Saturday, October 20, 2012

[FANFICTION] A Fool

Berawal dari ide yang cukup fluffy, entah kenapa jadi kayak gini..
It's not really great.. tapi aku mencurahkan segenap hatiku dalam pembuatannya.. /ehem

A Fool


Written by
LIGHT

Main Cast
Choi Minho (SHINee), Son Eunseo

Suporting Cast
Inspektur Choi Seunghyeon(BIGBANG TOP), Detektif Lee Jinki (SHINee Onew),

Other Cast
Lee Seungri (BIGBANG Seungri), Students of 100 point of 100 variety show

Genre
Romance, Action, Angts, AU

Rate
15 (17 untuk beberapa kata kasar)

Lenght
ONESHOT

Author Note
Dapet ide saat re-watch Oh! My School, edisi MT, dimana mereka main game lempar-lemparan boneka ke orang yang ingin ditanya sesuatu, dan dialog antara Minho-Eunseo yang mengawali tercetusnya ide cerita ini. Namun segara ide yang fluffy itu mendadak hilang setelah nonton Running Man, dimana Haroro sok-sokan melakukan adegan film action disana. And, this is it! ㅋㅋㅋ
Maap jika ada beberapa hal yang kurang pas disini, karena aku nggak gitu menguasai soal dunia kriminal dan tetek bengeknya. Aku hanya mencoba mengekspresikan apa yang ada dipikiranku. Dan semoga jadinya menarik^^

=====

Gelap, panas dan lembab. Hanya itu yang dirasakan Minho disana. Ia berada didalam lift sendirian, duduk di lantai yang dingin dengan kepala ia benamkan didalam lipatan tangannya yang bertumpu pada lututnya. Nafasnya terengah, keringat bercucuran dari seluruh tubuh. Sesekali ia menyeka keringat di keningnya dengan lengan seragamnya, memandang ke seluruh ruang kecil yang kosong dan dilapisi dinding yang dapat memantulkan bayangannya dengan samar itu. Ditangannya, Minho menggenggam sebuah HT yang sejak tadi berdesis. Sesekali dari HT itu berbunyi teriakan-teriakan yang cukup bisa didengar oleh Minho, meskipun sedikit kasar karena sinyal yang kurang bagus.

"Neon baboya!! Apa yang kau pikirkan, Choi Minho!! Cepat jinakkan bomnya, atau dia akan meledakkanmu! Geu saekki!!" Inspektur Choi Seunghyeon berteriak geram. Sudah sekitar setengah jam ia mengirim penjinak bom itu kedalam sana, namun hingga sekarang ia masih belum keluar, bahkan belum melakukan apapun untuk membuat bom itu berhenti bekerja.

Ya, Minho memang sedang menghadapi bom. Bukan, bukan hanya Minho, tetapi kepolisian. Korea Selatan sedang menghadapi cobaan hebat di akhir tahun. Beberapa teror di pekan sebelumnya memang terbukti bohong, namun yang kali ini kawanan teroris itu benar-benar melakukannya. Mereka meletakkan bom didalam sebuah lift di sebuah pusat perbelanjaan besar di tengah kota Seoul, membuat polisi harus bergerak cepat untuk mengatasi akibat buruk yang akan dihasilkan oleh ledakan bom di tengah kota itu.

Namun tak semudah yang ada dipikiran mereka. Setelah mengirim salah satu tim penjinak bom terbaik mereka, Choi Minho, sang teroris meledakkan bom kecil yang telah mereka pasang di bagian atas lift, menyebabkan beberapa kabel lift terputus dan mematikan sistem kerja lift yang ditumpangi Minho. Lampu didalam lift pun mati, dan tak ada akses komunikasi sama sekali menuju atau keluar dari lift, karena radio transmisi nya pun telah dimatikan. Satu-satunya yang bisa menghubungkan Minho dengan dunia luar hanyalah radio kecil di tangannya yang bunyinya tidak begitu jelas dan sinyalnya sering menghilang.

Ia sudah mencoba memeriksa bom itu untuk menjinakkannya, rangkaian bom yang disusun bukan hanya oleh seseorang yang iseng ataupun amatiran. Bom waktu dengan bermacam perangkat yang jika bergerak dengan salah sedikit akan bisa meledak, bahkan jika si pembuat menginginkannya, ia bisa meledakkannya dengan remote dari jarak jauh. Lagi, teroris itu telah menempatkan bom kedua di lokasi lain yang belum diketahui, dan petunjuknya hanya bisa didapatkan 5 detik sebelum bom meledak, melalui LCD screen yang dipasang pada bom. Dan itu membuat Minho benar-benar desprate, tidak tahu bagaimana ia harus menghadapi ini, sementara ia diteriaki oleh atasannya melalui HT. Ia sudah tak peduli lagi.

"YAH!! Mau sampai kapan kau disitu hah?? Cepat laporkan sesuatu padaku, aku akan membantumu dan kau akan bisa cepat dikeluarkan dari sana! Minho-ya!!" Inspektur Choi Seunghyeon berteriak kesetanan, menggebrak kap depan mobilnya, dan hampir saja membanting HT nya jika polisi lain tak menenangkan kemarahannya.

Minho menghela nafasnya, mendekatkan HTnya ke bibirnya, dan mulai bicara setelah sekian lama ia tak mengatakan apapun, "Mau ku usulkan sesuatu, Inspektur?" katanya pelan, tanpa sedikitpun rasa ketakutan nampak di nada bicaranya. "Evakuasi semua orang, jauhkan mereka dari gedung ini! Biarkan aku yang mengurus benda ini.."

"CHOI MINHO! KAU GILA??" Inspektur Choi memaki Minho keras tanpa menunggu pria itu menyelesaikan kalimatnya. Inspektur Choi meremas rambutnya sendiri, kemudian berkacak pinggang, dan kembali berteriak di hadapan HTnya. "KATAKAN PADAKU APA YANG SEBENARNYA TERJADI, HAHH??"

"Ada apa, Inspektur?" Seungri mencoba menyela, sejak tadi mendengarkan teriakan marah dari atasannya membuatnya penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi didalam lift dimana Minho terjebak. Namun Seunghyun tak mengindahkannya, ia masih concern dengan anak buahnya yang seharusnya sudah bisa menjinakkan bomnya, namun hingga sekarang tak melakukan apapun diatas sana.

