Sunday, September 11, 2011

I don't Understand [FANFIC] [2]

Akhirnya bisa gw rilis juga..
udah berapa minggu gw pending ya? karena biar sebenernya udah jadi agak lama, gw tetep masih sedikit ragu.. ditambah mood gw yang agak ga baik akhir-akhir ini, bawaannya cape mulu.. -__-
Ja, ENJOY READING!^^

I Don't Understand



“Yongi??” JinKi memangil gadis di sebelahnya itu sekali lagi. Namun ia benar-benar tidak merespon panggilannya. “Ada apa sih?” katanya pada diri sendiri sambil melihat ke arah JoongKi yang tengah mengobrol dengan seorang gadis itu. Dan entah JoongKi mungkin merasa sedang di perhatikan. Ia menoleh ke arah JinKi dan ChaeYong kemudian menyapa keduanya.

“Hei! Kalian! Kemarilah!” katanya dengan senyum lebar dan melambaikan tangannya. Menginstruksikan kedua bocah yang berjarak beberapa meter darinya itu untuk mendekat.

Awalnya ChaeYong tidak bergeming, sampai JinKi memukul punggung ChaeYong cukup keras dengan telapak tangannya seraya mendorongnya berjalan ke arah JoongKi. “Ya hyungnim! Kami baru mau kesitu!” serunya dengan senyum lebar. Meski ChaeYong masih terbengong sambil berjalan terseok-seok karena JinKi menyeretnya.

“Kenalkan! Dia Cha YoonHee! Teman SMA ku!” JoongKi memperkenalkan gadis di sebelahnya itu pada ChaeYong dan JinKi.

“Lee JinKi imnida! Bangapseumnida!” kata JinKi memperkenalkan dirinya. Namun ChaeYong masih tidak berkata apapun. Tapi YoonHee malah memandangnya akrab dan tersenyum sangat lebar padanya.

“Aku tahu kau! Kau sepupu JoongKi oppa kan? Jang ChaeYong?” YoonHee bertanya akrab pada ChaeYong. Sementara gadis berambut pendek itu hanya mengangguk namun tidak melontarkan satu katapun untuk menjawabnya. “Kau tidak ingat aku? Aku dulu sering main ke rumah oppa dan bertemu denganmu!” ia mencoba menjelaskan.

Sebentar ChaeYong mencoba mengingat dan sesaat kemudian senyum ramah mulai terkembang di wajahnya. “YoonHee noona??” ChaeYong memastikan. YoonHee mengangguk membenarkan.

“Sudah lama tidak bertemu, Yongi! Kau sudah sebesar ini!” ujar YoonHee, kemudian keduanya berpelukan. Perasaan cemburu ChaeYong langsung menghilang begitu ia tahu siapa gadis itu. Cha YoonHee, teman sekolah kakaknya yang dulu sering datang dan main dengannya. Tapi entah perasaan cemburu itu akan benar-benar hilang atau tidak.

---

YoonHee adalah teman SMA JoongKi, tepatnya adik kelas. Mereka kenal karena YoonHee yang seorang member klub majalah sekolah sering meliput pertandingan basket SMA dan juga sering mewawancarai JoongKi yang merupakan kapten tim basket kebanggaan mereka. Setelah cukup lama berpisah, kini YoonHee bekerja sebagai wartawan dan penulis di sebuah perusahaan mediamasa terbesar kedua di korea, sedangkan JoongKi bekerja di tempat yang sama sebagai fotografer di samping pekerjaannya sebagai fotografer lepas. Dan akhirnya mereka bertemu kembali sejak 3 tahun yang lalu.

“Kami bertemu lagi karena pekerjaan! Aku pikir oppa sudah jadi atlit nasional sekarang! Dulu dia benar-benar hebat!” YoonHee mulai bercerita setelah sebelumnya ChaeYong bernostalgia dengannya bagaimana dulu YoonHee sering datang ke rumah JoongKi dan bermain dengannya. Namun mendengar apa yang dikatakan YoonHee tentang atlit itu membuat JoongKi sedikit muram, namun masih mencoba tersenyum meski sedikit di paksakan. Sedangkan ChaeYong hanya bisa memandang kakak laki-lakinya itu dengan tatapan ‘semestinya eonni tidak berkata seperti itu!’, dan YoonHee segera menyadarinya. “Ahh.. oppa..”

