Tuesday, September 13, 2011

Onew Appa [FanFic]

Terisnpirasi sama SHINee Hello Baby, dan perasaan terpendamnya Onew sama YooGeun..
yah~ just read lah kalo mau tau~kkk ^^

Onew Appa


“Mwo???” Onew berseru ditengah kegiatannya mencuci bekas sarapan, membantu KiBum yang mendapat tugas karena kalah undian. Onew menghentikan kegiatannya, membiarkan air kran mengucur deras menimpa piring dan mangkuk yang berada didalam bak cuci.

KiBum yang saat itu tengah membersihkan meja dapur mendekat pada hyungnya itu dan mematikan kran airnya. “Jangan biarkan air menyala saat kau tidak memakainya! Boros!” katanya, kemudian kembali dengan pekerjaannya semula. “Aku akan ada acara selama 2 hari. Dan entah yang tiga lagi, pokoknya kami tidak di rumah untuk beberapa hari!” lanjut KiBum dengan ceritanya.

Onew ternganga. Bagaimana tidak, untuk beberapa hari kedepan, keempat dongsaengnya tidak berada satu rumah dengannya, dengan kata lain ia sendirian bersama YooGeun. YOOGEUN! “Wae hyung?” tanya Kibum yang baru menyelesaikan pekerjaannya.

“Tapi kan..”

KiBum menepuk kedua pundak leader nya itu. “Tolong jaga rumah ya! Dan aku titip anak kita!” katanya dengan penuh keyakinan, kemudian pergi meninggalkan Onew di dapur sendirian.

“Wae irae~?” Onew tertegun. Rasanya seperti sebentar lagi akan ada bencana besar untuknya.

***

Seperti yang di ketahui di episode awal SHINee Hello Baby, Onew merupakan anggota paling nggak akrab dengan YooGeun. Meskipun masih ada TaeMin yang juga tidak begitu dekat dengan YooGeun, tapi Onew benar-benar tidak dekat. Ia lari setiap kali bocah kecil itu mendekatinya. Bahkan untuk memeluknya saja ia seperti harus berpikir dua kali. Ia hampir tidak pernah main dengannya, hanya melihat dari kejauhan dan tersenyum melihat hal lucu yang YooGeun lakukan.

Ia mencintai YooGeun sama seperti yang lainnya, tapi ia hanya bisa menyimpannya. Seperti ada rasa takut untuk mendekati bocah kecil itu.

“Hyung, kami berangkat~!” MinHo dan TaeMin berseru bersamaan, diikuti JongHyun yang baru menyelesaikan sarapannya. Sedangkan KiBum masih menyuapi YooGeun. Dihadapannya, Onew masih menatap kedua ayah dan anak itu dengan tampang khawatir. Bisakah ia tinggal hanya berdua dengan YooGeun.

“Hyung, setelah ini gantikan pakaian YooGeun. Jangan lupa makan siang dan makan malam, buatkan makanan yang tidak terlalu pedas untuknya! Ajak dia main atau ajari sesuatu. Jangan buat dia menangis! Sebelum tidur lebih baik bacakan cerita. Oh ya, jangan lupa mandikan YooGeun sebelum tidur! Arra?” kata KiBum panjang lebar. Cerewet. Seperti biasanya. Onew tidak menjawab, hanya memandang ke arahnya dengan mulut penuh makanan yang terus di masukkan kedalam mulutnya setiap ia habis menelan makanannya. KiBum mendengus. “Haish~! Sebenarnya aku khawatir meninggalkan YooGeun berdua saja denganmu! Mungkin lebih baik jika meninggalkannya dengan TaeMin..” ia diam sebentar. “Meskipun aku juga tidak bisa percaya pasa kalian berdua!”

“Kau tidak pernah mempercayai kami!” Onew menggumam, namun KiBum masih bisa mendengarnya.