"Ada bom kedua dipasang di bagian lain kota kini, dan petunjuknya akan muncul tepat 5 detik sebelum bom meledak! Aku tidak bisa begitu saja mematikan bom ini, dan mengorbankan orang lain yang berada di sekitar bom yang satunya! Dan bom ini juga tidak bisa kupindahkan sembarangan, karena bergoyang sedikit saja, semua yang ada disini akan segera menjadi abu!" terang Minho. Ia menghirup nafas dalam-dalam, bersiap melepaskan kalimat yang sebenarnya enggan ia ucapkan pada siapapun. "Aku akan menunggu sampai petunjuknya muncul, jika sempat, aku akan menyelamatkan diri! Tapi aku tidak bisa berjanji untuk itu, aku akan menginformasikan petunjuknya lewat ponsel! Yang jelas, selamatkan diri kalian! Itu satu-satunya yang bisa aku usulkan padamu, atasan! Aku tak peduli aku bisa selamat atau tidak, aku akan mengurus semuanya sementara kalian mengevakuasi semua orang. Tidak apa-apa jika aku mati.."

"CHOI MINHO!!"

Minho menyunggingkan senyum di salah satu bibirnya. Ia kemudian membuka baut yang mengunci bagian tutup batere HT itu menggunakan obeng yang dibawanya di kotak peralatan penjinak bom, dan mengeluarkan baterenya dari dalam sana, sehingga ia tak bisa mendengar suara apapun lagi dari benda berwarna hitam itu. Ia membanting HTnya asal, kemudian mengalihkan perhatiannya pada bom yang waktunya masih berjalan diikuti suara yang lama-kelamaan membuat bulu kuduknya merinding.

Namun mungkin hanya ini caranya untuk bisa melewati semuanya. Bukan tentang bom, ataupun teror, tetapi.. hatinya. Apa yang dilakukan Minho didalam lift ini, ucapan ngawur yang ia lontarkan pada atasannya, semua hal tak masuk akal yang bisa membuatnya mati kapan saja, semua karena apa yang telah terjadi padanya beberapa waktu lalu. Dimana momen itu masih terekam di otaknya dengan baik. Meski ia sangat ingin menghapuskannya, namun daya ingatnya terlalu baik untuk itu, sehingga ia bisa menyimpannya didalam memorinya dengan sangat detail. Membuatnya berpikir hanya inilah cara satu-satunya menghilangkan ingatan itu. Meski nyawa yang harus menjadi taruhannya.

~FLASHBACK~

"Eunseo noona!" mendengar sebuah suara berat memanggilnya, gadis bernama Eunseo yang tengah menunggu sendirian di sebuah cafe tak jauh dari kantornya menoleh untuk memastikan siapa yang datang. Senyum segera mengembang di bibirnya ketika ia menebak dengan benar siapa orang itu. Choi Minho, adik kelasnya di bangku kuliah yang di couple kan dengannya oleh teman-teman klub nya.

"Minho-ya! Oraenmanieyo!" katanya. Minho tersenyum lebar. Tanpa dipersilakan, pria itu duduk di hadapan Eunseo.

"Mau memberikan oleh-oleh padaku, noona? Aku dengan dari Gikwang hyeong, noona baru kembali dari Thailand? Kenapa tidak memberitahuku?" tanya Minho cepat sebelum Eunseo sempat menceritakan apapun yang sebenarnya ia sudah susun lengkap di kepalanya. Namun segalanya langsung buyar setelag Minho menanyakan beberapa kalimat padanya.

"Aigoo~ Gikwang-i jinjja!" Eunseo tampak kesal. Ia meletakkan novel yang semula ia baca dengan kasar ke meja, kemudian melipat tangannya didepan dada. "Aku ingin memberikan kejutan padamu! Tapi bocah itu tak bisa menutup mulutnya!!"

Minho terkekeh melihat sikap kesal Eunseo yang menurutnya cukup menggemaskan itu. Namun tak berapa lama, Eunseo kembali tersenyum. Ia merogoh tasnya untu mengambil sesuatu. Sebuah gantungan kunci berbentuk gajah yang terbuat dari logam. "Untukmu!" katanya seraya menyodorkan oleh-olehnya untuk Minho. "Oleh-oleh dari luar negri yang paling afdol adalah gantungan kunci! Jadi jangan protes ya!" katanya, sebelum Minho sempat buka mulut untuk mengomentari oleh-oleh kecilnya itu.

"Arraseo!"

"Minho-ya!" panggil Eunseo, membuat Minho mengalihkan padangannya dari gantungan kuncinya, kepada gadis berambut panjang di hadapannya.

"Ne?"

"Nanti malam teman-teman klub fotografi akan makan bersama! Jaegyeong ulang tahun hari ini, ia mengundang semuanya untuk datang!" jelas Eunseo pada Minho. "Kau datang juga kan? Aku sudah bertanya pada Min dan Kisuk oppa. Mereka juga akan datang! Pasti seru, kita bertemu lagi setelah bertahun-tahun."

Minho menyunggingkan senyum yang sebenarnya ingin ia sembunyikan. "Tapi kau bertemu denganku setiap hari, noona!" katanya.

"Nah, makanya aku merasa sedikit bosan akhir-akhir ini!" katanya menggoda Minho, karena setelah kalimatnya usai, ia terkekeh sendiri, diikuti tawa kecil Minho yang juga tahu bahwa Eunseo tidak serius tentang itu. "Ayolah! Jika kau tak ada tugas dadakan malam ini, kau harus datang! Aku akan menjemputmu di kantor, kita berangkat sama-sama! Arraseo??"

Pria di hadapannya itu tak tahu bagaimana caranya menyembunyikan senyumnya yang semakin lama makin melebar. Yang ia lakukan hanya menahannya agar ia tak mengeluarkan senyumnya secara berlebihan. "Keurae? Jhoa! Tunggu aku didepan kantorku! Jangan terlambat! Satu menit saja noona terlambat, aku tidak akan datang!" Minho mengancam.

