Hai hai.. FF request-an dateng lagi.. sedikit lebih pendek.. karena gw gatau lagi mesti masukin adegan apa di chapter ini -__-
Yang jelas chapter lanjutannya idenya udah terpatri(halah) di otak gw..
Dan yang bikin gw pengen cepet2 nge-update adalah karena lanjutan FF gw yang satunya udah ngantri, dan ada 1 ONESHOT yang udah 80% jadi, tinggal edit sana-sini, rilis deh~
._.a kebanyakan yaa.. sudahlah..
ENJOY~!^^
At a Time..
RaeIn’s scene
Disaat seperti
ini bocah itu malah menepati janjinya. Si Kim Sangbeom itu tidak menampakkan
batang hidungnya sedikitpun di hadapanku sejak malam itu ia memintaku bercerita
soal Hongki oppa. Oke, dia
benar-benar jantan! Dan aku tak perlu lagi berteriak-teriak untuk mengusirnya
sekarang.
Tapi percaya
atau tidak, rasanya jadi sepi setelah si Kimbeom itu menghilang. Masih sering
terdengar suaranya berteriak memanggilku “RaeIn-yang!” namun ternyata tak seorangpun di sekitarku yang memanggilku
saat itu. Oke, ternyata aku mulai terbiasa dengan bocah itu, dan kini..
bagaimana mengatakannya. Aku merasa kehilangan? Ah, tidak mungkin. Haha.. pasti
tidak mungkin!
Aku hanya ingin
tahu, mengapa kemarin ia datang mengunjungi Hongki. Itu saja. Tidak lebih.
RaeIn’s scene END
***
“RaeIn-a!” seseorang memanggil RaeIn seraya menggoncangkan
tubuhnya yang tengah terlelap di tengah banyak orang yang sedang mempersiapkan
pameran mereka yang akan diselenggarakan 5 hari lagi. “RaeIn-a!”
“Wae.. Geunseok-a?” katanya. Raut wajahnya nampak sedikit kecewa melihat siapa yang
membangunkannya. Jang Geunseok. RaeIn mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
Semua teman dan panitia tengah sibuk, tapi dia malah tertidur di salah satu
sudut ruangan. