Tuesday, February 8, 2011

Useo Bonda [SONGFIC]

yo wassup! i'am C-Dragon..and i come with my newest Song Fiction "Useobonda" Annyeong Haseyo~ ^^
hehe..gimana?nice greeting kan?=p
gw emang lagi berlatih conversation, karena gw sadah english gw soal gramar2 itu jelek,jadi gw langsung aja belajar ngomongnya~=p jadi kalo ada salah tolong di koreksi ya^^ GAMSAHAMNIDA~
oke, langsung aja cek SongFic baru saya^^

Useo Bonda

Daesung Pictures, Images and Photos

Taman Bermain, jam 3 sore.
Dengan membawa lollipop, DaeSeong berjalan mantap ke arah bangku yang sudah diduduki seorang gadis berambut panjang dengan blue jeans dan jaket merah bertuliskan KOREA. Dan sepertinya sedang menunggu seseorang. Tapi sebelum ia memperlihatkan diri dan menyapa gadis itu, DaeSeong berhenti sebentar, menarik nafas panjang dan meyakinkan dirinya sendiri. Kemudian melanjutkan langkahnya kembali.

"HwaRin-a!" sapa DaeSeong dengan tampang cerianya sambil melambai dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya disembunyikan di balik punggung-nya dengan lollipop besar berada di genggamannya. Gadis yang disapa itu membalas lambaian tangannya sambil tersenyum kecil. "Sudah lama menunggu?"

"Ahni.." jawab gadis itu lembut. DaeSeong tersenyum, kemudian dengan cepat ia mengeluarkan lolipop besar dari balik punggungnya.

"untukmu!" katanya.

"Lolipop?" tanya HwaRin bingung.

"Oleh-oleh. Kemarin aku baru mengantarkan keponakanku ke pameran kembang gula. Dan aku membelikan satu untukmu!" jawab DaeSeong polos. "Kalau kau tidak mau gigimu habis karena memakan permen keras ini, kau pajang saja dengan bingkai di kamarmu!"

"Aa..oppa ini~" katanya, kemudian menerima pemberian DaeSeong itu. "Gamsahaeyo!" DaeSeong mengangguk. Ia duduk dan bersandar pada punggung kursi sambil melihat langit yang hari itu benar-benar sedang cerah.

"Ngomong-ngomong, ada apa?" tanya DaeSeong, membuka pembicaraan setela sepertinya HwaRin kehabisan topik. HwaRin melirik DaeSeong, begitu pula DaeSeong, balas melirik HwaRin penuh pertanyaan. "Pacarmu membuatmu menangis lagi?"

"Ahniyo! Apa yang kau bicarakan?" sangkal HwaRin. Namun dari matanya bisa dilihat bahwa apa yang dikatakan DaeSeong itu tepat. Ia bisa saja berbohong, tapi DaeSeong akan segera tahu.

"Aku bisa melihat sembab di matamu!" jawab DaeSeong sambil menunjuk ke arah kantung mata HwaRin.

"Ini hanya kantung mata.."

"Dan aku belum pernah melihat yang sebesar itu di wajahmu!" ujar DaeSeong memotong pernyataan HwaRin. "Jangan kau tutupi! Sudah semestinya aku membantumu, sebagai teman, HwaRin-a! Oke? Jangan sembunyikan masalamu dariku!"

HwaRin terdiam. Namun akhirnya mengangguk juga. DaeSeong tersenyum cerah dan menepuk pundak gadis disebelahnya itu.

***

"Emh..berhentilah menangis dan jangan pikirkan itu." kata DaeSeong pada seseorang di sebrang telepon. "Sekarang tutup teleponmu dan istirahatkan pikiranmu! Atau kantung matamu akan jadi sebesar kantung kangguru!" tambahnya bercanda, kemudian terkekeh. "Hemh..Sampai besok!"

DaeSeong menutup ponselnya dan mengantongi-nya. Sedetik kemudian seseorang dengan headphone ditelinga datang sambil sesekali bernyanyi, dan tangannya sibuk mengaduk kopi yang baru saja dibuatnya. Orang itu kemudian duduk dan mengalihkan pandangannya dari mug kopinya, pada DaeSeong yang tengah terbengong didepan televisi. "Yah! Waeyo?" tanya Tabi, orang itu seraya melepas headphone-nya, dan menggantungkannya dileher.