Eunseo hampir saja melempar bukunya jika ia tak ingat seberapa berharganya novel itu, sementara Minho dengan cepat memasang posisi melindungi diri meski buku milik Eunseo tidak benar-benar melayang ke arahnya. Mereka tertawa setelahnya, entah apa yang lucu dari kejadian yang baru saja terjadi, namun itu cukup untuk membuat keduanya tertawa tanpa mengerti alasannya.

*

Eunseo berhasil membawa Minho ke tempat teman-temannya berkumpul (meski sebenarnya Minho tak benar-benar menolaknya, hanya untuk menggoda Eunseo yang begitu bersemangat untuk bertemu teman-teman lama mereka). Kini mereka sudah berada di sebuah restaurant bergaya tradisional. Semuanya duduk berjajar di sebuah meja yang ditata menjadi persegi panjang, dengan makanan sudah dihidangkan di tengah-tengah mereka. Mereka segera menyantapnya kemudian, sambil bercakap-cakap dan tertawa-tawa saat diantara mereka membuat joke yang cukup membuat mereka harus menghentikan kegiatan makannya.

Setelah semua makanan habis dan semua alat makan diangkat, meninggalkan beberapa botol soju dan jus, kini mereka mulai memainkan sebuah game. Mereka akan bernyanyi sambil melemparkan botol soju secara random, jika lagunya habis disaat salah satu orang mendapatkan botolnya, orang itu akan ditanya oleh siapa saja yang melemparkan botol itu kepadanya, dan ia harus menjawab dengan jujur. Permainan sudah dimulai sejak beberapa menit yang lalu. Salah seorang dari mereka mendapatkan botolnya di akhir lagu, maka ia harus menjawab dengan jujur pertanyaan apa saja yang dilontarkan untuknya.

"Aku tak pernah mendengar satupun, Gikwang-a! Tapi.. apa kau pernah punya perasaan pada seseorang diantara kita?" Lee Joon yang melempar botol itu pada Gikwang segera menanyakan hal yang mungkin sudah dipikirkan untuk ditanyakan padanya.

"Yah! Kau tak ingat kita pernah menjodohkannya dengan Hyoseong?" Yoseob berseru.

"Tapi itu tak berkelanjutan seperti Minho dan Eunseo! Gikwang dan Hyoseong hanya buatan kita! Tidak nyata!" Kisuk menyangkal. Yoseob mengangguk setelah ia berpikir sebentar. Memang benar apa yang dikatakan Kisuk soal itu. Namun entah kenapa ia jadi menyebutkan nama couple yang juga buatan mereka itu, membuat dua orang itu hanya diam dan tersenyum malu-malu.

"Dia pernah bilang suka pada Min kan?" Jaegyeong segera buka suara, dan semuanya langsung ber "uuuu~ uuuu~" ria mendengar pernyataan yang sebenarnya sudah pernah mereka dengar saat mereka memainkan permainan ini di klub mereka dahulu.

"A-aku tak pernah benar-benar naksir pada salah satu dari kalian!" Gikwang menjawab dengan ekspresi wajah sedikit tidak yakin, di sambut dengan "uuuu~ uuuu~" lagi oleh teman-temannya yang merasa tidak setuju dengan apa yang dikatakan Gikwang.

"Bagaimana dengan Hyoseong?" Yoseob masih kekeuh dengan pertanyaannya, hingga ia mendapatkan tabokan maut di kepalanya dari Hyoseong yang tiba-tiba berdiri di belakangnya hanya untuk menghadiahkan itu. "Apho~!"

"Sudah! Cepat lanjutkan, sebelum muncul korban lain!" usul Seokhun seraya menyodorkan botolnya pada Gikwang untuk dilemparkan kembali. Mereka mulai bernyanyi lagi dan botol itu dilempar-lemparkan secara acak. Hingga lagunya berhenti dan Minho yang mendapatkan botolnya dari Eunseo. Semuanya menunggu saat-saat ini, dimana akan terjadi sebuah drama kecil didalam klub mereka.

"Cepat tanyakan sesuatu eonni!" ujar Soyeon. Eunseo mengiyakan, setelah cukup lama ia memikirkan pertanyaan yang akan ia tujukan pada Minho.

"Setelah aku dengar pertanyaan sebelumnya, aku mendapatkan ide untuk menanyakan ini padamu! Minho-ya, apakah disini, diantara semua gadis yang ada disini, apakah ada seseorang yang mendekati tipe mu?" tanya Eunseo.

"Itu sudah jelas kau, Eunseo-ya!" Taesung berseru, diikuti sorakan riuh teman-temannya. Namun bukan itu jawaban yang dimaksudkan Eunseo. Mereka memang couple didalam klub mereka, tapi couple itu hanyalah buatan teman-temannya, meski ia dan Minho juga tidak dengan jelas menolak ataupun mengiyakannya. namun jawaban yang ia inginkan bukan karena hal ini, melainkan perasaan Minho yang sebenarnya.

"Aku.. sebenarnya tidak benar-benar punya tipe gadis.." Minho memotong ucapannya sendiri. Ia menarik nafas, kemudian mengeluarkannya sebelum melanjutkan jawabannya. "Tapi, kurasa aku sudah menemukannya sekarang!" dan sorakan kembali terdengar dari teman-temannya.

"Boleh kutanya siapa dia?" Seokhun melontarkannya ditengah-tengah sorakan itu.

"Hey! Itu bukan bagian dari permainan, hyeong!" protes Minho. "Ayo cepat! Kita lanjutkan lagi!" katanya, dan mulai melemparkan botolnya sambil bernyanyi sendiri. Kali ini mereka semuanya juga ikut bernyanyi seperti sebelumnya, namun entah kenapa semuanya selalu melemparkan botolnya kearah Minho dan Eunseo. Sepertinya mereka sengaja melakukannya, dilihat dari mimik wajah mereka, dan senyum mereka pada kedua orang itu. Hingga lagunya kembali berhenti, tapi kini botol itu berada di tangan Eunseo.

Hongki yang melemparkan botol itu padanya berdehem sebentar. "Ehem.. sebenarnya aku ingin menanyakan sesuatu pada noona! Tapi, aku ingin menghadiahkannya pada Minho! Choi Minho-ssi, juseyo~!" katanya. Minho menolak pada awalnya, namun semua teman-temannya sudah setuju dengan Hongki, dan Minho tak bisa menghindarinya lagi. Ia harus menanyakan sesuatu pada Eunseo, dan pertanyaan iseng pun muncul di kepala Minho.