Gwaenchanayo!” JoongKi masih mencoba tersenyum. Namun entah kenapa sesaat atmosfer di ruangan itu jadi sedikit canggung.

“Ahh!! Ayam gorengnya sudah datang!” JinKi tiba-tiba berteriak memecah kebekuan. Membuat perhatian ketiga orang yang lain beralih padanya. Benar saja, tak lama seorang pramusaji datang membawa nampan besar berisi makanan pesanan mereka. Dan karenanya, suasana jadi kembali hangat.

***

Setelah berkemas, memasukan beberapa barang keperluannya kedalam sportbag besar yang biasa di bawanya saat latihan, ChaeYong bergegas keluar. Ia hanya mengenakan celana training panjang dan kaos yang kini ditutupi jumper ukuran L dengan merk produk sport favoritnya.

“Mau kemana?” tanya bibi Song yang baru saja menutup telepon rumah. Entah dia baru menelpon siapa.

“Latihan di lapangan komplek sebelah!” jawab ChaeYong seraya mengambil sepatu dari rak dan memakainya.

“Yongi~! Aku ikut ya?” tiba-tiba dari dalam terdengar seruan JoongKi yang membuat ChaeYong menoleh dan menggelengkan kepalanya.

Andwe! Aku tidak mau setelah pulang harus mengantarmu check up karena cedera lagi seperti minggu lalu!” jawabnya.

JoongKi  kembali masuk kekamarnya, mengambil kamera beserta tas, dan jaket, kemudian keluar dan memakai sepatunya. “Cuma mau jepret! Siapa tahu dapat objek yang bagus!” JoongKi beralasan. ChaeYong memandang kakaknya itu tidak yakin. “Kajja!” JoongKi langsung merangkul adiknya itu dan menariknya keluar rumah. “Eomma, kami pergi!” serunya.

Ne~! hati-hati di jalan~!”

---

Mereka berangkat dengan sepeda. Tentu saja disini posisi ChaeYong selalu tidak beruntung, karena demi kakaknya ia rela mengayuh sepeda dan membawa beban seberat 68 kg di boncengan sepedanya, yang kini sedang jepret sana jepret sini saat melihat objek yang menarik baginya.

“Hyung, berhenti bergerak!” ChaeYong berteriak, namun kakinya tidak berhenti mengayuh.

“Aku tidak bisa.. banyak objek menarik disini!” jawabnya dan benar-benar tidak menghentikan aktifitas memotretnya itu.

“Kalau hyung tidak berhenti bergerak, kita bisa jatuh! Kau berat banget tau!” protes ChaeYong. JoongKi segera menghentikan aktifitasnya dan memasukkan kameranya kedalam tas khususnya.

Arra.. arra..!”

---

“Ya, Hyung! Kau datang??” seseorang yang tengah duduk di tepi lapangan outdoor itu segera menyambut JoongKi dan ChaeYong yang baru datang dan memarkirkan sepeda di antara kendaraan lain yang terparkir disana. Sebenarnya ia menyambut JoongKi. Ia sangat senang meski tahu JoongKi datang tidak untuk bermain.

“Hai!” JoongKi menyapa dengan senyum lebar di wajahnya.

“Kakimu sudah baik-baik saja hyung?” tanya orang yang sama sambil melihat ke arah kaki JoongKi yang kini sudah terlihat lebih baik. JoongKi mengangguk mengiyakan. “Kalau begitu kau bisa main lagi?”

Tapi bukannya jawaban JoongKi yang muncul, malah erangan kesakitan karena ChaeYong baru saja memukul kepala bocah dengan kupluk hitam itu. “Lupakan saja! Hyung cuma mau nonton!” katanya kemudian menarik bocah itu pergi dari hadapan JoongKi. Meski begitu protektif, tapi JoongKi hanya bisa mengiyakan apa yang dikatakan ChaeYong. Entah kenapa.

