Monday, October 29, 2012

[DRABBLE] Classic

Classic


Written by
LIGHT

Cast
Kang Minhyuk (CNBlue), You as the Girl, Choi Minho (SHINee)

Genre
Romance, Angst

Rate
15

Lenght
ONESHOT

Author Note
Terinspirasi dari obrolan ala drama queen ku bareng salah satu penulis novel ternama dunia /halah, sama salah satu temenku yang seorang penulis juga, cuma dia udah pro..^^
Gara-gara imajinasi kita yang kelewat tinggi, jadilah aku mengorbankan Kang Minhyuk disini..
Read juseyo~ng~♥

=========

Perasaanku sangat klasik.. benar-benar seperti kisah roman picisan yang banyak ditayangkan di televisi. Entah aku merasa apa yang terjadi padaku merupakan perasaan yang sangat murah. Tapi ini adalah yang benar-benar sedang terjadi padaku saat ini. Perasaan murah ini.

Kalimat seperti "Aku bahagia jika dia bahagia." atau "Aku akan terus bersamamu meski kau tak memilihku." atau "Kita harus berkorban demi orang yang kita cintai." bukanlah sekedar kalimat bodoh yang banyak muncul dalam drama televisi. Kata-kata itu bukanlah sampah, dan orang-orang yang mengalami itu bukanlah orang bodoh. Karena mereka benar-benar tahu apa yang ada dalam hati mereka. Mereka tahu melepaskan perasaan ini tidaklah mudah, namun ia harus melepaskannya apapun yang terjadi.

Seperti apa yang aku alami saat ini. Dimana aku menyukai seseorang yang tidak akan mungkin aku dapatkan.

Ia berdiri memunggungiku didepan sebuah cermin besar. Mematut dirinya yang kini mengenakan gaun berwarna putih. Ia mengenakan makota yang lebih mirip bando di kepalanya. Sesekali ia berputar sedikit kekanan dan kekiri, melihat betapa cantik dirinya. Ya, dia memang cantik.

Dia tidak pernah tidak cantik. Ia selalu cantik saat tersenyum padaku. Ia selalu cantik meski ia sedang memarahiku karena aku menarik rambutnya yang di ikat ekor kuda. Ia selalu cantik saat berjuang meraih mimpinya. Ia selalu cantik saat wajahnya tercoreng cat tembok saat kami mewarnai tembok pagar rumahnya. Ia selalu cantik saat menangis karena terjatuh dari sepeda. Ia selalu cantik dimataku, apapun yang terjadi. Walaupun akan muncul keriput di wajahnya, ataupun giginya akan menghilang satu persatu saat tua nanti. Aku tahu ia tetap akan menjadi wanita paling cantik didalam hidupku. Aku tidak melebih-lebihkannya karena memang benar begitu.

Ia menoleh padaku, tersenyum begitu lepas. Aku membalas senyumnya. "Kamu cantik!" ujarku.

Ia kemudian berputar, seperti sedang memperlihatkan keseluruhan bagian gaun pengantinnya padaku. "Ini karena gaun ibuku! Indah ya?" katanya.

"Iya!"

Tapi kamu lebih indah dari gaun yang kamu kenakan itu.



Ia akan menikah. Ia mengatakan padaku bahwa Minho telah melamarnya saat itu.

Waktu itu aku sedang duduk sendirian di sebuah minimarket didekat apartemen tempatku tinggal. Dia menelponku, memberiku kabar bahwa ia baru saja pulang dari kencan dengan Minho. Pria yang menjadi pujaannya selama hampir delapan tahun, yang telah menjadi pacarnya setelah kami lulus dari SMA. Ia sangat beruntung karena aku tahu apa saja yang ia inginkan selalu ia dapatkan. Termasuk cintanya dengan Minho yang terbalaskan, karena ternyata Minho juga mencintainya.