“Oke, memang hanya diriku sendiri yang bisa di percaya!” katanya percaya diri, kemudian menyuapkan satu sendok makanan lagi ke mulut YooGeun.  “YooGeun-a, mulai hari ini kau berdua saja dengan Onew appa di rumah, jadi anak yang baik ya! Arrachi? Key appa akan pulang besok malam.” KiBum memberi tahu YooGeun meski ia tidak benar-benar yakin anak itu mengerti.

YooGeun tidak menjawab. Mulutnya terus mengunyah makanan dan tangannya memegang mainan power ranger merah nya dan terus memainkannya. KiBum mendengus. “Kuharap sangtae-mu nggak lagi kumat hari ini!” ujarnya sambil melirik Onew yang tampak cuek, namun matanya terus memandang ke arah YooGeun dan pikirannya membayangkan bagaimana ia akan bertahan dua hari ini. “Ya Tuhan, tolong jaga YooGeun..” gumam KiBum, kemudian menyuapkan sesendok makanan lagi ke mulut YooGeun sebelum akhirnya ia berangkat.

***

Onew’s scene

Oke, sekarang apa yang harus ku lakukan? KiBum baru saja pergi, MinHo, Taemin dan JongHyun juga ikutan menghilang. Dan aku sendirian bersama YooGeun yang sekarang tengah asik sendiri dengan Power Ranger nya. Aku hanya bisa memperhatikannya dari tempat yang sama. Jika aku adalah MinHo, mungkin sekarang aku sudah menggendongnya dan lari-lari keliling rumah. Tapi aku Onew. Lee JinKi.

“Onew appa!” aku mendengar suara kecilnya memanggilku. Aku diam, tertegun. Mencoba menyadari seseorang tengah memanggil namaku. “Onew appa!” YooGeun mengulanginya lagi.

“Eh..n..ne, YooGeun-a?” tanyaku gugup.

“Key appa eoddieyo(dimana Key-appa)?” katanya dengan suara kecil khasnya dan lafal yang tidak begitu jelas. Namun aku masih bisa tahu apa yang ia katakana.

“Eh?” ia mencari KiBum? Bukankah mereka baru pamitan beberapa detik yang lalu?

---

Selesai membereskan sisa-sisa sarapan dan mencuci semua alat makan yang digunakan, aku tidak langsung keluar dari dapur. Karena aku tahu, YooGeun akan segera mendatangiku, mengingat aku satu-satunya appa-nya yang ada di rumah.

Hari ini shooting Hello Baby di liburkan untuk sehari, karena hanya aku yang ada di rumah. Beberapa crew dan PD pulang untuk beristirahat. Hanya ada seorang noona yang menemaniku sebentar, membantu pekerjaan rumah. Namun ia baru pulang beberapa menit yang lalu.

Aku menundukkan kepala. Berpikir apa yang harus kulakukan bersama YooGeun. Yah, aku tak bisa diam saja pada anak itu sampai besok. Aku benar-benar bukan ayah yang baik. Dan aku tidak ingin YooGeun makin tidak menyukaiku. Jadi, aku harus melakukan sesuatu.

Aku keluar dari dapur, menuju ke kamar YooGeun dimana sekarang ia berada. Kubuka pintu gesernya sedikit, kemudian mengintip kedalam. YooGeun sedang asik menggambar sesuatu di papan kertas hadiah dari KiBum. Anak pintar.

Sepertinya ia menyadari kehadiranku, meski aku masih tidak berani masuk. “Key appa?” katanya. Ia masih saja menyebut-nyebut nama almighty appa itu. KiBum benar-benar membuatku iri. “Key appa?”

Aku menarik nafas sejenak, berusaha mengeluarkan keberanianku. “O..Onew appa.. ieyo~!” aku membenarkan dengan senyum setulus mungkin.

“Onew appa?” katanya dengan nada bertanya.

Aku mengangguk. “Ne.. onew appa..!” Aku membuka pintu lebih lebar. Menampakkan diri pada YooGeun meski aku tetap berdiri di depan pintu. “Kau sedang menggambar?” tanyaku padanya mencoba lebih akrab. YooGeun tidak menjawab. Mungkin setelah tahu aku bukan appa yang di harapkannya, ia memilih untuk main sendirian.

