Terisnpirasi sama SHINee Hello Baby, dan perasaan terpendamnya Onew sama YooGeun..
yah~ just read lah kalo mau tau~kkk ^^
Onew Appa
“Mwo???” Onew
berseru ditengah kegiatannya mencuci bekas sarapan, membantu KiBum yang
mendapat tugas karena kalah undian. Onew menghentikan kegiatannya, membiarkan
air kran mengucur deras menimpa piring dan mangkuk yang berada didalam bak
cuci.
KiBum yang saat
itu tengah membersihkan meja dapur mendekat pada hyungnya itu dan mematikan
kran airnya. “Jangan biarkan air menyala saat kau tidak memakainya! Boros!”
katanya, kemudian kembali dengan pekerjaannya semula. “Aku akan ada acara
selama 2 hari. Dan entah yang tiga lagi, pokoknya kami tidak di rumah untuk
beberapa hari!” lanjut KiBum dengan ceritanya.
Onew ternganga.
Bagaimana tidak, untuk beberapa hari kedepan, keempat dongsaengnya tidak berada
satu rumah dengannya, dengan kata lain ia sendirian bersama YooGeun. YOOGEUN!
“Wae hyung?” tanya Kibum yang baru menyelesaikan pekerjaannya.
“Tapi kan..”
KiBum menepuk
kedua pundak leader nya itu. “Tolong jaga rumah ya! Dan aku titip anak kita!”
katanya dengan penuh keyakinan, kemudian pergi meninggalkan Onew di dapur
sendirian.
“Wae irae~?”
Onew tertegun. Rasanya seperti sebentar lagi akan ada bencana besar untuknya.
***
Seperti yang di
ketahui di episode awal SHINee Hello Baby, Onew merupakan anggota paling nggak
akrab dengan YooGeun. Meskipun masih ada TaeMin yang juga tidak begitu dekat
dengan YooGeun, tapi Onew benar-benar tidak dekat. Ia lari setiap kali bocah
kecil itu mendekatinya. Bahkan untuk memeluknya saja ia seperti harus berpikir
dua kali. Ia hampir tidak pernah main dengannya, hanya melihat dari kejauhan
dan tersenyum melihat hal lucu yang YooGeun lakukan.
Ia mencintai
YooGeun sama seperti yang lainnya, tapi ia hanya bisa menyimpannya. Seperti ada
rasa takut untuk mendekati bocah kecil itu.
“Hyung, kami
berangkat~!” MinHo dan TaeMin berseru bersamaan, diikuti JongHyun yang baru
menyelesaikan sarapannya. Sedangkan KiBum masih menyuapi YooGeun. Dihadapannya,
Onew masih menatap kedua ayah dan anak itu dengan tampang khawatir. Bisakah ia
tinggal hanya berdua dengan YooGeun.
“Hyung, setelah
ini gantikan pakaian YooGeun. Jangan lupa makan siang dan makan malam, buatkan
makanan yang tidak terlalu pedas untuknya! Ajak dia main atau ajari sesuatu.
Jangan buat dia menangis! Sebelum tidur lebih baik bacakan cerita. Oh ya,
jangan lupa mandikan YooGeun sebelum tidur! Arra?” kata KiBum panjang lebar.
Cerewet. Seperti biasanya. Onew tidak menjawab, hanya memandang ke arahnya
dengan mulut penuh makanan yang terus di masukkan kedalam mulutnya setiap ia
habis menelan makanannya. KiBum mendengus. “Haish~! Sebenarnya aku khawatir
meninggalkan YooGeun berdua saja denganmu! Mungkin lebih baik jika
meninggalkannya dengan TaeMin..” ia diam sebentar. “Meskipun aku juga tidak
bisa percaya pasa kalian berdua!”
“Kau tidak
pernah mempercayai kami!” Onew menggumam, namun KiBum masih bisa mendengarnya.
“Oke, memang
hanya diriku sendiri yang bisa di percaya!” katanya percaya diri, kemudian
menyuapkan satu sendok makanan lagi ke mulut YooGeun. “YooGeun-a, mulai hari ini kau berdua saja
dengan Onew appa di rumah, jadi anak
yang baik ya! Arrachi? Key appa akan
pulang besok malam.” KiBum memberi tahu YooGeun meski ia tidak benar-benar
yakin anak itu mengerti.