Aku menyeduh ramenku sambil mengobrol dengannya, dengan tawa setulus yang aku bisa. Sampai ia bilang bahwa Minho baru saja melamarnya. Sesaat aku sudah tidak merasa lapar lagi. Aku tahu seharusnya aku ikut bahagia untuknya. Sahabat terbaikku telah mendapatkan orang yang ia cintai. Seharusnya aku senang, dan nafsu makanku semakin tinggi. Namun aku benar-benar tidak bisa melakukannya.

Aku mengucapkan selamat. Ya, hanya itu. Dengan suara ceria yang aku bisa. Tapi setelah sambungan telepon itu terputus, aku menunduk. Menangis. Aku tidak peduli lagi pada perutku yang sangat lapar ataupun pada ramenku yang segera dingin. Aku akan kenyang dengan menangis.



Hari ini aku akan menjadi pembawa cincin. Yah, cincin ini. Aku mengamatinya dengan seksama. Cincin ini tidak terlihat begitu mahal. Cincin emas putih yang sangat sederhana, dengan ukiran nama pasangan mempelai yang akan menikah. Seharusnya namaku yang terukir di salah satunya. Bukan Minho. Aku selalu berpikir begitu. Tapi aku tahu pikiranku tak mengubah apapun.

Aku lihat lagi ke arahnya. Ia tengah duduk di kursi didalam ruang tunggu pengantin sambil mengobrol dengan beberapa orang temannya yang datang untuk menghadiri pernikahannya. Aku jadi ingat, dia pernah menjodohkanku dengan salah satu dari mereka.

"Kamu nggak suka sama dia? Dia cantik lho!" dia pernah bilang begitu pada saat aku membuka-buka album fotonya yang ia simpan di lemarih di bawah televisi di rumahnya. Tapi aku selalu menggelengkan kepala. Aku bilang aku belum terlalu memikirkan soal jodoh. Karena jalanku masih panjang. Aku masih ingin bersenang-senang dan menikmati pekerjaanku sebagai drummer. Tapi itu hanya alasan, agar aku bisa terus bersenang-senang dengan gadis paling berharga dalam hidupku.

Tapi kini dia telah menemukan kebahagiaannya sendiri dan akan segera meninggalkanku. Lalu bagaimana denganku? Apa yang harus kulakukan?

Semua ini karena aku terlalu menyayangimu..



Tepat disaat aku hendak menyatakan perasaanku padanya. Aku masih ingat. Waktu itu satu hari sebelum ulang tahunku. Duapuluh tujuh Juni. Musim panas yang paling panas dalam sejarah hidupku. Aku tak membawa apapun saat bertemu dengannya. Aku tidak mempersiapkan benda-benda special untuk menyatakan perasaanku. Aku hanya membawa keberanian penuh untuk mengatakan bahwa aku, Kang Minhyuk, mencintainya.

Tapi semua keberanian yang aku kumpulkan harus kubuang sia-sia, saat dia menceritakan tentang Minho. Seseorang yang ditemuinya, menolongnya saat kakinya terkilir dalam perjalanan berangkat ke sekolah. Ia menggendongnya di punggung dan membawanya ke UKS sekolah. Dan sejak saat itu mereka berkenalan, dan dia menyukai Minho.

"Benarkah? Begitukah?"

Hanya itu yang bisa kukatakan padanya dengan wajah yang kuusahakan untuk berseri-seri. Sementara aku harus menahan rasa sakit yang amat sangat didalam hatiku sendiri. Aku menyimpan kekecewaanku sendiri. Sesekali aku memukul-mukul dadaku saat aku tak bersamanya. Aku pikir dengan cara itu aku akan bisa mengurangi perih yang selalu muncul saat aku mengingatnya. Tapi itu percuma. Aku tidak pernah bisa menghilangkan perasaan sakit ini hingga sekarang. Meski sudah bertahun-tahun. Bukannya menghilang, perasaan ini malah membuatku terbiasa.

Aku jadi terbiasa merasakan sakit saat melihat mereka berdua bersama. Bergandengan tangan dan tertawa berdua seperti sepasang kekasih. Lalu aku duduk di hadapan keduanya. "Menikmati" bagaimana mereka berdua saling melempar candaan romantis, dan aku hanya tertawa lalu berkata, "Eiy~ mesra banget sih!". Mereka hanya membalasku dengan senyum, kemudian saling bertatapan penuh arti.