"Noona.. jika ada seorang pria yang lebih muda dari noona menyatakan perasaannya, apa kau mau menerimanya?"

Suasana menjadi hening. Mereka kompak ingin mendengarkan dengan benar jawaban yang akan dilontarkan Eunseo pada pertanyaan iseng Minho ini.

"Umh.. aku memang belum pernah mengalaminya sebelumnya. Tapi, aku tidak begitu masalah dengan perbedaan umur.."

Jawaban yang cukup menggantung, mengajak pendengarnya untuk mengira-ngira sendiri apa yang sebenarnya dimaksudkan Eunseo. Namun hal ini sudah bisa membuat jantung Minho berdegub kencang. Apakah ini sinyal dari Eunseo untuknya? Apakah ini panggilan Eunseo agar Minho menyatakan perasaannya yang sebenarnya? Untuk menyatakan bahwa status couple didalam klub kecil mereka itu bukanlah mainan teman-temannya semata? Minho tidak tahu, tapi ia mencoba untuk mendalami jawaban itu yang berakhir pada satu kesimpulan yang sama. Eunseo mungkin saja menerima perasaan Minho yang sebenarnya.

*

"Igeo! Aku pilihkan yang paling segar untukmu!" ujar Hongki seraya memberikan setangkai mawar yang baru diambilnya dari sekumpulan mawar lain di hadapannya. Minho menerimanya, kemudian memandanginya sejenak dengan senyum tipis menghias wajahnya. "Kau benar-benar mau menyatakannya?" tanya Hongki dengan ekspresi tidak yakin. Minho mengangguk pelan. "Keurae?"

"Waeyo? Sepertinya kamu nggak senang?" tanya Minho. Ia mengeluarkan dompet dari sakunya untuk membayar mawar yang baru Hongki berikan untuknya.

"Geunyang.." Hongki tak berniat melanjutkan kalimatnya, lagi pula ia tahu Minho tak akan mendengarkannya. Telinganya sudah tertutup perkataan Eunseo semalam, dan Hongki sangat mengerti itu. Namun entah kenapa Hongki malah merasa sedikit mengganjal tentang pernyataan Eunseo semalam. Namun ia tak ingin merusak perasaan bahagia Minho yang sebenarnya ia buat sendiri.

Minho menyodorkan uangnya pada Hongki. "Gomawo!" ujarnya, kemudian pergi meninggalkan toko bunga milik teman kuliahnya itu tanpa berkata apa-apa lagi. Hongki menghela nafas, kemudian berlalu ke kasir untuk menaruh uangnya.

Jam 3 lewat 15 menit. Seharusnya ia berada disana jam empat sore nanti untuk bertemu dengan Eunso, tapi entah kenapa ia tak bisa menunggu selama itu. Meskipun ia tahu masih cukup lama dari waktu yang sudah dijanjikan, tapi Minho membiarkannya.

Ia duduk di salah satu bangku yang mengarah ke danau, memperhatikan beberapa orang berjalan-jalan di sekitar danau, melakukan excercise, atau sekedar duduk-duduk sepertinya. Minho mencium aroma mawar yang berada di tangannya, senyum yang semula terulas tipis di bibirnya, kini menjadi bertambah. Belum sampai bertemu dengan Eunseo, ia sudah berdebar, membayangkan bagaimana jika mereka sudah benar-benar bersama nanti.

Jam 4 lewat 5 menit, Minho memeriksa arlojinya. Eunseo belum datang. Minho memandang ke sekeliling tempat itu, belum ada tanda-tanda gadis itu berada disana. Ia merasa khawatir, meskipun ia tahu wanita sering terlambat saat janjian dengan seseorang. Namun kekhawatirannya itu segera menguap setelah ia melihat seorang gadis yang ia kenal berjalan dari kejauhan sambil melambaikan tangan padanya. Minho segera menyembunyikan mawarnya, kemudian membalas lambaian tangan Eunseo.

"Sudah menunggu lama ya? Maaf, ada sedikit urusan dengan editor-nim!" ujar Eunseo sambil mengisyaratkan jika ada sedikit masalah dengannya dan editor majalah tentang pekerjaan. Minho mengangguk mengerti.

"Gwaenchanayo, noona!"

Tanpa dipersilakan, Eunseo duduk di sebelah Minho, kemudian mengulur otot-ototnya yang kaku karena terlalu lama bekerja. "Ngomong-ngomong, kenapa kau mengajakku kesini?" tanya Eunseo sambil memandang sekitar mereka, kemudian mengalihkan pandangannya pada Minho. "Ada sesuatu yang ingin dibicarakan, Minho-ya?"

Minho hanya tersenyum tanpa memandang ke arah Eunseo. Ia masih menyembunyikan mawarnya, mempersiapkan mental untuk menyatakan perasaannya pada Eunseo. Ia menarik nafas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya pelan, untuk setidaknya menurunkan beat detak jantungnya yang sejak sebelumnya terpacu dengan cepat. Namun saat Minho hendak memanggil Eunseo, gadis itu sudah terlebih dulu angkat bicara.

Ia menggenggam lengan Minho erat dengan wajah berseri-seri sambil memandang hoobaenim-nya tepat dikedua matanya. "Minho-ya, boleh aku dulu yang memberitahukan sesuatu padamu?" katanya. Jantung Minho kembali berpacu setelah sebelumnya lebih tenang. 'Eunseo noona akan mengatakannya padaku?' pikir Minho melihat reaksi seonbaenimnya yang sedikit membuatnya kaget.

"W-waegeuraeyo?"

Eunseo menolehkan wajahnya ke arah danau, kemudian menyandarkan kepalanya di bahu Minho. "Setelah aku menjawab apa yang kau tanyakan, Minho-ya.." Eunseo tersenyum lebar. "Gikwang menyatakan perasaannya padaku malam itu juga setelah kau mengantarku pulang!"

Sesaat, semuanya terasa hancur bagi Minho. Jantungnya yang semula berpacu dengan sangat cepat, kini terasa seperti berhenti. Senyumnya menghilang begitu saja. Seluruh tubuhnya lemas. Perasaannya bagaikan di cabik-cabik dengan asal, dan darahnya berceceran hingga ia tak bisa merasakan sakitnya sedikitpun.