Kututup pintu geser itu setelah terlebih dulu masuk kedalam kamar YooGeun. Tapi aku tidak mendekat, hanya mengambil beberapa buku anak-anak hadian dari KiBum untuk YooGeun dan membacanya sendirian di sudut ruangan. Sambil sesekali mengawasi YooGeun. Kulihat dia masih asik dengan kegiatannya, namun beberapa menit kemudian ia mulai bosan.

“MinHo appa eoddieyo(dimana MinHo-appa)?” katanya pendek kemudian beranjak mendekatiku. Ku tutup buku cerita bergambar di tanganku dan meletakkannya di lantai. Aku mulai bergerak mundur ketika YooGeun mendekatiku hingga punggungku menyentuh tembok sangat rapat dan aku tidak  dapan mundur lagi. Kenapa aku bisa begitu takut dengan anak se lucu ini? “Onew appa! MinHo appa eoddieyo?”

“Ah..Umh.. MinHo appa sedang pergi..” jawabku canggung.

YooGeun duduk di pangkuanku setelah ia cukup dekat. Ahh~ eottokhajyo~(apa yang harus aku lakukan~)?? Tapi ia seperti tidak memperdulikanku. Ia memainkan boneka di tangannya kemudian tertawa dan memandang ke arahku dengan smile eyesnya. Aku tersenyum canggung padanya. Tapi ia tetap tertawa setelah bermain-main dengan bonekanya.

Appa, aku bosan~” katanya dengan lafal yang kurang jelas. Dan perkataan itu menyadarkanku bahwa aku tidak bisa terus diam disini.

“Kau bosan?” tanyaku. YooGeun mengangguk. Setelah menarik nafas panjang dan melepasnya pelan, aku mengangkat YooGeun dari pangkuanku dan membuatnya berdiri. Mungkin lebih baik mengajaknya jalan-jalan keluar, aku juga sedang bosan.

Aku hendak mengambilkan jaket untuknya dan untukku sendiri, tapi YooGeun malah mengikutiku dan berulang kali menyerukan, “Appa, gendong! Appa gendong!” dan membuatku semakin tidak nyaman. Apa aku harus menggendongnya? Atau membiarkannya tetap merengek sampai menangis? Namun entah kenapa aku seperti mengiyakannya. Aku membungkuk sedikit, meraihnya dan mengangkatnya. Namun ketakutanku terjadi. Tidak tahu bagaimana kronologis kejadiannya. YooGeun jatuh dari tanganku. Punggung dan kepalanya terbentur lantai dan bunyinya sangat keras.

Aku terdiam memandangnya, begitu juga YooGeun, hingga akhirnya ia merasa sakit dan menangis begitu keras. “Ah..!!” aku berteriak. Aku bingung. Aku memegangi kepalaku dengan tampang panik dan tidak tahu harus melakukan apa. Seorang anak menangis di hadapanku karena diriku. Aku begitu takut melakukan kesalahan untuk kedua kalinya. Tapi dibiarkan pun ia tetap kesakitan dan menangis.

Kuangkat YooGeun dan dengan hati-hati ku rebahkan dia di ranjangnya. Ia masih menangis sangat keras. Kuusap kepalanya, namun konsentrasiku terpecah pada apa yang harus kulakukan pada YooGeun, bukannya menenangkannya terlebih dahulu. “YooGeun-a~! Uljima~(Jangan menangis~)!” rengekku padanya. Ah~ rasanya aku juga ingin menangis. Jeongmal minahae YooGeun-a~! Onew appa bukan ayah yang baik.

***

Sudah pukul 7. Sedah berselang beberapa jam setelah YooGeun akhirnya tertidur setelah menangis sangat lama karena kesalahan yang aku lakukan. Mungkin dia akan membenciku setelah ini, dan aku akan menjadi appa yang paling buruk di matanya.

Sedikit merenggangkan badan setelah memasak makan malam. Aku harus membangunkan YooGeun untuk makan. Dan setelah itu ia harus mandi dan kembali tidur. Seperti apa yang dikatakan KiBum, ia bahkan mengirim pesan padaku agar aku tidak lupa. Ya ampun, bocah itu!

