nama yang ada di
kertas diatas clipboardnya. Mulai menyebutkan nama-nama 12 pemain tim putra
yang akan ikut dalam kompetisi. Setelahnya, ia juga menyebutkan nama-nama 12
pemain tim putri, termasuk ChaeYong yang juga masuk dalam hitungan. Yah,
seperti biasa. Dia salah satu atlit yang memperkuat tim basket putri di klub
nya itu.
Namun satu kabar
lagi yang membuat hari itu mungkin jadi awal yang baik untuk dua pemain,
termasuk ChaeYong. “Dan aku putuskan MinHo sebagai kapten tim putra dan
ChaeYong sebagai kapten tim putri mulai sekarang! Mohon kerja samanya!”
Mendengar itu, sesaat membuat perasaan ChaeYong meluap-luap. Kapten tim.
Jabatan yang tak pernah ia bayangkan akan di sandangnya.
“Ye! Coach!”
keduanya berteriak mantab. Dipercaya sebagai kapten itu berarti juga dipercaya
akan kemampuan mereka. Itulah kenapa ChaeYong benar-benar senang.
“Yap, aku harap
kalian yang terpilih berjuang dengan keras di pertandingan nanti, dan jaga
kondisi jangan terlalu over latihan dan jatuh sakit! Dan untuk yang tidak
terpilih, tetap ikut di hari-hari latihan seperti yang di jadwalkan, tidak ada
kata menyerah untuk jadi yang terpilih! Arraseo??” seru coach member semangat
pada seluruh timnya.
“YE COACH!
ARRASEUMNIDA!”
---
“Nggak mau
gabung dengan kami?” salah satu anggota tim putra yang akrab dengan ChaeYong
itu lagi-lagi mengajaknya untuk makan-makan bersama anggota yang lain seperti
biasanya di kedai murah tak jauh dari tempat latihan mereka. Tapi sekali lagi
ChaeYong menolaknya.
“Engga,
kapan-kapan aja!” jawabnya seraya memasukkan beberapa barang dari loker kedalam
tasnya, kemudian menggendongnya di bahu setelah menutup ritsletingnya. “Aku
duluan!” katanya kemudian pergi.
Hari ini
ChaeYong kembali melihat-lihat kamera lagi. Ia memandangi dari luar, kedalam
jendela kaca yang memajang beberapa kamera produk terbaru dari beberapa merk
juga memajang harganya yang mungkin benar-benar tidak bisa di gapainya. Terlalu
mahal.
Ia pikir ia akan
benar-benar mengikuti JoongKi, kemana saja kakaknya itu melangkahkan kakinya
menuju impiannya. Setelah dengan basket, kini mungkin ia akan ikut-ikutan
belajar fotografi.
“Ada yang bisa
saya bantu?” seseorang mengagetkannya dari lamunan yang menyertai saat
memandangi kamera DSLR yang terpampang apik di displaynya itu. Seorang penjaga
toko yang mungkin sudah memperhatikannya sejak tadi.
“Ah.. ahnimida.
Cuma lihat-lihat kok!” jawab ChaeYong. Setelah melirik sekali lagi, ia
membungkuk hormat pada penjaga toko itu dan bergegeas pergi. Lagi pula hari ini
ada kabar gembira yang harus di beritakan ke orang rumah. JoongKi terutama.
***
JPRET!
“Ya! Dengarkan
dulu ceritaku!” ChaeYong protes saat JoongKi mulai menjadikannya objek foto.
“Lagian wajahku mahal untuk di ambil gambarnya tau!”
JoongKi terkekeh
menanggapi adiknya itu. “Haha.. bakalan lucu kalau di taruh di blog nih!”
katanya. “Wajahmu jelek sekali!”
ChaeYong
memanyunkan bibirnya tampak kesal, kemudian memilih beranjak pergi. “Sudahlah~
aku cerita ke bibi saja.” Katanya.
JoongKi
tersenyum kecil melihat adiknya yang sudah memunggunginya, berjalan keluar dari
kamarnya dengan kesal. Ia mematikan kameranya kemudian mengikuti gadis dengan
kaos lengan pendek itu keluar. Setelah berada cukup dekat, ia merangkul adiknya
itu dan mengacak rambutnya sampai benar-benar tak berbentuk lagi. “Ya!!
Hyung!!”
“Aigoo~! Kau
hebat sekali! Uri Yongi~!” puji JoongKi bangga. Sesaat kekesalan ChaeYong pun
mereda. Senyum kecil yang tampak bangga mulai terkembang di wajahnya. “Aku
pasti akan datang ke pertandinganmu! Debutmu menjadi seorang kapten!”
“Hehe..
gamsahamnida~” hanya itu yang terpikirkan oleh ChaeYong untuk dikatakan pada
kakaknya.
“Ppoppo~(kiss~)”
tiba-tiba JoongKi menempatkan wajahya tepat di depan wajah Yongi dan sedikit memanyunkan bibirnya, mereka hanya
berjarak beberapa centimeter. Ia mencoba menggoda adiknya itu.
“YA!! APANYA
YANG PPOPPO!” ChaeYong mendorong JoongKi hingga mundur beberapa langkah.
JoongKi tertawa terbahak-bahak melihat reaksi ChaeYong yang kini wajahnya sudah
mulai merah.
JoongKi mengacak
rambut gadis itu kasar. “Bercanda!” katanya dilanjutkan dengan tawa renyah. “Kau,
kenapa wajahmu merah?” masih sedikit terkekeh, JoongKi bertanya pada ChaeYong.
ChaeYong meraba
pipinya. Tapi meski begitu juga ia tidak tahu seberapa merah wajahnya hanya
dengan merabanya. Dan sepintas, ide untuk melarikan diri dari JoongKi yang
mulai membuatnya merasakan hal aneh itu muncul di kepalanya. “Omoni!” ChaeYong
berseru tiba-tiba. “Ah ya! Aku mau telpon ke Busan dulu!” tanpa mempedulikan
respon JoongKi, ChaeYong bergegas menuju ke telepon rumah di ruang tengah. Sedangkan
JoongKi hanya melihat adiknya dengan pandangan ‘Ada apa sih?’, namun sejenak
kemudian ia berjalan pergi.
Setelah
mengangkat gagang telepon dan menekan beberapa nomor, ChaeYong menunggu sejenak
hingga seseorang di sebrang menjawab teleponnya. “Yeoboseyo? Omoni! Yongi-ieyo!
Jaljinaeseoyo? (Halo? Bu! Ini Yongi! Apa kabar?)”
“Ne! Jaljinaeyo(ibu baik-baik saja)!
Yongie.. kau sedang senang ya?” ibunya dari sebrang menebak, setelah mendengar
nada bicara anaknya yang sedikit gembira.
“Ah.. ne~
seperti itulah..” jawabnya. Senyum kecil terkembang di wajahnya, dihiasi semu
merah di pipinya. Dan tangannya yang tidak memegang gagang telpon tidak bisa
lepas dari dadanya. Jantungnya berdegup sangat kencang.
***To be
Continue***
HOW??? kkk
thanks for reading and don't forget to leave a coment!
Jeongmal gamsahamnida~!!^^
-Keep Shine Like HIKARI-
kirain udah habis sampe part 2 -____- ahh >.< yeobo paling bisa deh bikin aku penasaran !!!!
ReplyDeletehoyoh~ eh sejak kapan chaeyeong margany jd jang yah? Kyahaha.. Nice story ~ lanjuut~
ReplyDeletehahaha.. lagi bosen ama marga choi waktu itu.. :p
Delete