"Aku sudah menunggunya cukup lama, dan akhirnya ia menyatakannya padaku! Aku agak sebal saat semalam ia bilang tidak pernah menyukai seseorang di antara gadis-gadis yang ada didalam klub! Tapi kini aku senang, ternyata ia memiliki perasaan yang sama denganku.."

Perasaan yang sama.. kalimat itu semakin membuat Minho tidak bisa berpikir dengan jernih. Tangannya gemetar, ia ingin menghancurkan sesuatu. Dan satu-satunya benda yang ada ditangannya hanyalah bunga mawar yang seharusnya ia berikan untuk Eunseo setelah ia menyatakan perasaannya nanti. Namun kini bunya itu sudah hancur. Kelopaknya berceceran, bahkan beberapa berada di genggaman tangan Minho , meninggalkan warna merah disana. Beberapa durinya melukai tangan Minho yang sudah tak bisa merasakan sakit, karena dibandingkan dengan apa yang ia rasakan di hatinya, tertusuk duri bukanlah apa-apa.

Ia tak bisa mendengar lagi apa yang dikatakan Eunseo padanya. Bukan tak bisa, ia tidak mau. Sepanjang mereka berada disana ia yakin yang akan dibicarakan Eunseo hanyalah Gikwang. Bagaimana ia memulai perasaannya, bagaimana Gikwang diam-diam mencintainya. Dan bagaimana Minho merasa diperalat atas perasaan Eunseo pada Gikwang. Hal ini lebih menyakitkan jika dibandingkan dengan penolakan secara tak langsung dari seorang Son Eunseo padanya. Sejenak ia merasa menyesal sudah bersedia menjadi couple semu Seonbaenim-nya itu di universitas dulu, karena yang ia dapatkan hanyalah harapan palsu.

~FLASHBACK END~

"MINHO-YA! CHOI MINHO!!" Inspektur Choi Seunghyeon berteriak-teriak melalui HT nya, namun tak ada jawaban dari sebrang. Ia membanting HTnya asal ke tanah, kesal dengan kelakuan Minho yang seenaknya, tanpa alasan yang jelas, yang membuatnya semakin marah.

"Ia mematikan HT nya kurasa.." ujar Jinki yang baru beranjak setelah sekian lama ia menganalisis sesuatu didalam mobilnya. "Jika ada penghubung lain, aku bisa menolongnya menjinakkan bom itu!"

"Percuma saja! Ia tidak akan mendengarkan kita!" Inspektur Choi memegangi keningnya, kemudian menyibakkan poninya yang sedikit basah karena keringat yang keluar dari keningnya. Ia berbalik ke arah awak polisi yang sebagian berbaris di belakangnya untuk mengamankan daerah sekitar TKP. Seungri yang berada di antara mereka segera mendekati atasannya itu setelah ia dipanggil dengan isyarat tangannya.

"Ya, Inspektur!" serunya dengan sikap siap.

"Evakuasi semua orang yang ada disini! Beri informasi pada masyarakat yang berada di gedung lain di sekitar tempat ini untuk segera menyelamatkan diri! Jauhkan mereka dari radius 1 km, dan bawa semua awak polisi! Jangan sampai ada yang tinggal disini! Mengerti?" teriaknya.

"Baik, pak! Laksanakan!"

Seungri segera menginformasikan kepada semuanya perintar dari atasan mereka. Meskipun mereka tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, mereka tetap melaksanakan apa yang diperintahkan atasannya. Dengan segera mereka mengumumkan evakuasi masyarakat yang ada disekitar gedung tersebut. Mereka harus dijauhkan dari lokasi, begitu juga dengan awak polisi yang segera meninggalkan lokasi dengan menggunakan mobil polisi mereka. Hanya tinggal beberapa orang yang ada disana. Termasuk Inspektur Choi Seunghyeon dan Detektif Lee Jinki yang sejak tadi mencoba mencari penghubung untuk berkomunikasi dengan Minho yang berada didalam lift.

"Kurasa aku tahu bagaimana sistim kerja bom ini! Aku pernah mempelajarinya yang seperti ini!" ujar Jinki sambil menganalisa sesuatu menggunakan iPadnya. Inspektur Choi menoleh, masih dengan tampang panik yang di tahan. "Aku bisa mematikan sistimnya, atau memajukan petunjuk yang akan keluar dari dalam bom itu!" Jinki diam sejenak. "Oh ya, maaf! Aku menyadap pembicaraan kalian tadi!" ujarnya, dengan seulas senyum di wajahnya. Namun itu tak membuat Inspektur Choi kaget, karena Jinki memang selalu melakukannya.

"Tapi ia mematikan satu-satunya alat penghubung dengan kita, jadi aku tidak tahu bagaimana caranya memberitahukan ini padanya.."

"Dia membawa ponsel!" ujar  Inspektur Choi, mengingat pembicaraannya dengan Minho. Ia ingat Minho akan menginformasikan petunjuknya pada mereka menggunakan ponsel, itu berarti Minho membawa ponselnya. "Tapi di dalam lift.. aku tidak yakin didalam ruangan itu akan ada sinyal!"

Jinki mengambil ponsel dari saku celananya, kemudian menekan beberapa tombol, kemudian mendekatkan ponselnya itu ke telinganya. "Hanya keajaiban yang bisa menjawabnya!" ujarnya tanpa peduli kekhawatiran yang dirasakan Inspektur Choi .

Sementara itu Minho masih berada di posisi yang sama, memandang ke arah LCD screen berwarna merah dengan tulisan 5:21, atau 5 menit 21 detik, waktu yang disisakan bom itu sebelum meledak. Masih cukup lama untuk menunggu sampai pentunjuk selanjutnya akan muncul di layar LCD itu. Minho menyandarkan punggungnya pada dinding lift, menyeka keringatnya, kemudian mengambil ponselnya dari dalam sakunya. Ia menyalakan screen-nya. Terpampang sebuah foto seorang gadis sebagai wallpapernya. Ia masih menggunakannya, meski gadis itu sudah menjadi milik orang lain. Gadis yang sama sekali tak bisa ia dapatkan, meski ia merasa gadis itu memberikan lampu hijau padanya, tapi ternyata lampu hijau itu palsu.