“YooGeun-a~!” aku memberanikan diri masuk kedalam kamarnya. YooGeun masih tertidur. Matanya masih sembab. Dan hal itu membuatku sangat menyesal. Ku usap dahinya lembut, juga kepalanya. Bagian yang terbentur jadi sedikit membengkak. Seberapa keras dia jatuh sampai seperti ini?

Sedikit demi sedikit matanya terbuka. Ia menggeliat sedikit, kemudian melihat ke arahku yang mulai agak mundur, menjauhkan diri dari YooGeun. Ia memandang ke arahku tanpa ekspresi. Apa dia ingat kejadian tadi? “YooGeun-a.. ayo makan!” ajakku padanya. Ia diam. “Kau  lapar kan? Ayo makan dengan appa!” ajakku lagi. Tapi ia tetap tidak bergeming. Ia sepertinya benar-benar marah padaku. Apa aku harus menghubungi KiBum atau MinHo untuk bertanya soal ini? Tapi kalau aku terus terang, mereka pasti akan membunuhku.

“YooGeun.. marah pada appa?” tanyaku padanya. Ia sepertinya tidak mau memperhatikanku, malah mengambil boneka di sebelahnya kemudian memukulkan ke wajahku. Oke, sekarang aku tahu ia marah. “YooGeun-a, appa ga jwisonghaeyo~(maafkan ayah~)!” ujarku padanya. Ia kembali mendaratkan boneka berwarna biru keunguan itu ke wajahku.

Aku menangkapnya, kemudian membawanya di tangan kananku. “Andwe YooGeun-a~!” ujarku. Ia mulai merengek. Berteriak kecil, terdengar seperti, “Kembalikan itu padaku!” atau yang sejenisnya. Namun aku tetap tidak memberikannya.

Ia masih duduk di ranjangnya, sedangkan aku berdiri sedikit menunduk di samping ranjang mobilnya itu. Menghadap kearahnya dan kupegang kedua bahunya. Aku tidak tahu ini cara yang benar atau salah. Tapi mungkin cara ini bisa membuat YooGeun turun dari ranjangnya untuk makan malam. “Jung YooGeun, appa minta maaf. YooGeun anak baik, YooGeun pasti memaafkan siapa saja dengan tulus kan? Appa percaya pada YooGeun. Maafkan Onew appa ya!” ujarku. Terdengar seperti memperingatkan seorang anak yang mungkin beberapa tahun lebih tua darinya. Tapi aku tak bisa melakukan apapun selain hal ini.

YooGeun memandang ke arahku. Ia tampak kesal. Namun tidak melakukan apa-apa untuk menyerangku seperti tadi. Apa dia mengerti? Aku tahu ia anak cerdas. Tapi untuk mengerti apa yang aku katakan, aku sedikit tidak yakin. “Kalau YooGeun memaafkan Onew appa, peluk appa sekarang!” pintaku padanya sambil membuka tanganku lebar-lebar. Dan tanpa diduga, ia segera memelukku. Ia melingkarkan tangannya di leherku dan menyandarkan kepalanya di bahu kiriku. Aku tersenyum. Kupejamkan mataku dan balas memeluknya dengan erat. “Jung YooGeun, sangat baik! Jeongmal gomawo~!” gumamku padanya. Namun masih meragukan apa ia mengerti atau tidak.

---

Aku menyuapi makan malam untuknya. Momen ayah dan anak dengan YooGeun, yang mungkin satu-satunya yang aku lakukan. Namun sayang, hari ini dan besok libur shooting karena JongHyung, MinHo, KiBum dan TaeMin sedang ada keperluan masing-masing. Sesekali aku mengusap kepalanya. Aku harus mengompresnya setelah ini, dan besok aku harus ke klinik untuk memeriksakan punggungnya.

Appa, meokgeo(Ayah, makanlah)!” katanya sambil menyodorkan sepotong daging padaku, bermaksud menyuapiku. Kubuka mulutku, dan dia memasukkan potongan daging itu.