Sejurus kemudian ChaeYong sudah berada di tengah lapangan bersama beberapa orang yang kini tengah bermain. Sedangkan JoongKi mencoba mendapatkan moment yang bagus dan memotretnya. Bocah-bocah itu melakukan banyak trik termasuk ChaeYong dan membuat JoongKi mendapat banyak moment bagus untuk di foto. “Ahh.. jhoa~!” gumamnya setelah mengambil satu gambar, kemudian melihatnya. “Aku jadi iri..”

Tapi ia tidak bisa melakukan apapun selain duduk dan mendukung adiknya yang terkesan mencoba meraih apa yang di impikan JoongKi. Ingin membuatnya bangga. Karena ia pernah bilang tidak akan mengecewakan JoongKi. Maka ia juga tidak ingin mengecewakan ChaeYong dengan meneruskan impian barunya, bukannya menyesali apa yang sudah terjadi.

“Kau hebat!” JoongKi melempar botol air minum ChaeYong dan handuknya. Seperti yang pernah di lakukan ChaeYong saat JoongKi masih aktif basket. ChaeYong tersenyum kemudian menenggak minumannya dan menyeka keringat di wajah dan kepalanya. “Kau juga membuatku mendapatkan objek yang bagus! Mungkin akan aku jadikan tema di pameranku yang berikutnya!” ujar JoongKi seraya memperlihatkan hasil potretnya.

Omo~.. ini keren hyung!” puji ChaeYong senang. “Hyung berbakat!”

Jichayo?” ChaeYong mengangguk. JoongKi hanya tersenyum seraya mengacak rambut ChaeYong yang basah karena keringat, sedangkan ChaeYong terus melihat hasil potretan JoongKi hingga teman-temannya menariknya kembali ke tengah lapangan.

***

“Rasanya jadi ingin belajar fotografi..” gumam ChaeYong di tengah kelasnya. Tangannya sibuk menggambar di atas buku catatannya, sedangkan konsentrasinya melayang entah kemana. Biar sedetikpun ia tidak memperhatikan dosen yang tengah ceramah di muka kelas.

“Jangan bilang karena JoongKi hyung!” JinKi yang duduk di sampingnya berkomentar, dan membuat gadis di sebelahnya itu menoleh ke arahnya. “Segitu nge-fans nya kamu sama hyungnim?” tanya JinKi.

“Sok tau!”

“Aku nggak sok tau! Kau main basket kan karena dulu hyungnim main basket juga!” jelas JinKi sok tahu. Tapi ke-sok tahu-an nya itu benar 100%.

“Bagaimana kau tahu? Kau dukun ya?” tanya ChaeYong heran.

JinKi tersenyum nakal. “Mudah sekali membodohimu! Aku kan cuma memastikan tebakanku benar!” jawab JinKi merasa menang. ChaeYong melengos. Jadi sebenarnya JinKi tidak benar-benar tahu?

Tapi sesaat kemudian, ChaeYong seperti tersadar akan sesuatu. Ia menoleh ke arah JinKi dan menatapnya heran. “Hyung, ngapain kau disini?”

“Naega? Kuliah lah! Ngapain lagi?” jawab JinKi percaya diri. “Seharusnya aku yang tanya padamu kenapa kau ada disini sekarang?”

“Aku juga..eh..” ChaeYong memandang seisi kelas. Tak seorangpun dari mereka ia kenal selain JinKi. Semuanya mahasiswa angkatan atas. Tepatnya mereka seangkatan dengan Jinki. Dan ia tidak mengerti sedikitpun dengan apa yang dijelaskan dosen di papan tulis. Terang saja, ia salah kelas!

JinKi terkekeh melihat ChaeYong jadi bingung sendiri dan segera mengemasi barang-barang dan memasukkan kedalam tas-nya kemudian bergegas keluar.

“Kau mau kemana?” dosen yang melihat salah satu mahasiswa itu keluar segera memanggilnya.