Ia mendengar dari Hongki di malam setelah ia bertemu dengan Eunseo, bahwa ternyata keduanya memang sering bertemu tanpa diketahui siapapun. Hongki yang terlihat diam, ternyata hampir mengetahui segalanya. Itulah mengapa saat malam berkumpul dengan teman-temannya itu, ia menyuruh Lee Joon untuk menanyakan hal itu pada Gikwang. Namun Gikwang menjawab tidak, Hongki berpikir ia salah. Namun saat mendengar jawaban Eunseo dari pertanyaan yang dilontarkan Minho, ia sedikit bingung. Namun sekarang semuanya sudah terjawab, karena itu ia merasa sangat bersalah pada Minho.

Minho membuka lock ponselnya, entah ingin memeriksa apa didalam ponsel tersebut sebelum ia pikir ia akan mati oleh senjata pemusnah masal yang terdiam dingin di sampingnya itu. Ia akan hancur menjadi beberapa bagian, atau bahkan jasadnya tidak akan bisa dilacak sama sekali. Ia akan hangus dan menjadi abu. Membayangkannya saja sudah membuatnya ngeri, tapi adrenalin yang dipacu oleh kemarahannya sendiri membuatnya tak peduli meskipun ia harus mati saat itu juga.

Disaat itu tiba-tiba ponselnya berdering, sebuah telpon baru saja masuk ke ponselnya. Keajaiban datang disaat seharusnya sinyal tak bisa dideteksi dari dalam lift. Namun keajaiban muncul saat itu, nomor detektif Lee Jinki tertera di layar ponselnya. Dengan malas Minho menekan tombol hijau dan mendekatkan ponselnya ke telinganya. "Ya, Detektif Lee?"

"Kudengar kau ingin sekali mati, Minho-ssi?" ujar Jinki dengan sedikit smirk di wajahnya. Minho hanya mendesis mendengar penyataan Jinki. Ia tidak ingin mati sebenarnya, namun ia sedikit menghendaki takdir itu untuk datang pada dirinya saat itu. "Tapi boleh kuusulkan sesuatu padamu?"

"Mwohaeyo?" tanya Minho, cukup penasaran untuk mengetahui usulan bodoh apa yang akan dikatakan Jinki padanya.

"Setidaknya kau harus mati dengan terhormat, Choi Minho! Maksudku, jangan ledakan gedung ini! Kau tahu, negara membuatnya dengan sangat mahal! Jika kau menghendaki teroris itu untuk meledakan bom ini, kau akan membuat negara rugi besar! Dan namamu tidak akan tercatat didalam buku sejarah anak sekolah! Kau tahu itu kan?" omong kosong lagi, pikir Minho. Jinki selalu saja membicarakan hal-hal aneh seperti itu. Namun kali ini membuatnya sedikit bisa tertawa, meskipun tidak bisa menenangkannya juga. "Kuberikan penawaran padamu! Jinakkan bom itu dan aku akan memberitahumu cara untuk mati secara terhormat, atau kau akan menjadi arang disana beberapa menit lagi dan membuat negara rugi? Huh?" katanya.

Minho tertawa tanpa suara, hanya terdengar angin keluar dari hidungnya, terdengar seperti tawa. "Aku akan memikirkannya, Detektif Lee! Gamsahamnida!" jawab Minho, kemudian mematikan ponselnya. Minho menundukkan kepalanya. Mungkin benar apa yang dikatakan Detektif Lee Jinki padanya, mati dengan cara seperti ini sama sekali tidak akan dikenang oleh siapapun. Ia tidak menyelamatkan seorangpun, dan malah merugikan negara, tapi  ia masih harus menunggu petunjuk yang akan muncul untuk mengetahui lokasi bom yang kedua.

Ponselnya berdering lagi. Minho memeriksa siapa yang meneleponnya kali ini. Detektif Lee lagi.

"Ne?" segera setelah mengangkatnya, Minho langsung menjawabnya dengan singkat.

"Kau ini pintar, tapi bodoh! Minho-ya!" ujar Jinki tiba-tiba, membuat kening Minho berkerut, bingung dengan apa yang baru saja diucapkan Detektif Lee. "Kau tidak bisa menggabungkan pekerjaan dengan perasaan pribadimu, Choi Minho-ssi! Ataukah aku harus bilang, buang perasaanmu pada Son Eunseo, dan segera laksanakan apa yang Detektif Lee perintahkan padamu!!"

DEG!

Bagaikan di hujam dengan pedang tepat di jantungnya, kalimat Jinki membuatnya serasa di tampar keras-keras. Ia baru sadar dengan apa yang dilakukannya. Perasaannya menutupi logika yang seharusnya digunakannya saat ini. Ia hendak meledakkan gedung ini hanya karena sakit hari dengan Eunseo. Ia hendak merugikan negara hanya karena perasaannya dengan Son Eunseo tak terbalaskan. Hanya karena itu ia hampir mengorbankan sesuatu yang tidak pantas di korbankan. Minho mendadak tersadar dengan omongan Jinki yang sebenarnya ia sendiri tidak menyangka detektif nyleneh itu akan mengatakan hal seperti itu. Tapi kalimat itu membuatnya bangun, dan kini ia bertekad untuk menyelamatkan semuanya dengan instruksi Detektif Lee yang disalurkan lewat Inspektur Choi yang kembali memiliki harapan itu.

Masih kurang dari 3 menit sebelum bom itu meledak, Minho melakukan instruksi yang diberikan lewat ponselnya. Mengubah ini itu secara hati-hati hingga ia berhasil menjinakkan bom-nya setelah sebelumnya melakukan hack pada LCD screen nya sehingga ia bisa mendapatkan petunjuknya sebelum bom itu meledak.

Merasa lelah, Minho bersandar pada dinding lift itu. Seluruh tubuhnya basah oleh keringat. Kini ia tinggal menunggu untuk diselamatkan oleh tim polisi yang dikirim kesana untuk menyelamatkan Minho yang berada didalam lift yang terjebak di tengah-tengah lintasan, dimana disana tidak terdapat pintu, sehingga mereka harus melompat melewati atap lift untuk mengevakuasi salah satu tim penjinak bom itu.