Gamsahamnida~!” ujarku, kemudian mengusap kepalanya lembut. “YooGeun-a, besok kita jalan-jalan ya!” ajaku spontan.

“Jalan-jalan?” katanya dengan nada bicara yang menggemaskan.

“Hmh.. Onew appa akan membawamu jalan-jalan berkeliling! Kau mau?” tanyaku padanya yang masih sibuk mengambil makanan di piring makannya dengan tangan kosong. “Eotte(bagaimana)?” tanyaku lagi. Ia hanya berdehem. Ok, dia mau! Aku menyimpulkan sendiri.

Usai makan malam, aku memandikannya, kemudian menidurkannya di ranjan mobilnya. Kubacakan cerita seperti usulan KiBum. Namun sepertinya ini tidak mempengaruhinya. Aku memilih untuk bernyanyi. Kunyanyikan lagu pengantar tidur sembari mengompres kepalanya yang sedikit membengkak karena terbentur. Dan nyanyianku membuatnya tertidur sedikit demi sedikit.

Jadi seperti ini rasanya menjadi seorang ayah. Aku belum pernah benar-benar merasakannya sejak hari pertama kami berlima di pertemukan dengan YooGeun. Bahkan sejengkal pun aku tidak mau mendekatinya. Karena alasan yang selalu membuatku takut jika aku mendekat aku akan menyakitinya seperti siang tadi. Tapi hari ini aku berada sangat dekat dengannya, meski dengan sebuah insiden, namun kami bisa melewatinya. Semoga tidak terjadi apapun dengan YooGeun.

Kuusap kepalanya setelah kurasa cukup mengompresnya. Sudah mendingan. Pasti rasanya sakit sekali sampai ia menangis begitu keras. Aku menghelas nafas panjang, mengecup kening kecilnya. “Mianhae YooGeun-a. Appa ga YooGeuni saranghae~”

***

“YooGeun-a, kajja!” ajakku sambil menggandeng tangannya. Ia tampak gembira, meski hari masih sangat dingin, tapi raut wajah YooGeun menyiratkan kebahagiaan. Kami berdua berjalan menyusuri trotoar ke arah klinik. Saat kulihat YooGeun kelelahan, rasanya ingin aku menggendongnya agar cepat sampai ke klinik. Namun mengingat kejadian semalam, apa aku bisa melakukannya?

“YooGeun-a, kau lelah?” tanyaku. Ia mengangguk. Ahh.. eottokhajyo~? Kulihat kedepan, klinik sudah tak jauh lagi. Mungkin membiarkannya berjalan sebentar lagi tidak apa-apa. “Sebentar lagi kita sampai, ayo!” kami melanjutkan perjalanan ke klinik yang berjarak beberapa meter lagi. Maaf YooGeun-a, appa membuatmu harus berjalan sejauh ini.

Setelah mengurus administrasi dan pendaftaran, kami masuk kedalam ruang dokter untuk melakukan control. Dokter me-rongent tubuh YooGeun untuk mengetahui apa ada luka serius di badannya. Aku hanya bisa melihat dari kejauhan. Namun setelah menunggu sebentar, semua proses pemeriksaan selesai dan hasil segera di keluarkan.

“YooGeun tidak terkena cedera apapun, namun harap berhati-hati jangan sampai jatuh kembali.” Terang dokter padaku sambil menunjukkan hasil rongentnya. Aku senang YooGeun baik-baik saja.

Dokter anak itu memberikan permen pada YooGeun dan kami bergegas pergi. Aku ingin mengajaknya jalan-jalan di luar karena selama ini kami hanya terus-terusan main di dalam rumah.Menghirup udara segar itu baik untuk kesehatan. Namun belum sampai 5 meter, YooGeun berhenti berjalan dan merengek untuk digendong. Aku tahu pasti dia lelah, tapi bagaimana kalau dia jatuh lagi? Tidak lucu kan kalau dia jatuh lagi setelah aku diperingatkan dokter. Tapi YooGeun pasti tidak memiliki pikiran yang sama denganku. Pikiran anak umur 3 tahun siapa yang tahu.