ChaeYong berhenti sejenak dan menunduk hormat pada dosen. “Maaf Saem, salah kelas!” katanya dan segera berlari keluar kelas dan masuk ke kelasnya sendiri.

***

ChaeYong’s scene

Tapi mungkin benar apa yang dikatakan JinKi padaku. Bukannya aku terobsesi pada basket atau sudah mulai pada fotografi sekarang. Aku lebih terobsesi pada JoongKi oppa. Apapun yang ia lakukan, aku juga ingin melakukannya. Perasaan itu tidak pernah berubah sejak aku kecil dan mulai mengikutinya. Rasanya seperti ini bukan diriku, tapi aku senang melakukannya karena Song JoongKi selalu mau melihatku. Meski aku tidak tahu ia melihatku karena aku mengikutinya atau karena ini adalah aku?

Aku terus memandangi kamera yang sama seperti milik JoongKi oppa di display toko. Hanya melihatnya dari luar toko ketika aku lewat. Aku mulai sangat terobsesi dengan oppa. Sejenak jantungku seperti berdegup dengan sangat cepat. Hahh.. ya ampun.. aku pasti kecapekan! Aku harus segera pulang dan istirahat. Karena jika aku sakit aku tidak akan bisa meraih impian lama oppa menjadi seorang pemain basket professional!

ChaeYong’s scene END

***

“Kau mau mencuri kameraku?” JoongKi yang baru kembali dari mengambil alat-alat untuk membersihkan kameranya itu mengagetkan ChaeYong yang tengah sok-sok-an mengintip sesuatu dengan lensa kamera. Bergaya seperti fotografer professional.

ChaeYong segera meletakkan kamerannya dengan hati-hati dan menggeleng cepat. “Ah..ahniyo, hyung~” katanya, kemudian mengalihkan pandangan kembali pada TV.

“Kupikir kau mau mengambil pekerjaanku lagi, kemudian menyumpahiku agar tanganku patah dan tidak bisa memotret lagi!” JoongKi bercanda, namun tidak begitu untuk ChaeYong.

“Ya, hyung~! Kau berpikir seperti itu tentangku? Apa aku perlu berhenti basket dan kembali ke Busan?” ChaeYong benar-benar tampak tidak begitu senang dengan candaan JoongKi yang memang sedikit keterlaluan. Apalagi soal masalah itu, masalah yang membuat ChaeYong sedikit sensitif.

JoongKi mengacak rambut ChaeYong, kemudian kembali berkutat dengan kamera dan alat pembersihnya. “Mianhae~ aku cuma bercanda!” jawabnya jujur. “Mungkin sedikit kelewatan ya?”

ChaeYong tidak menjawab. Bukannya marah, ia hanya terlalu konsentrasi dengan acara TV yang di tontonnya. Sedangkan JoongKi masih merasa sedikit tidak enak dengan perkataannya tadi. “Kau, jangan pernah berhenti dari basket!” ujarnya. Ia tidak terlalu berharap ChaeYong mendengarnya, namuan ia berharap ChaeYong tidak berhenti.

Mwoya(What)?” tanya ChaeYong yang sepertinya tidak memperhatikan apa yang dikatakan kakaknya itu. Ia menoleh untuk mendengar lebih jelas apa yang dikatakan JoongKi.

JoongKi mendekatkan wajahnya sedikit pada adiknya, kemudian memandang keseluruhan wajah gadis itu. “Neon! Neomu jaelsanggyeota! (Kau! Benar-benar tampan!)” jawab JoongKi dengan cengiran khasnya, kemudian pergi keluar untuk mengambil camilan di dapur.

ChaeYong berpikir sebentar. “YA!!! HYUNG!! JEONGMAL!!!”

***

Peluit berbunyi keras, menandakan latihan usai, dan seluruh anggota tim yang berada di tengah lapangan menghentikan permainan dan berlarian ke pinggir lapangan untuk minum dan beristirahat. Sementara coach sedang menulis-nulis sesuatu pada lembaran kertas yang di jepit di atas clipboardnya sebelum menginstruksikan semuanya untuk berkumpul mendengarkan evaluasi darinya.