"Ah..ahniyo, hyungnim.." jawab DaeSeong sekenanya.

Laki-laki dengan jumper merah hati bertuliskan 'TOP is my name' itu mencoba menganalisis sendiri, kemudian mengangguk-angguk. "Sudahlah, berhenti memperdulikannya, DaeSeong-a! Dan pikirkan dirimu sendiri!" katanya dan menghirup sedikit kopinya.

"Apa yang hyung bicarakan.."

"Sudahlah, tidak usah mengelak!" potong Tabi cepat. "Kau akan berakting ceria dan menghibur HwaRin habis-habisan hingga dia tertawa kembali. Tapi kau akan menangis setelahnya! Itu tidak adil untukmu! Cobalah sekali-sekali hibur dirimu sendiri, DaeSeong-a!"

"Aku tidak menangis! Lihatlah, aku tersenyum~" katanya mengelak sambil menunjukkan senyumnya yang polos.

PLAKK!! Tabi memukul kepalanya. "Apa yang hyung lakukan??" tanya DaeSeong sambil mengusap kepalanya yang baru saja dipukul cukup keras itu.

"Aku memukulmu agar kau menangis!" jawab Tabi jujur dan memukul DaeSeong lagi.

"Aigoo!! Tabi hyung!!"

***

X University, Seoul.

DaeSeong baru saja selesai kelas kalkulus, dan dia berniat ke kantin untuk menemui HwaRin yang baru saja menelponnya. Ia juga baru selesai kuliah jam pertama. Namun baru akan berbelok di tikungan koridor kampus, DaeSeong melihat pemandangan tidak sedap tak jauh dari sana. Ia lalu mencoba menguping apa yang sedang mereka bicarakan.

"Berhenti menemui-nya! Aku yang pacarmu! Bukan bocah sipit itu!!" teriak seorang anak lelaki pada gadis yang familiar sekali di mata DaeSeong itu.

"H..HwaRin-a.." bisik DaeSeong lirih.

"Tapi.."

"Sudahlah, jangan mengelak! Turuti aku atau kita putus!" teriak lelaki itu lagi. DaeSeong tidak bisa melihat pemandangan itu. Ia segera pergi dari sana dan berniat tidak akan menemui HwaRin hari ini, atau gadis itu akan semakin disakiti.

---

HwaRin duduk di salah satu bangku di kampus dengan mata sembab, dan berkali-kali ia menghapus air matanya. Setelah beberapa saat menenangkan diri, ia memeriksa ponselnya kalau-kalau ada telepon atau sms. Dan saat ia membukanya, ada beberapa pesan untuknya, salah satunya dari DaeSeong.

From : DaeSeong

Hari ini aku tidak bisa menemuimu. Maaf ya. Aku ada urusan mendadak dengan dosen. Oh ya, KEEP CHEER UP! meskipun aku sedang tidak ada denganmu hari ini^^ -DaeSeong-

HwaRin tersenyum kecil membaca pesan singkat itu, kemudian menutup dan mengantongi ponselnya.

***

"Sok ada urusan dengan dosen dan kau meninggalkan tanggung jawabmu?" ujar Tabi setelah memukul kepala DaeSeong dengan buku.

"Aku tidak akan menangis walaupun hyungnim memukulku sekeras apapun!" kata DaeSeong sambil mengusap kepalanya. "Tapi bagaimana kau tahu aku ada urusan dengan dosen? Padahal memberitahu hyung saja tidak."

"Aku tanya HwaRin. Aku pikir kau sedang ada dengannya. Tapi katanya kau ada urusan dengan dosen, dan kau sampai lupa latihan? Padahal semuanya sudah datang ke studio, tapi kau malah tidak muncul dan mematikan ponselmu! Apa maksudmu??" jawab Tabi panjang. Ia tampak sangat kesal.

"Maaf hyungnim.."