Aku menginginkan kebahagiaannya sepenuhnya. Itulah mengapa hari ini aku bersedia berdiri di muka ruangan, mengenakan pakaian amat formal yang kadang membuat tengkukku gatal, membawa sepasang cincin untuk pasangan mempelai yang kini sedang menjalani upacara pernikahan mereka.

Sosok tampan itu, Choi Minho, berdiri di depan, menunggu wanita yang kucintai itu berjalan ke arahnya dengan digandeng oleh ayahnya. Senyum terkembang di wajah keduanya.

Dan kini mereka berdiri sejajar. Mengucap janji sehidup semati. Bahwa mereka akan saling mencintai sampai maut memisahkan.

Aku juga akan mencintaumu sampai maut memisahkan kita..

Aku sangat ingin mengucapkan itu padanya. Aku ingin bilang bahwa perasaanku padanya ini tulus, dan baka didalam hatiku. Aku tak pernah bisa menghilangkannya meski sudah berusaha untuk menghapusnya berulang kali. Segala cara yang ku tempuh untuk mencoba tidak mencintainya ini tak pernah berhasil meski aku sudah tahu, kini ia tak bisa kumiliki.



Aku menangis sangat keras. Kubiarkan mereka melihatku kebingungan. Menganggapku cengeng atau banci. Biarlah. Aku hanya ingin melepaskan beban yang ada didalam hatiku ini. Yang tak bisa aku katakan padanya meskipun aku ingin. Ku seka terus airmata yang berjatuhan seperti hujan dipipiku. Wajahku berantakan dan basah. Lengan jas ku juga basah. Pandanganku buram karena air mata memenuhi bola mataku.

Sesekali kupanggil namanya dalam isakanku. Lirih. Aku masih belum rela ia menjadi milik Minho. Tapi apa dayaku? Sejak awal Tuhan tak pernah mentakdirkanku dengannya. Ia akan menjadi milik orang lain. Aku sudah tahu itu. Aku tidak mau kurang ajar dengan memaksa Tuhan mengubahnya. Mungkin ia tidak akan menjadi bahagia jika ia bersamaku. Mungkin karena itu Tuhan mentakdirkannya bersama Minho.

Ya. Mungkin ia akan lebih bahagia dengan Minho.

Aku menyadarinya sesaat. Kalimat-kalimat roman picisan itu benar. Aku tidak boleh tamak dalam mencintai seseorang. Kadang aku harus berpikir realistis. Aku harus bisa menyadari bahwa terkadang aku harus melepaskan apa yang aku inginkan, namun itu bukan milikku. Aku sudah mendapatkan banyak hal yang aku inginkan didalam hidupku ini. Dan satu-satunya hal yang tidak bisa aku dapatkan hanyalah dia. Orang yang kucintai itu. Sahabat baikku sendiri. Dan aku harus dengan tulus melepaskannya.



Jika dia bahagia, maka aku akan bahagia. 

Aku terus menanamkannya pada diriku. Meski aku tahu itu tak semudah perkataan di bibirku, tapi aku berusaha seperti itu.

Aku akan tersenyum saat ia menceritakan kebahagiaannya dengan Minho. Aku akan tertawa saat ia melontarkan lelucon yang Minho katakan untuknya. Aku akan terlihat baik-baik saja untuknya. Aku tidak akan menangisi kebahagiaannya, atau kemalanganku. Aku Kang Minhyuk akan menjadi kuat untuknya. Aku berjanji.

Kuhapus airmataku. Meskipun masih sedikit terisak, aku berusaha memperlihatkan bahwa aku baik-baik saja.

Dia tengah tertawa dengan Minho saat aku kembali ke tempat pernikahan. Masih mengobrol dengan beberapa tamu mereka yang antusias. Lalu ia tanpa sengaja melihat kearahku. Ia melambaikan tangannya padaku dengan riang. Menyapaku sepenuh hati, memperlihatkan bahwa ia sedang bahagia. Aku harus senang karena ia bahagia. Aku berkata dalam hati.