Arraseo! Appa akan menggendongmu!” jawabku dengan sedikit takut. Sebenarnya aku tidak tahu caranya menggendong seorang anak. Setelah menghela nafas panjang, dengan canggung aku memeluknya, kemudian mengangkatnya. Tapi sepertinya cara ini juga salah.

Aku mencoba berbagai cara, namun sepertinya tidak akan nyaman untukku dan YooGeun. Tak lama kulihat seorang ibu-ibu muda keluar dari klinik dengan menggendong anak perempuannya yang mungkin usianya hampir sama dengan YooGeun. Aku melihat caranya mengendong, dan sesuatu terpikirkan di kepalaku.

Jeogiyo, ahjuma.. jeoneun SHINee Onew imnida(permisi, ahjuma.. saya SHINee Onew)! Bisakah mengajariku cara menggendong?” panggilku padanya dan membuatnya memandang dengan aneh kepadaku.

---

Jeongmal gamsahamnida~!” aku mengangguk hormat pada ahjumma itu setelah memberikan tanda tangan di sapu tangannya. Aku berhasil menggendong YooGeun. Meski masih sedikit takut, tapi aku mencoba membiasakannya.

Kami jalan-jalan di sekitar taman. Melihat banyak pemandangan dan orang-orang yang berlalu lalang. Setelah sangat sibuk dengan banyak hal, sudah lama rasanya aku tidak merasakan sebebas ini. Meski banyak pasang mata yang tersadar siapa aku, mengarah padaku dan berbisik-bisik. Terutama segerombol anak sekolah yang baru lewat dan menyadari aku berada disini. Tapi tampaknya mereka tidak mau menggangguku. Aku mengangguk hormat pada mereka dan menyapa dengan senyum lebar, “Annyeong~!” dan teriakan histeris mulai terdengar dari arah mereka. Yah, SHINee leader.

Aku menurunkan YooGeun yang ingin main-main disana. Naik melalui tangga, kemudian turun melalui perosotan. Ia melakukannya berkali-kali. Aku tersenyum lebar melihatnya, beruntunglah mereka memberikanku waktu berdua saja bersama YooGeun. Setelahnya banyak permainan di mainkannya, dan berakhir dengan ayunan. Ia duduk di atas papan kayu dengan rantai di kanan-kiri untuk menggantungnya itu. Aku mendorongnya pelan. Ia berteriak-teriak gembira saat aku mendorong ayunannya sedikit kencang. “Jhoa YooGeun-a?” tanyaku. Dia tidak menjawab, hanya berteriak dengan semangat. Mungkin itu jawabannya. Ia sangat senang.

***

“Aku pulang~!” aku berteriak, meski aku tahu tidak aka nada satupun yang menjawab.

“Aku pulang~!” YooGeun yang berada di gendonganku mengikutinya.

Aku menurunkan YooGeun dari gendonganku setelah melepas sepatunya. Kami masuk kedalam dan duduk di ruang tengah, tempat dimana kami berenam biasa berkumpul, dan shooting paling sering berlangsung disini. Tapi hari ini bahkan satu kamera pun tidak meliput. Shooting akan dimulai besok setelah mereka pulang.

Sejak tadi YooGeun tidak berhenti menceritakan semua yang di lihat dan di alaminya. Meski tidak semua kalimatnya bisa kumengerti, tapi melihat semangatnya membuatku senang dan senyum yang terkembang di wajahku tidak bisa luntur sedikitpun. Aku senang melihatnya sehat.

Namun beberapa saat kemudian, mungkin karena terlalu lelah, akhirnya YooGeun tertidur. Aku menidurkannya di kamar tempar SHINee tidur selama berada di rumah ini. Aku berharap seseorang merekam apa yang aku lakukan hari ini. Aku ingin memperlihatkan Sangtae Appa bisa melakukan sesuatu untuk YooGeun. Tapi sepertinya tidak mungkin.

Setelah kutidurkan dia, aku juga ikut tertidur di sebelahnya.

Onew’s scene END

***

“Key appa pulang~!!” seseorang berteriak bersamaan dengan suara pintu geser yang terbuka, kemudian menutup. KiBum sudah pulang. Didalam terlihat Onew tengah menata meja di ruang tengah dengan beberapa macam makanan yang dimasaknya sendiri bersama seorang noona staff yang datang untuk melihat keadaan YooGeun dan membantu Onew mengerjakan pekerjaan rumah.

“Kau sudah pulang?” ujar Onew. “Makan malam juga sudah siap!”

“YooGeuni?” tanya KiBum yang masih mengkhawatirkan soal anaknya itu.

“Dia tidur! Bangunkan dan ajak ia makan!” jawab Onew yang masih sibuk dengan kegiatannya.

“Hanya menidurkannya? Itu yang sehari ini hyung lakukan? Chh..” KiBum meremehkan Onew. Namun Onew terlalu sibuk untuk menjawab celaan KiBum.

KiBum meletakkan tasnya dan bergegas masuk untuk melihat anak lelaki yang sudah 2 hari tak dilihatnya. YooGeun tengah terlelap di kamar mereka. “YooGeun-a~ bangun, makan malam..” KiBum membangunkan YooGeun setelah duduk di sebelahnya. Awalnya YooGeun tidak bergeming. Namun setelah beberapa kali KiBum mencoba membangunkannya,, akhirnya sedikit demi sedikit YooGeun mulai membuka mata. “YooGeun-a~!” sapa KiBum ceria setelah YooGeun benar-benar sudah membuka matanya dan melihat ke arahnya.

Namun apa yang dikatakan YooGeun pertama kali adalah.. “Onew appa?”

KiBum tertegun  sebentar. “Mworago?” Tanya KiBum kaget. Namun perasaan anehnya ia tahan sejenak setelah mendapati 3 temannya yang lain sudah pulang. TaeMin, MinHo, dan JongHyun berkerubut masuk kekamar untuk menemui YooGeun, anak tersayang mereka, sambil menunggu makan malam yang sebentar lagi siap.

***

“Onew appa!” YooGeun menjawab untuk yang kelima kalinya dari pertanyaan yang sama yang dilontarkan MinHo, dan membuat KiBum, JongHyun, dan TaeMin tercengang. Sedangkan Onew yang duduk di paling sudut, tempat yang paling jauh dari YooGeun (seperti biasanya), hanya tersenyum sambil melihat ke arah YooGeun.

“Bagaimana bisa??” KiBum protes seperti biasa, karena hasil yang tidak memuaskan.

“Apa yang hyung lakukan padanya?” JongHyun menoleh kearah Onew. Onew menggeleng, namun senyum lebarnya tak bisa ditanggalkannya. Tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi, mereka hanya bisa takjub dengan apa yang baru saja mereka dengar. Onew appa menjadi appa yang paling di sukai YooGeun dan paling di hafal olehnya.


*** END ***

Eotte~??
pengen liat sekali aja onyu gendong yoogeun.. ._. yah~ sudahlah..
Thx for reading and don't forget to leave a comment~!^^
JEONGMAL GAMSAHAMNIDA~!!

-Keep Shine Like HIKARI-

8 comments:

  1. ya ! kkkk ~ aku phobia sama anak kecil yeobo >o<

    ReplyDelete
  2. Bikin sekuel nya dong? u,u sumpah keren~~~ DAEBAK!~

    ReplyDelete
  3. hehehe.. gomapda~!^^
    ntar deh kalo ada ide ya~ makasi udah baca~!^^

    ReplyDelete
  4. ehm.. Ini gimana yah.. Ato guw aj yg ga konsen pas bca.. Ini cerita perasaan datar bgt.. Hmm..

    ReplyDelete
    Replies
    1. kmu aja kali yang ga konsen~ :p
      ini ff dengan pengunjung terbanyak di blog ku lho~ *mungkin efek judulnya -___-*
      makasi btw^^

      Delete