Tabi lalu duduk bersila diatas bantal duduknya dan menenggak sekotak susu sapinya sampai habis. Ia kemudian memandang ke arah DaeSeong, hingga anak yang dipandanginya itu merasa diperhatikan dan menoleh ke arahnya. "Waeyo, hyungnim?"

"Ahni.."

***

Tomorow, 6 PM, Music Studio.

Selesai latihan dengan band-nya. DaeSeong segera mengemasi stick drum dan snare-nya kedalam tas, kemudian menggendong tas-nya dan bersiap pergi.

"Kau mau kemana?" tanya JiYong, rapper sekaligus DJ band Rock-HipHop itu pada DaeSeong.

"Aku harus belajar malam ini! Besok pagi kelas statistik ada kuis. Kalo tidak belajar besok pagi aku bisa mati!" jawab DaeSeong tampak terburu-buru. "Tabi Hyung, aku pulang duluan!" katanya pamit pada Tabi yang menjadi second rapper sekaligus bassis itu.

"Oke! Kau mau titip makan malam?" tanya Tabi.

"Belikan aku apa saja!" kata DaeSeong sambil tersenyum. "Sudah ya! Sampai jumpa!"

DaeSeong segera berlari keluar studio, mengambil sepeda-nya dan segera pergi meninggalkan tempat itu. Ia menyusuri sepanjang trotoar jalan menuju rumah kontrakan kecil yang ditempatinya bersama Tabi di tengah kota Seoul. Tapi di tengah perjalanannya, seseorang menelponnya. Ia berhenti dan segera mengangkatnya. "Yeoboseyo?"

***

"Maaf aku sudah memintamu kemari, oppa!" ujar HwaRin sambil menghidangkan sepotong kue tart buatannya pada DaeSeong bersama secangkir teh hangat.

"Ehem..gwaenchana^^" jawab DaeSeong tulus. "Tapi aku tidak bisa lama-lama. Aku ada kuis di kelas statistika besok pagi. Jadi.."

"Ah..aku jadi merasa merepotkan.."

"Ahniyo..ahniyo..aku senang bisa membantumu, HwaRin-a." potong DaeSeong sambil tersenyum lebar. "Apa lagi untuk mencoba kue buatanmu ini! Resep baru?"

HwaRin mengangguk. DaeSeong segera melahapnya setelah beberapa detik mengamati kue berlapis krim putih dengan buah kiwi diatasnya itu. "Enak sekali!" katanya jujur. Keduanya tersenyum. "Tapi, kenapa aku yang kau minta datang? Kau tidak minta pacarmu.." katanya, dan ia potong sendiri saat melihat raut wajah HwaRin yang memburuk. "Ah..maaf."

"Gwaenchana.."

Mereka terdiam lagi. Sementara DaeSeong sibuk menikmati kue-nya, HwaRin menonton TV yang menyiarkan acara reality show artis-artis muda korea. Tapi tiba-tiba DaeSeong membuka pembicaraan lagi, "HwaRin-a.."

"Hmm?"

"Emh..ahniyo..maaf, kemarin aku tidak bisa datang." DaeSeong mengurungkan niatnya untuk bertanya, dan malah menggantinya dengan permintaan maaf. HwaRin tersenyum kecil dan hanya menjawab "Gwaenchana.."

***

Tomorow, 7PM.

"Mungkin, sekali-sekali kau harus jujur kalau kau menyukai HwaRin, DaeSeong-a.." komentar Tabi saat membantu DaeSeong memasak didapur. Ia memotong beberapa sayuran, sedangkan DaeSeong sedang membumbui makanan yang kini sedang dimasaknya.

"Apa sih yang hyung bicarakan? Ada-ada saja.." katanya menolak pendapat Tabi.

"Dia harus tahu kalau kau sudah tersiksa selama ini!" jawab Tabi. Tapi DaeSeong hanya tersenyum.

"Kami sudah baik-baik saja selama ini.."

"Dan kau bahagia dengan cara seperti ini?" tanya Tabi. Ia meletakkan pisaunya dan berbalik, memandang DaeSeong yang sedang sibuk mengaduk-aduk makanan di atas teflonnya. "Aku sudah mengenalmu 6 tahun! Aku sudah tau isi pikiranmu! Jangan munafik dengan mengatakan kau akan bahagia hanya dengan melihat HwaRin bahagia! Padahal sebenarnya hatimu menangis keras-keras!"

Mereka diam. "Ah..sudahlah! Aku mau mandi! Kalau makan malam sudah siap, panggil aku ya!" katanya kemudian pergi meninggalkan DaeSeong sendirian didapur.

***

"choayo.."

"benarkah?" tanya HwaRin memastikan pacarnya itu serius. JinHoo, pacarnya itu mengangguk sambil tersenyum tulus. Dan hari ini mereka berbaikan lagi. hubungan mereka memang seperti main-main. Hari ini mereka akan bertangkar hebat, namun sehari kemudian mereka akan berbaikan lagi. Tapi tidak dapat dipastikan apakah dalam 24 jam itu mereka akan terus dalam keadaan yang baik-baik saja.

seperti hari ini. baru saja beberapa jam yang lalu mereka saling melempar kata "choayo","saranghae" dan semacamnya, namun kini mereka mulai berdebat lagi hanya gara-gara hal kecil. HwaRin lupa kalau JinHoo alergi udang.

JinHoo mulai membabi buta lagi. Ia berteriak-teriak pada HwaRin setelah dengan tidak sadar memakan makanan yang mengandung udang. Ia marah-marah tidak karuan. Sesekali HwaRin sudah meminta maaf dan menyuruhnya untuk tenang. Namun JinHoo seperti tidak menghiraukannya dan tetap berteriak-teriak sampai akhirnya HwaRin menangis, dan JinHoo meninggalkannya begitu saja.

Tak disangka, seseorang mengamati mereka dari kejauhan. DaeSeong yang baru saja selesai kuliah jam kedua-nya, ternyata sudah agak lama berada disana dan mengamati keduanya. Namun ia tidak berani mendekati mereka. Ia hanya memperhatikan dari kejauhan.

Tapi setelah cukup lama ia memperhatikan mereka dan akhirnya JinHoo pergi, DaeSeong langsung mendekati HwaRin dan langsung memeluknya dengan erat dari belakang. "Jangan menangis.." bisiknya tulus pada HwaRin. Tapi tangis-nya malah makin keras. Untung saja disekitar mereka sedang sepi, jadi mereka berdua tidak menjadi pusat perhatian. "HwaRin-a..berhentilah menangis.." ujar DaeSeong lagi, masih memeluk HwaRin dengan erat.

Selama beberapa detik, ia masih memeluk HwaRin untuk menenangkannya. Namun sesaat kemudian ia melepaskan pelukannya dan memandang wajah HwaRin yang sudah dipenuhi airmata.

"Tolong jangan menangis..untukku.." kata DaeSeong jujur. HwaRin tidak tahu apa maksud DaeSeong. Namun ia berusaha menghentikan tangisnya, tetapi itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Hatinya terlalu sakit untuk menghentikan tangisannya.

"Saranghae.." Suara tangis HwaRin langsung berhenti setelah mendengar pernyataan jujur dari DaeSeong. "gasumi joryo onda..noui surphun pyojong hani yedo. gu sarami cham mibda ni sarangur da gajyonunde. mwoga mojara nor irohge ullinunji! (my hearts becomming numb,at your slightest sadness. i hate that guy so much. he has all of your love yet he still makes you cry, what more does he need!) *ambil lirik useobonda*"

"Eh..?"

"Kadang aku ingin sekali berkata padamu. HwaRin-a! Putuskan dia karena dia selalu menyakitimu! Sebaiknya kau sudahi saja sebelum penderitaanmu terus menumpuk! Dan aku ingin kau jalan denganku!" jelas DaeSeong jujur. Ia menarik nafas pelan. "Tapi, aku tau kau punya alasan kenapa kau mencintainya dan masih mempertahankan hubungan kalian. Makanya aku hanya diam dan terus mencoba membuatmu tersenyum, meskipun aku yang harus menangis kemudian." lanjutnya tulus.

"nega do nor saranghanika,ne jashin boda norakinika..du nunun urodo to chama nenda. ne maum hana modurodo, ne sarang boji mothedo, onurdo ni apheso dashi hanbon to uso bonda..(because i love you more, because i care for you more then myself. even if my eyes begin to cry i bear through it. even if i can’t listen to my heart, even if i can’t seek out my love, I try smiling/laughing in front of you once again today..)"

Ia memandang HwaRin, kemudian mencoba tersenyum dihadapannya. DaeSeong menarik kedua pipi HwaRin kesamping, membentuk bibir HwaRin jadi tersenyum. "Jadi, tersenyumlah untukku, HwaRin-a.." katanya. Mereka terdiam, namun sesaat kemudian HwaRin tersenyum tulus dan mengangguk. DaeSeong tersenyum lebar, kemudian memeluk HwaRin erat. Ia berarap HwaRin akan terus tersenyum saat bertemu dengannya.

***

Saturday, 9 AM.

DaeSeong sedang bersiap-siap dengan barangnya. Ntah dia akan kemana. Tabi yang mengamatinya sejak tadi dari ambang pintu kamar DaeSeong juga kebingungan dengan tingkah juniornya itu. "Kau mau kemana?" tanya Tabi dan meminum susu kotaknya lagi dengan sedotan.

"Aku mau menjenguk gwangjoo (nama kota di korea)! Sudah lama aku tidak pulang." jawab DaeSeong sambil menutup ritsleting tas-nya. DaeSeong bangun dan menggendong tas ranselnya, namun ia tidak bisa lewat. Karena tubuh tinggi dan tegap Tabi itu menutupi pintu keluarnya. "Hyungnim..ada sesuatu?"

"Kau sudah membuat HwaRin mempertahankan senyumannya. Makanya kau mau pulang untuk mengobati rasa sakitmu yang kau pendam bertahun-tahun itu kan?" ujar Tabi hampir tepat. DaeSeong hanya tersenyum kecil sambil memandang kearah lantai. Tabi tersenyum, kemudian mengacak rambut DaeSeong. "Kerja bagus! Kau sudah lega kan?"

"Terima kasih untuk saranmu, hyung." kata DaeSeong kemudian. Tabi mengangguk kecil. Namun wajah DaeSeong kembali menunjukkan kalau ia benar-benar sedang muram hari itu. Tabi menarik nafas panjang, kemudian mengeluarkannya sebentar.

"Butuh pelukan?" tanya Tabi, dan mereka saling berpelukan, sesekali Tabi menepuk-nepuk punggungnya untuk menenangkan juniornya itu. Beberapa saat kemudian, mereka melepaskan pelukannya. Namun Tabi tetap saja  menghalangi jalan keluar DaeSeong.

"Apa lagi hyung?"

"Emh..butuh ciuman??" tanya tabi jahil.

"Apa yang kau bicarakan?? PABO YA!!!" teriak DaeSeong dan segera berlari pergi meninggalkan rumah itu, disertai tawa Tabi yang membahana sampai terdengar diseluruh penjuru rumah.

***

_END_

gw jarang banget make DaeSeong jadi tokoh penting di FF gw. Pernah sekali cuma jadi cowo tukang main gitar di halte buat ngebantu penderita kanker. Tapi itu juga dia kebagian di ending doank.
Dan kali ini entah mengapa gw pengen banget jadiin DaeSeong itu tokoh utama. Meskipun ceritanya ga enak di Seonbaenim,tapi yah..beginilah~hehehe^^

untuk liriknya, akan gw posting kapan2 =p
tapi ge kasi bonus dulu deh

oke,mungkin tepatnya ini bonus buat TODAE lovers..o.oa

-Keep Shine Like HIKARI-

2 comments:

  1. intinya ide ceritany sih bguz, ringan, ga terlalu berat dramany, fluffy ny dapet bgt pas ending yg tabi tanya "mau d cium jg?" trus trus gmana ceweny yah? Daesung kan udh nembak kan? Kykny d tolak yah? *kepo* .. Joha..

    ReplyDelete
    Replies
    1. tanya sendiri lah sama mbak nya~ hahahaha
      :p
      thx btw^^

      Delete