“Good job guys! Aku harap kalian tetap bisa main bagus di pertandingan musim semi seminggu lagi!” ujar coach mengawali evaluasi setelah semua anak didiknya yang bermandikan keringat itu berkumpul di hadapannya. “Karena pertandingan akan berlangsung sebentar lagi, aku akan pilih 12 pemain dari masing-masing tim yang akan bermain dalam pertandingan nanti! Tapi seperti biasa, yang tidak terpilih, jangan memutuskan untuk keluar dari klub! Ini bukan akhir untuk kalian! Mengerti??”

“Ya coach!” semua berseru.

Setelah mendengar jawaban dari semua pemainnya, coach melihat daftar nama yang ada di kertas diatas clipboardnya. Mulai menyebutkan nama-nama 12 pemain tim putra yang akan ikut dalam kompetisi. Setelahnya, ia juga menyebutkan nama-nama 12 pemain tim putri, termasuk ChaeYong yang juga masuk dalam hitungan. Yah, seperti biasa. Dia salah satu atlit yang memperkuat tim basket putri di klub nya itu.

Namun satu kabar lagi yang membuat hari itu mungkin jadi awal yang baik untuk dua pemain, termasuk ChaeYong. “Dan aku putuskan MinHo sebagai kapten tim putra dan ChaeYong sebagai kapten tim putri mulai sekarang! Mohon kerja samanya!” Mendengar itu, sesaat membuat perasaan ChaeYong meluap-luap. Kapten tim. Jabatan yang tak pernah ia bayangkan akan di sandangnya.

Ye! Coach!” keduanya berteriak mantab. Dipercaya sebagai kapten itu berarti juga dipercaya akan kemampuan mereka. Itulah kenapa ChaeYong benar-benar senang.

“Yap, aku harap kalian yang terpilih berjuang dengan keras di pertandingan nanti, dan jaga kondisi jangan terlalu over latihan dan jatuh sakit! Dan untuk yang tidak terpilih, tetap ikut di hari-hari latihan seperti yang di jadwalkan, tidak ada kata menyerah untuk jadi yang terpilih! Arraseo??” seru coach member semangat pada seluruh timnya.

YE COACH! ARRASEUMNIDA!”

---

“Nggak mau gabung dengan kami?” salah satu anggota tim putra yang akrab dengan ChaeYong itu lagi-lagi mengajaknya untuk makan-makan bersama anggota yang lain seperti biasanya di kedai murah tak jauh dari tempat latihan mereka. Tapi sekali lagi ChaeYong menolaknya.

“Engga, kapan-kapan aja!” jawabnya seraya memasukkan beberapa barang dari loker kedalam tasnya, kemudian menggendongnya di bahu setelah menutup ritsletingnya. “Aku duluan!” katanya kemudian pergi.

Hari ini ChaeYong kembali melihat-lihat kamera lagi. Ia memandangi dari luar, kedalam jendela kaca yang memajang beberapa kamera produk terbaru dari beberapa merk juga memajang harganya yang mungkin benar-benar tidak bisa di gapainya. Terlalu mahal.

Ia pikir ia akan benar-benar mengikuti JoongKi, kemana saja kakaknya itu melangkahkan kakinya menuju impiannya. Setelah dengan basket, kini mungkin ia akan ikut-ikutan belajar fotografi.

“Ada yang bisa saya bantu?” seseorang mengagetkannya dari lamunan yang menyertai saat memandangi kamera DSLR yang terpampang apik di displaynya itu. Seorang penjaga toko yang mungkin sudah memperhatikannya sejak tadi.

“Ah.. ahnimida. Cuma lihat-lihat kok!” jawab ChaeYong. Setelah melirik sekali lagi, ia membungkuk hormat pada penjaga toko itu dan bergegeas pergi. Lagi pula hari ini ada kabar gembira yang harus di beritakan ke orang rumah. JoongKi terutama.

***

JPRET!

“Ya! Dengarkan dulu ceritaku!” ChaeYong protes saat JoongKi mulai menjadikannya objek foto. “Lagian wajahku mahal untuk di ambil gambarnya tau!”