YooGeun tidak
menjawab. Mulutnya terus mengunyah makanan dan tangannya memegang mainan power
ranger merah nya dan terus memainkannya. KiBum mendengus. “Kuharap sangtae-mu nggak lagi kumat hari ini!”
ujarnya sambil melirik Onew yang tampak cuek, namun matanya terus memandang ke
arah YooGeun dan pikirannya membayangkan bagaimana ia akan bertahan dua hari
ini. “Ya Tuhan, tolong jaga YooGeun..” gumam KiBum, kemudian menyuapkan
sesendok makanan lagi ke mulut YooGeun sebelum akhirnya ia berangkat.
***
Onew’s scene
Oke, sekarang
apa yang harus ku lakukan? KiBum baru saja pergi, MinHo, Taemin dan JongHyun
juga ikutan menghilang. Dan aku sendirian bersama YooGeun yang sekarang tengah
asik sendiri dengan Power Ranger nya. Aku hanya bisa memperhatikannya dari
tempat yang sama. Jika aku adalah MinHo, mungkin sekarang aku sudah
menggendongnya dan lari-lari keliling rumah. Tapi aku Onew. Lee JinKi.
“Onew appa!” aku mendengar suara kecilnya
memanggilku. Aku diam, tertegun. Mencoba menyadari seseorang tengah memanggil
namaku. “Onew appa!” YooGeun
mengulanginya lagi.
“Eh..n..ne, YooGeun-a?” tanyaku gugup.
“Key appa eoddieyo(dimana
Key-appa)?” katanya dengan suara kecil khasnya dan lafal yang tidak begitu
jelas. Namun aku masih bisa tahu apa yang ia katakana.
“Eh?” ia mencari
KiBum? Bukankah mereka baru pamitan beberapa detik yang lalu?
---
Selesai
membereskan sisa-sisa sarapan dan mencuci semua alat makan yang digunakan, aku
tidak langsung keluar dari dapur. Karena aku tahu, YooGeun akan segera
mendatangiku, mengingat aku satu-satunya appa-nya
yang ada di rumah.
Hari ini
shooting Hello Baby di liburkan untuk sehari, karena hanya aku yang ada di
rumah. Beberapa crew dan PD pulang untuk beristirahat. Hanya ada seorang noona yang menemaniku sebentar, membantu
pekerjaan rumah. Namun ia baru pulang beberapa menit yang lalu.
Aku menundukkan
kepala. Berpikir apa yang harus kulakukan bersama YooGeun. Yah, aku tak bisa
diam saja pada anak itu sampai besok. Aku benar-benar bukan ayah yang baik. Dan
aku tidak ingin YooGeun makin tidak menyukaiku. Jadi, aku harus melakukan
sesuatu.
Aku keluar dari
dapur, menuju ke kamar YooGeun dimana sekarang ia berada. Kubuka pintu gesernya
sedikit, kemudian mengintip kedalam. YooGeun sedang asik menggambar sesuatu di
papan kertas hadiah dari KiBum. Anak pintar.
Sepertinya ia
menyadari kehadiranku, meski aku masih tidak berani masuk. “Key appa?” katanya. Ia masih saja menyebut-nyebut
nama almighty appa itu. KiBum
benar-benar membuatku iri. “Key appa?”
Aku menarik
nafas sejenak, berusaha mengeluarkan keberanianku. “O..Onew appa.. ieyo~!” aku membenarkan dengan senyum setulus mungkin.
“Onew appa?” katanya dengan nada bertanya.
Aku mengangguk. “Ne.. onew appa..!” Aku membuka pintu lebih lebar. Menampakkan diri pada
YooGeun meski aku tetap berdiri di depan pintu. “Kau sedang menggambar?”
tanyaku padanya mencoba lebih akrab. YooGeun tidak menjawab. Mungkin setelah
tahu aku bukan appa yang di
harapkannya, ia memilih untuk main sendirian.