Ia sudah mengirimkan petunjuk yang muncul di layar monitor LCD pada Detektif Lee melalui ponsel, untuk segera dipecahkan dan dilacak keberadaannya. Namsan tower adalah lokasi selanjutnya. Mereka harus cepat-cepat menuju ke lokasi dimana akan banyak orang berada disana saat perayaan tahun baru. Mereka tidak boleh membiarkan satu orangpun melewati tahun baru dalam suasana duka, untuk itu mereka harus menemukan bom yang selanjutnya dan menjinakkannya seperti sebelumnya.

"Beristirahatlah! Kami akan mengurus bom di Namsan Tower! Setelah kondisimu membaik, aku akan beritahukan padamu bagaimana caranya mati secara terhormat, Choi Minho!" ujar Jinki pada Minho yang masih terhubung dengannya melalui ponsel. "Tapi, terima kasih karena kau sudah mendengarkanku!"

"Detektif gila!" hanya itu balasan yang didapat dari Minho atas ucapan terima kasihnya. Tapi itu lebih baik dari pada tidak dijawab sama sekali karena Minho terlalu kesal padanya.

Detektif Lee Jinki terkekeh, kemudian menutup ponselnya dan mengantonginya, sementara itu Inspektur Choi di kursi supir, menyetir mobil mereka ke arah Namsan Tower, dimana sekelompok polisi sudah berada disana untuk mengamankan lokasi setelah Inspektur Choi menginstruksikan mereka melalui salah satu anak buahnya. "Punya kuasa apa kau sampai membuatku menyetir seperti ini? Seharusnya kau yang berada disini dan menyetir untukku!" ujar Inspektur Choi pada Jinki yang malah melemparkan senyum padanya.

"Maaf, Inspektur, tapi aku harus melakukan sedikit pembicaraan dengan Choi Minho!" katanya tanpa peduli atasannya itu akan marah padanya nanti.

"Terserahlah!" hanya itu yang diucapkan Inspektur Choi seunghyun padanya, dan kembali berkonsentrasi menyetir ke arah Namsan. "Ngomong-ngomong, aku tidak mengerti, detektif sepertimu bisa menjinakkan bom dengan cara seperti itu?"

"Tidak mengertikah inspektur bahwa aku ini genius?" Jinki memotong pembicaraan Inspektur Choi.

"Ckk.. jinjja!" Inspektur Choi mencibir. "Darimana kau mempelajari itu semua?"

"Komik! Kadang membaca komik membuatku tahu beberapa hal yang tidak aku dapat saat aku mempelajari sesuatu!" Jinki terkekeh. "Karena kudengar Minho mau mengorbankan hidupnya, aku menggunakan itu sebagai kesempatan untuk mencoba pengetahuan baruku! Aku bersyukur ternyata semuanya berjalan seperti apa yang aku pikirkan!"

"Jadi kau tak benar-benar yakin dengan apa yang kau lakukan sebelumnya?"

"Aku yakin! Tapi aku hanya memastikannya!" Jinki tersenyum puas, sementara Inspektur Choi sedikit merasa shock dengan pernyataan Jinki. "Tapi aku benar-benar tahu segalanya, Inspektur! Aku tahu segalanya!" ujarnya, mengakhiri kalimatnya dengan nada sangat yakin.

Sementara itu Minho dibawa ke rumah sakit untuk melakukan perawatan kecil karena tampaknya ia juga kekurangan oksigen. Minho masih mengingat apa yang diucapkan Detektif Lee padanya, tentang Son Eunseo. Mungkin jika nama itu tidak disebutnya, ia tidak akan mengurungkan niatnya untuk mati. Detektif Lee pasti tahu tentang itu, ia yakin Jinki mengetahui segalanya, tentang dirinya yang menyukai Son Eunseo yang kini menjadi kekasih dari sepupunya, Lee Gikwang. Minho hanya tersenyum tipis, menyadari betapa bodohnya dirinya akan semuanya. Ia merasa benar-benar bodoh.

=THE END=

Comment Juseyo~!^^

-Keep Shine Like HIKARI-

12 comments:

  1. Hwaaa~, sumpah baca FF eonni yang ini bikin dag dig dug skalian gregetan..
    Apalagi pas detik2 terakhir bom mau meledak, udah kurang dari 3 menit itu, si detektif Jinki ngomongnya kepanjangan xD
    haddeeh -___-
    Tapi, sumpah, kereeeennn banget eonn.. Rasanya nyata gimana gitu.. Jadinya aku kebawa terus kalau baca.. Hhehehe
    Tetep kaya' FF eonni2 yg lain, 4 jempol dah ane kasih.. Kkekeke~

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha..
      gomawoyong~ xp
      iya.. disini jinki cerewet banget ya? tp aku suka banget sama karakternya disini.. jenius2 usil gitu.. hhe

      sekali lagi gomawo^^
      jangan bosen2 maen kesini yaa :D

      Delete
  2. trus bom di Namsan towernya meledak ga thor?

    ReplyDelete
    Replies
    1. gw belom di hubungin jinki, kayaknya sih masih utuh.. -___-

      Delete
    2. ntar kalo jinki yang meledak gimana?

      Delete
    3. bisa kita hentikan pembicaraan ini? ._.

      Delete
  3. Woahh, genre baru, sukaaaa >__<
    Aku boleh saran?
    Tapi kayaknya ada beberapa kalimat penjelas yang berlebihan nanda, jadi kebanyakan mata pembaca (termasuk aku) pengen ngelewatin kalimat tersebut dan lanjut ke inti cerita selanjutnya mau kemana. Ni contohnya:

    "Setidaknya kau harus mati dengan terhormat, Choi Minho! Maksudku, jangan ledakan gedung ini! Kau tahu, negara membuatnya dengan sangat mahal! Jika kau menghendaki teroris itu untuk meledakan bom ini, kau akan membuat negara rugi besar! Dan namamu tidak akan tercatat didalam buku sejarah anak sekolah! Kau tahu itu kan?" omong kosong lagi, pikir Minho. Jinki selalu saja membicarakan hal-hal aneh seperti itu. Namun kali ini membuatnya sedikit bisa tertawa, meskipun tidak bisa menenangkannya juga. "Kuberikan penawaran padamu! Jinakkan bom itu dan aku akan memberitahumu cara untuk mati secara terhormat, atau kau akan menjadi arang disana beberapa menit lagi dan membuat negara rugi? Huh?" katanya.

    Di paragraf tadi, terlalu banyak kata2 yang diulang. Dengan waktu yang sedikit, rasanya sulit kalo orang ngomong berbelit2 kayak Jinki gitu. Coba aku ngasih usul kayak gini:

    "Jika kau ingin mati maka matilah dengan terhormat, bukan dengan cara meledakkan diri di bersama gedung ini. Harga yang dikeluarkan untuk membangun gedung ini tidak sebanding dengan kematianmu!" omong kosong lagi, pikir Minho. Jinki selalu saja membicarakan hal-hal aneh seperti itu. Namun kali ini membuatnya sedikit tersenyum, meskipun rasa resah itu masih menempel. "Aku punya penawaran untukmu," Jinki terdiam sebentar untuk memberikan efek pada perkataanya. "Akan kuberi tahu cara yang lebih terhormat untuk mati jika kau berhasil menjinakkan bom itu."

    Jadi permainan kata. Dengan kalimat yang kamu tulisin untuk Jinki di atas jadi terkesan bahwa Jinki itu ngeburu2 Minho biar setuju dengan usulannya. Padahal yang aku tangkep karakter Jinki disini tuh tenang, dia pengen Minho mikir lagi untuk mati dengan cara itu, gitu bukan? Dengan adanya tanda seru yang berlebihan di kalimat Jinki, mengesankan dia juga terburu2 dan sedang panik.

    Efek sering baca conan sih. Sering kan di conan tuh salah satu karakter yang pengen ngubah pemikiran karakter lain dengan cara sindiran2 kasar. Nah, kayaknya aku nangkepnya si Jinki disini mau nyindir Minho kan biar dia malu dan berubah pikiran?

    Duh aku nggak tau ini kamu nangkep ato nggak, aku susah mengungkapkannya dengan kata2 X)

    Dan maaf kalo terlalu menggurui :D
    Feel free to delete this comment if it bothering you ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimakasih sudah membantaiku ainee~!! aku udah nunggu saat-saat seperti ini~!! xDDD

      iya ya? kayaknya emang gitu.. aku nangkep banget maksudnya kok :D
      aku juga bermaksud kayk gitu. tapi karena baru pertama bikin yang kyk gini, jadi belom cukup berpengalaman.

      scene bom itu juga sebenernya terinspirasi dari si matsuda yang mau meledakan diri waktu mau jinakin bom di bianglala dan akhirnya dia malah meledak di atas.. makanya aku juga nyari-nyari info soal bom yang dipake di conan itu..

      engga menggurui kok.. aku seneng malah kalo ada yang mau nilai kesalahanku secara jujur.. lebih baik dari pada bilang bagus2 tapi ga bener-bener tulus dari hati ><

      sekali lagi, makasih banyak!!! xDDD

      Delete
    2. Ih ih, aku tau banget itu tentang Matsuda~
      Gyaah, kita conan freak XD

      Aku juga belum tentu bisa bikin FF kayak kamu sih, jangan2 aku cuman bisa ngritik lagi ya /PLAK

      Anyway, hwaiting!!

      Aku mau baca sekuelnya aah~

      Delete
    3. hahaha.. aku suka banget karakter matsuda.. sayangnya mati -____-
      yaudah, cintaku kembali ke kaito :p

      hahaha.. ainee hwaiting juga!! ^o^/

      Delete
  4. ung.. Ada 4 typo tersebar dri part flashback balik dri thai sampe end..

    ada 1 lag d cerita ini yg agak kurang masuk akal..
    1. Bom tidak bisa berpindah tempat, padahal d cerita bom ith d taro d lift yg notabene bergerak terus, gini, misal bom ith d set 1 jam, polisi lum tentu lgsung nemu th bom dlm waktu 1 jam kan? Nah udh pasti ith bom jd goyang2 krn lift naek turun d pake pengunjungny.. Ya kan? Kalo gt bom pasti udh meledak duluan sblm tim dateng..

    2. Ukuran bom, d atas ada part tabi nyuruh evakuasi radius 1km, nah bom yg radiusny sgini tuh termasuk bom yg SANGAT BESAR DAN BERDAYA LEDAK TINGGI. And ga mungkin d taro d lift yg pada umumny sempit.. (kalopun d taro d lift jd cepet ktauan).. Kecuali kalo ini bom nuklir yg bentukny bs d minimalis..

    3. Part d lift ada pas sistem liftny d ledakin yg bikin beberapa kabel putus dan lampu lift mati, nah km ga menjelaskan minho pake apa setelah lampu lift mati, yg ada km lanjut trus seolah msh terang, dan ga mungkin ini posisi lift lg d lantai dasar, krn d sini minho terjebak d lift, kalo pun kejadian ini d lante dasar, pasti pas ngejinakin bom ny pintu lift ny d buka lebar, dan ith berati minho ga sndiri d lift.. *mdh2an ngerti yg guw maksud*

    guw kurang intrest ama flashbackny.. Lbh fokus ama actionny..

    tpi bgus lw explore genre cerita lw.. Bgus, cuma kalo yg genre action gne, hrus bnyk research sblm nulis..
    And jgn lupa logika dan kemungkinanny..

    yg part jinki yg lw bahas d comment atas guw lbh suka ver. Ny eloh, wlw bnyk perulangan gpp, karna pengulangan ith untuk mensugesti pemeran utama, jd ky semi hipnotis gt..

    explor genre cerita yg laen yah.. Seru!

    ReplyDelete
    Replies
    1. baca keterangan ini ga? "Maap jika ada beberapa hal yang kurang pas disini, karena aku nggak gitu menguasai soal dunia kriminal dan tetek bengeknya. Aku hanya mencoba mengekspresikan apa yang ada dipikiranku."

      kalo udah baca harusnya km tau kenapa ceritanya ga se sempurna apa yang km pikirin.. hhh

      lagian beberapa scene bom di lift itu aku ambil dari detektif conan waktu dia mau jinakin bom di dalem lift di tokyo tower.. emang ga sama, tapi inspirasinya dari sana..

      soal typo, mending ga usah di bahas deh.. smua komen pasti ada typo nya.. kalo gitu mungkin lain kali ak kasi warn: typo aja yaa..

      thx btw ^^

      Delete