JoongKi terkekeh menanggapi adiknya itu. “Haha.. bakalan lucu kalau di taruh di blog nih!” katanya. “Wajahmu jelek sekali!”

ChaeYong memanyunkan bibirnya tampak kesal, kemudian memilih beranjak pergi. “Sudahlah~ aku cerita ke bibi saja.” Katanya.

JoongKi tersenyum kecil melihat adiknya yang sudah memunggunginya, berjalan keluar dari kamarnya dengan kesal. Ia mematikan kameranya kemudian mengikuti gadis dengan kaos lengan pendek itu keluar. Setelah berada cukup dekat, ia merangkul adiknya itu dan mengacak rambutnya sampai benar-benar tak berbentuk lagi. “Ya!! Hyung!!”

“Aigoo~! Kau hebat sekali! Uri Yongi~!” puji JoongKi bangga. Sesaat kekesalan ChaeYong pun mereda. Senyum kecil yang tampak bangga mulai terkembang di wajahnya. “Aku pasti akan datang ke pertandinganmu! Debutmu menjadi seorang kapten!”

“Hehe.. gamsahamnida~” hanya itu yang terpikirkan oleh ChaeYong untuk dikatakan pada kakaknya.

Ppoppo~(kiss~)” tiba-tiba JoongKi menempatkan wajahya tepat di depan wajah Yongi dan sedikit memanyunkan bibirnya, mereka hanya berjarak beberapa centimeter. Ia mencoba menggoda adiknya itu.

“YA!! APANYA YANG PPOPPO!” ChaeYong mendorong JoongKi hingga mundur beberapa langkah. JoongKi tertawa terbahak-bahak melihat reaksi ChaeYong yang kini wajahnya sudah mulai merah.

JoongKi mengacak rambut gadis itu kasar. “Bercanda!” katanya dilanjutkan dengan tawa renyah. “Kau, kenapa wajahmu merah?” masih sedikit terkekeh, JoongKi bertanya pada ChaeYong.

ChaeYong meraba pipinya. Tapi meski begitu juga ia tidak tahu seberapa merah wajahnya hanya dengan merabanya. Dan sepintas, ide untuk melarikan diri dari JoongKi yang mulai membuatnya merasakan hal aneh itu muncul di kepalanya. “Omoni!” ChaeYong berseru tiba-tiba. “Ah ya! Aku mau telpon ke Busan dulu!” tanpa mempedulikan respon JoongKi, ChaeYong bergegas menuju ke telepon rumah di ruang tengah. Sedangkan JoongKi hanya melihat adiknya dengan pandangan ‘Ada apa sih?’, namun sejenak kemudian ia berjalan pergi.

Setelah mengangkat gagang telepon dan menekan beberapa nomor, ChaeYong menunggu sejenak hingga seseorang di sebrang menjawab teleponnya. “Yeoboseyo? Omoni! Yongi-ieyo! Jaljinaeseoyo? (Halo? Bu! Ini Yongi! Apa kabar?)”

Ne! Jaljinaeyo(ibu baik-baik saja)! Yongie.. kau sedang senang ya?” ibunya dari sebrang menebak, setelah mendengar nada bicara anaknya yang sedikit gembira.

“Ah.. ne~ seperti itulah..” jawabnya. Senyum kecil terkembang di wajahnya, dihiasi semu merah di pipinya. Dan tangannya yang tidak memegang gagang telpon tidak bisa lepas dari dadanya. Jantungnya berdegup sangat kencang.

***To be Continue***

HOW??? kkk
thanks for reading and don't forget to leave a coment!
Jeongmal gamsahamnida~!!^^

-Keep Shine Like HIKARI-

3 comments:

  1. kirain udah habis sampe part 2 -____- ahh >.< yeobo paling bisa deh bikin aku penasaran !!!!

    ReplyDelete
  2. hoyoh~ eh sejak kapan chaeyeong margany jd jang yah? Kyahaha.. Nice story ~ lanjuut~

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha.. lagi bosen ama marga choi waktu itu.. :p

      Delete