Kututup pintu
geser itu setelah terlebih dulu masuk kedalam kamar YooGeun. Tapi aku tidak
mendekat, hanya mengambil beberapa buku anak-anak hadian dari KiBum untuk
YooGeun dan membacanya sendirian di sudut ruangan. Sambil sesekali mengawasi
YooGeun. Kulihat dia masih asik dengan kegiatannya, namun beberapa menit
kemudian ia mulai bosan.
“MinHo appa eoddieyo(dimana MinHo-appa)?”
katanya pendek kemudian beranjak mendekatiku. Ku tutup buku cerita bergambar di
tanganku dan meletakkannya di lantai. Aku mulai bergerak mundur ketika YooGeun
mendekatiku hingga punggungku menyentuh tembok sangat rapat dan aku tidak dapan mundur lagi. Kenapa aku bisa begitu
takut dengan anak se lucu ini? “Onew appa!
MinHo appa eoddieyo?”
“Ah..Umh.. MinHo
appa sedang pergi..” jawabku
canggung.
YooGeun duduk di
pangkuanku setelah ia cukup dekat. Ahh~ eottokhajyo~(apa
yang harus aku lakukan~)?? Tapi ia seperti tidak memperdulikanku. Ia memainkan
boneka di tangannya kemudian tertawa dan memandang ke arahku dengan smile
eyesnya. Aku tersenyum canggung padanya. Tapi ia tetap tertawa setelah
bermain-main dengan bonekanya.
“Appa, aku bosan~” katanya dengan lafal
yang kurang jelas. Dan perkataan itu menyadarkanku bahwa aku tidak bisa terus
diam disini.
“Kau bosan?”
tanyaku. YooGeun mengangguk. Setelah menarik nafas panjang dan melepasnya
pelan, aku mengangkat YooGeun dari pangkuanku dan membuatnya berdiri. Mungkin
lebih baik mengajaknya jalan-jalan keluar, aku juga sedang bosan.
Aku hendak
mengambilkan jaket untuknya dan untukku sendiri, tapi YooGeun malah mengikutiku
dan berulang kali menyerukan, “Appa,
gendong! Appa gendong!” dan membuatku
semakin tidak nyaman. Apa aku harus menggendongnya? Atau membiarkannya tetap
merengek sampai menangis? Namun entah kenapa aku seperti mengiyakannya. Aku
membungkuk sedikit, meraihnya dan mengangkatnya. Namun ketakutanku terjadi.
Tidak tahu bagaimana kronologis kejadiannya. YooGeun jatuh dari tanganku.
Punggung dan kepalanya terbentur lantai dan bunyinya sangat keras.
Aku terdiam
memandangnya, begitu juga YooGeun, hingga akhirnya ia merasa sakit dan menangis
begitu keras. “Ah..!!” aku berteriak. Aku bingung. Aku memegangi kepalaku
dengan tampang panik dan tidak tahu harus melakukan apa. Seorang anak menangis di
hadapanku karena diriku. Aku begitu takut melakukan kesalahan untuk kedua kalinya.
Tapi dibiarkan pun ia tetap kesakitan dan menangis.
Kuangkat YooGeun
dan dengan hati-hati ku rebahkan dia di ranjangnya. Ia masih menangis sangat
keras. Kuusap kepalanya, namun konsentrasiku terpecah pada apa yang harus
kulakukan pada YooGeun, bukannya menenangkannya terlebih dahulu. “YooGeun-a~! Uljima~(Jangan menangis~)!” rengekku
padanya. Ah~ rasanya aku juga ingin menangis. Jeongmal minahae YooGeun-a~! Onew
appa bukan ayah yang baik.
***
Sudah pukul 7.
Sedah berselang beberapa jam setelah YooGeun akhirnya tertidur setelah menangis
sangat lama karena kesalahan yang aku lakukan. Mungkin dia akan membenciku
setelah ini, dan aku akan menjadi appa
yang paling buruk di matanya.
Sedikit
merenggangkan badan setelah memasak makan malam. Aku harus membangunkan YooGeun
untuk makan. Dan setelah itu ia harus mandi dan kembali tidur. Seperti apa yang
dikatakan KiBum, ia bahkan mengirim pesan padaku agar aku tidak lupa. Ya ampun,
bocah itu!