Aku lihat cincin itu sudah terpasang manis di jarinya. Aku membalas lambaian tangannya, dan ia kembali mengobrol dengan tamu-tamu itu. Dan aku tetap berdiri disini, dengan senyum terulas di wajahku, tanpa mengalihkan pandanganku darinya.



Aku bersumpah tidak akan menyesal. Aku tidak akan menyesali bahwa aku pernah mengenalnya. Aku tidak akan menyesal bahwa aku pernah mencintainya hingga menyakiti diriku sendiri. Karena pertemuanku dengannya adalah yang paling berharga bagiku. Ia telah memberikanku banyak kebahagiaan. Makanya aku tidak akan meninggalkannya karena keegoisanku. Aku tetap akan berada di sisinya sebagai sahabatnya. Aku akan tetap menjadi Kang Minhyuk yang menerima semua ceritanya dengan penuh antusias. Yang akan menjadi nomor satu yang mendukungnya apapun yang terjadi. Dan mungkin, aku akan tetap menjaga perasaan ini untuk diriku sendiri.

Bahwa aku sangat mencintaimu..

-END-

Comment Juseyo~ng~♥

-Keep Shine Like HIKARI-

6 comments:

  1. Aku ingin bilang bahwa perasaanku padanya ini tulus, dan ~baka~ didalam hatiku.

    jelaskan itu thor, saya tidak mengerti .

    ReplyDelete
    Replies
    1. baka itu kekal tante~

      thx dah baca~^^

      btw komen tentang ceritanya donk~

      Delete
  2. Gyaaa, cinta bertepuk sebelah tangan ya~
    hmm, tapi kalo aku boleh komen nih cocoknya dituker cast nya, yang bertepuk sebelah tangan tuh minho, dan minhyuk yang nikah sama ceweknya...

    Gatau kenapa minho itu terlihat sebagai cowok bermata besar yang cakep tapi dia tuh pemalu kalo ke cewek, sedangkan minhyuk tuh dari ekspresi wajahnya terlihat kalo dia tuh gampang deket sama cewek alias playboy /ehmaapjangantersinggung

    Aku juga pernah nonton Minho ngaku sendiri kalo misalnya dia disuruh milih menyatakan cinta sama dipendem ternyata dia lebih milih memendam karena ketidak beranian atau kegrogian dia untuk menyakatan suka sama cewek, selain dia member shinee yg milih memendam tuh onew :p intinya mah dia ga gampang deket sama cewek

    Anyway, aku cuman ngasih komen abal2 tuh yang tadi, ga usah dipikirkan :D

    Aku selalu suka caramu nulis, mungkin kamu bisa nulis dengan gaya ini tapi dengan ide cerita yang lebih nendang dan unik ^^

    Selamat mencoba dan berkarya terus, honey ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku udah sering banget bikin tema cerita yang kayak gini.. aku juga pernah bikin yang dapet kasihannya minho lho~ hahaha.. *sudah mengorbankan banyak orang demi kepuasan diri* ><

      ini dari "kisah imajinasinya" arin sih ainee.. kan yang jadi cowo mujurnya minho, minhyuk jadi bagian kasiannya.. sekali kali lah minho jadi yang mujur, jangan kasian terus.. hahaha xDD

      makasi makasi makasi makasi banyak!! doain masih bisa berkarya(?) terus sampe tua! hhh..

      ^o^

      Delete
  3. d paragraf 5 ada part yg pake "selalu" d ulang2 kan? Menurut guw 'selalu' ith cocok untuk d kalimat pertama d paragraf 5, sisany d ganti dngan 'tetap' cnth: iya tetap cantik walau ia sedang memarahiku..

    ceritamu ini kelewat "dingin", dan suram.. Lg galau bgt yah? Cpt move on yak *slap*

    ada 1 typo d daerah tengah.. Cuma lupa dmana.. Xp

    nice..

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini bukan hasil dari perasaanku, tapi dari obrolanku sama temen~ hh

      thx btw~

      Delete