“YooGeun-a~!”
aku memberanikan diri masuk kedalam kamarnya. YooGeun masih tertidur. Matanya
masih sembab. Dan hal itu membuatku sangat menyesal. Ku usap dahinya lembut,
juga kepalanya. Bagian yang terbentur jadi sedikit membengkak. Seberapa keras
dia jatuh sampai seperti ini?
Sedikit demi
sedikit matanya terbuka. Ia menggeliat sedikit, kemudian melihat ke arahku yang
mulai agak mundur, menjauhkan diri dari YooGeun. Ia memandang ke arahku tanpa
ekspresi. Apa dia ingat kejadian tadi? “YooGeun-a.. ayo makan!” ajakku padanya.
Ia diam. “Kau lapar kan? Ayo makan
dengan appa!” ajakku lagi. Tapi ia
tetap tidak bergeming. Ia sepertinya benar-benar marah padaku. Apa aku harus
menghubungi KiBum atau MinHo untuk bertanya soal ini? Tapi kalau aku terus
terang, mereka pasti akan membunuhku.
“YooGeun.. marah
pada appa?” tanyaku padanya. Ia
sepertinya tidak mau memperhatikanku, malah mengambil boneka di sebelahnya
kemudian memukulkan ke wajahku. Oke, sekarang aku tahu ia marah. “YooGeun-a, appa ga jwisonghaeyo~(maafkan ayah~)!”
ujarku padanya. Ia kembali mendaratkan boneka berwarna biru keunguan itu ke
wajahku.
Aku
menangkapnya, kemudian membawanya di tangan kananku. “Andwe YooGeun-a~!” ujarku. Ia mulai merengek. Berteriak kecil,
terdengar seperti, “Kembalikan itu padaku!” atau yang sejenisnya. Namun aku
tetap tidak memberikannya.
Ia masih duduk
di ranjangnya, sedangkan aku berdiri sedikit menunduk di samping ranjang
mobilnya itu. Menghadap kearahnya dan kupegang kedua bahunya. Aku tidak tahu
ini cara yang benar atau salah. Tapi mungkin cara ini bisa membuat YooGeun
turun dari ranjangnya untuk makan malam. “Jung YooGeun, appa minta maaf. YooGeun anak baik, YooGeun pasti memaafkan siapa
saja dengan tulus kan? Appa percaya pada YooGeun. Maafkan Onew appa ya!”
ujarku. Terdengar seperti memperingatkan seorang anak yang mungkin beberapa
tahun lebih tua darinya. Tapi aku tak bisa melakukan apapun selain hal ini.
YooGeun
memandang ke arahku. Ia tampak kesal. Namun tidak melakukan apa-apa untuk
menyerangku seperti tadi. Apa dia mengerti? Aku tahu ia anak cerdas. Tapi untuk
mengerti apa yang aku katakan, aku sedikit tidak yakin. “Kalau YooGeun
memaafkan Onew appa, peluk appa sekarang!” pintaku padanya sambil
membuka tanganku lebar-lebar. Dan tanpa diduga, ia segera memelukku. Ia melingkarkan
tangannya di leherku dan menyandarkan kepalanya di bahu kiriku. Aku tersenyum.
Kupejamkan mataku dan balas memeluknya dengan erat. “Jung YooGeun, sangat baik!
Jeongmal gomawo~!” gumamku padanya.
Namun masih meragukan apa ia mengerti atau tidak.
---
Aku menyuapi
makan malam untuknya. Momen ayah dan anak dengan YooGeun, yang mungkin
satu-satunya yang aku lakukan. Namun sayang, hari ini dan besok libur shooting
karena JongHyung, MinHo, KiBum dan TaeMin sedang ada keperluan masing-masing.
Sesekali aku mengusap kepalanya. Aku harus mengompresnya setelah ini, dan besok
aku harus ke klinik untuk memeriksakan punggungnya.
“Appa, meokgeo(Ayah, makanlah)!” katanya sambil menyodorkan sepotong
daging padaku, bermaksud menyuapiku. Kubuka mulutku, dan dia memasukkan
potongan daging itu.
“Gamsahamnida~!” ujarku, kemudian
mengusap kepalanya lembut. “YooGeun-a, besok kita jalan-jalan ya!” ajaku
spontan.
“Jalan-jalan?”
katanya dengan nada bicara yang menggemaskan.
“Hmh.. Onew appa akan membawamu jalan-jalan
berkeliling! Kau mau?” tanyaku padanya yang masih sibuk mengambil makanan di
piring makannya dengan tangan kosong. “Eotte(bagaimana)?”
tanyaku lagi. Ia hanya berdehem. Ok, dia mau! Aku menyimpulkan sendiri.
Usai makan
malam, aku memandikannya, kemudian menidurkannya di ranjan mobilnya. Kubacakan
cerita seperti usulan KiBum. Namun sepertinya ini tidak mempengaruhinya. Aku
memilih untuk bernyanyi. Kunyanyikan lagu pengantar tidur sembari mengompres
kepalanya yang sedikit membengkak karena terbentur. Dan nyanyianku membuatnya
tertidur sedikit demi sedikit.
Jadi seperti ini
rasanya menjadi seorang ayah. Aku belum pernah benar-benar merasakannya sejak
hari pertama kami berlima di pertemukan dengan YooGeun. Bahkan sejengkal pun
aku tidak mau mendekatinya. Karena alasan yang selalu membuatku takut jika aku
mendekat aku akan menyakitinya seperti siang tadi. Tapi hari ini aku berada
sangat dekat dengannya, meski dengan sebuah insiden, namun kami bisa
melewatinya. Semoga tidak terjadi apapun dengan YooGeun.
Kuusap kepalanya
setelah kurasa cukup mengompresnya. Sudah mendingan. Pasti rasanya sakit sekali
sampai ia menangis begitu keras. Aku menghelas nafas panjang, mengecup kening
kecilnya. “Mianhae YooGeun-a. Appa ga YooGeuni saranghae~”
***
“YooGeun-a, kajja!” ajakku sambil menggandeng
tangannya. Ia tampak gembira, meski hari masih sangat dingin, tapi raut wajah
YooGeun menyiratkan kebahagiaan. Kami berdua berjalan menyusuri trotoar ke arah
klinik. Saat kulihat YooGeun kelelahan, rasanya ingin aku menggendongnya agar
cepat sampai ke klinik. Namun mengingat kejadian semalam, apa aku bisa
melakukannya?
“YooGeun-a, kau
lelah?” tanyaku. Ia mengangguk. Ahh.. eottokhajyo~?
Kulihat kedepan, klinik sudah tak jauh lagi. Mungkin membiarkannya berjalan sebentar
lagi tidak apa-apa. “Sebentar lagi kita sampai, ayo!” kami melanjutkan
perjalanan ke klinik yang berjarak beberapa meter lagi. Maaf YooGeun-a, appa membuatmu harus berjalan sejauh
ini.
Setelah mengurus
administrasi dan pendaftaran, kami masuk kedalam ruang dokter untuk melakukan control.
Dokter me-rongent tubuh YooGeun untuk mengetahui apa ada luka serius di
badannya. Aku hanya bisa melihat dari kejauhan. Namun setelah menunggu
sebentar, semua proses pemeriksaan selesai dan hasil segera di keluarkan.
“YooGeun tidak
terkena cedera apapun, namun harap berhati-hati jangan sampai jatuh kembali.” Terang
dokter padaku sambil menunjukkan hasil rongentnya. Aku senang YooGeun baik-baik
saja.
Dokter anak itu
memberikan permen pada YooGeun dan kami bergegas pergi. Aku ingin mengajaknya
jalan-jalan di luar karena selama ini kami hanya terus-terusan main di dalam
rumah.Menghirup udara segar itu baik untuk kesehatan. Namun belum sampai 5
meter, YooGeun berhenti berjalan dan merengek untuk digendong. Aku tahu pasti
dia lelah, tapi bagaimana kalau dia jatuh lagi? Tidak lucu kan kalau dia jatuh
lagi setelah aku diperingatkan dokter. Tapi YooGeun pasti tidak memiliki
pikiran yang sama denganku. Pikiran anak umur 3 tahun siapa yang tahu.
“Arraseo! Appa akan menggendongmu!” jawabku dengan sedikit takut. Sebenarnya
aku tidak tahu caranya menggendong seorang anak. Setelah menghela nafas
panjang, dengan canggung aku memeluknya, kemudian mengangkatnya. Tapi
sepertinya cara ini juga salah.
Aku mencoba
berbagai cara, namun sepertinya tidak akan nyaman untukku dan YooGeun. Tak lama
kulihat seorang ibu-ibu muda keluar dari klinik dengan menggendong anak
perempuannya yang mungkin usianya hampir sama dengan YooGeun. Aku melihat
caranya mengendong, dan sesuatu terpikirkan di kepalaku.
“Jeogiyo, ahjuma.. jeoneun SHINee
Onew imnida(permisi, ahjuma.. saya
SHINee Onew)! Bisakah mengajariku cara menggendong?” panggilku padanya dan
membuatnya memandang dengan aneh kepadaku.
---
“Jeongmal gamsahamnida~!” aku mengangguk
hormat pada ahjumma itu setelah memberikan tanda tangan di sapu tangannya. Aku
berhasil menggendong YooGeun. Meski masih sedikit takut, tapi aku mencoba
membiasakannya.
Kami jalan-jalan
di sekitar taman. Melihat banyak pemandangan dan orang-orang yang berlalu
lalang. Setelah sangat sibuk dengan banyak hal, sudah lama rasanya aku tidak
merasakan sebebas ini. Meski banyak pasang mata yang tersadar siapa aku,
mengarah padaku dan berbisik-bisik. Terutama segerombol anak sekolah yang baru
lewat dan menyadari aku berada disini. Tapi tampaknya mereka tidak mau
menggangguku. Aku mengangguk hormat pada mereka dan menyapa dengan senyum
lebar, “Annyeong~!” dan teriakan
histeris mulai terdengar dari arah mereka. Yah, SHINee leader.
Aku menurunkan
YooGeun yang ingin main-main disana. Naik melalui tangga, kemudian turun
melalui perosotan. Ia melakukannya berkali-kali. Aku tersenyum lebar
melihatnya, beruntunglah mereka memberikanku waktu berdua saja bersama YooGeun.
Setelahnya banyak permainan di mainkannya, dan berakhir dengan ayunan. Ia duduk
di atas papan kayu dengan rantai di kanan-kiri untuk menggantungnya itu. Aku
mendorongnya pelan. Ia berteriak-teriak gembira saat aku mendorong ayunannya
sedikit kencang. “Jhoa YooGeun-a?”
tanyaku. Dia tidak menjawab, hanya berteriak dengan semangat. Mungkin itu
jawabannya. Ia sangat senang.
***
“Aku pulang~!”
aku berteriak, meski aku tahu tidak aka nada satupun yang menjawab.
“Aku pulang~!”
YooGeun yang berada di gendonganku mengikutinya.
Aku menurunkan
YooGeun dari gendonganku setelah melepas sepatunya. Kami masuk kedalam dan
duduk di ruang tengah, tempat dimana kami berenam biasa berkumpul, dan shooting
paling sering berlangsung disini. Tapi hari ini bahkan satu kamera pun tidak
meliput. Shooting akan dimulai besok setelah mereka pulang.
Sejak tadi
YooGeun tidak berhenti menceritakan semua yang di lihat dan di alaminya. Meski
tidak semua kalimatnya bisa kumengerti, tapi melihat semangatnya membuatku
senang dan senyum yang terkembang di wajahku tidak bisa luntur sedikitpun. Aku
senang melihatnya sehat.
Namun beberapa
saat kemudian, mungkin karena terlalu lelah, akhirnya YooGeun tertidur. Aku
menidurkannya di kamar tempar SHINee tidur selama berada di rumah ini. Aku
berharap seseorang merekam apa yang aku lakukan hari ini. Aku ingin
memperlihatkan Sangtae Appa bisa
melakukan sesuatu untuk YooGeun. Tapi sepertinya tidak mungkin.
Setelah
kutidurkan dia, aku juga ikut tertidur di sebelahnya.
Onew’s scene END
***
“Key appa pulang~!!” seseorang berteriak
bersamaan dengan suara pintu geser yang terbuka, kemudian menutup. KiBum sudah
pulang. Didalam terlihat Onew tengah menata meja di ruang tengah dengan
beberapa macam makanan yang dimasaknya sendiri bersama seorang noona staff yang datang untuk melihat
keadaan YooGeun dan membantu Onew mengerjakan pekerjaan rumah.
“Kau sudah
pulang?” ujar Onew. “Makan malam juga sudah siap!”
“YooGeuni?” tanya
KiBum yang masih mengkhawatirkan soal anaknya itu.
“Dia tidur!
Bangunkan dan ajak ia makan!” jawab Onew yang masih sibuk dengan kegiatannya.
“Hanya
menidurkannya? Itu yang sehari ini hyung lakukan? Chh..” KiBum meremehkan Onew.
Namun Onew terlalu sibuk untuk menjawab celaan KiBum.
KiBum meletakkan
tasnya dan bergegas masuk untuk melihat anak lelaki yang sudah 2 hari tak
dilihatnya. YooGeun tengah terlelap di kamar mereka. “YooGeun-a~ bangun, makan
malam..” KiBum membangunkan YooGeun setelah duduk di sebelahnya. Awalnya
YooGeun tidak bergeming. Namun setelah beberapa kali KiBum mencoba
membangunkannya,, akhirnya sedikit demi sedikit YooGeun mulai membuka mata. “YooGeun-a~!”
sapa KiBum ceria setelah YooGeun benar-benar sudah membuka matanya dan melihat
ke arahnya.
Namun apa yang
dikatakan YooGeun pertama kali adalah.. “Onew appa?”
KiBum
tertegun sebentar. “Mworago?” Tanya KiBum kaget. Namun perasaan anehnya ia tahan
sejenak setelah mendapati 3 temannya yang lain sudah pulang. TaeMin, MinHo, dan
JongHyun berkerubut masuk kekamar untuk menemui YooGeun, anak tersayang mereka,
sambil menunggu makan malam yang sebentar lagi siap.
***
“Onew appa!” YooGeun menjawab untuk yang
kelima kalinya dari pertanyaan yang sama yang dilontarkan MinHo, dan membuat
KiBum, JongHyun, dan TaeMin tercengang. Sedangkan Onew yang duduk di paling
sudut, tempat yang paling jauh dari YooGeun (seperti biasanya), hanya tersenyum
sambil melihat ke arah YooGeun.
“Bagaimana
bisa??” KiBum protes seperti biasa, karena hasil yang tidak memuaskan.
“Apa yang hyung lakukan padanya?” JongHyun menoleh
kearah Onew. Onew menggeleng, namun senyum lebarnya tak bisa ditanggalkannya.
Tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi, mereka hanya bisa takjub dengan apa
yang baru saja mereka dengar. Onew appa
menjadi appa yang paling di sukai
YooGeun dan paling di hafal olehnya.
*** END ***
Eotte~??
pengen liat sekali aja onyu gendong yoogeun.. ._. yah~ sudahlah..
Thx for reading and don't forget to leave a comment~!^^
JEONGMAL GAMSAHAMNIDA~!!
-Keep Shine Like HIKARI-
ya ! kkkk ~ aku phobia sama anak kecil yeobo >o<
ReplyDeletekok bisa? ._.
ReplyDeleteJHOAAAAAA
ReplyDeleteGAMSAHAMNIDA~^^
ReplyDeleteBikin sekuel nya dong? u,u sumpah keren~~~ DAEBAK!~
ReplyDeletehehehe.. gomapda~!^^
ReplyDeletentar deh kalo ada ide ya~ makasi udah baca~!^^
ehm.. Ini gimana yah.. Ato guw aj yg ga konsen pas bca.. Ini cerita perasaan datar bgt.. Hmm..
ReplyDeletekmu aja kali yang ga konsen~ :p
Deleteini ff dengan pengunjung terbanyak di blog ku lho~ *mungkin efek judulnya -___-*
makasi btw^^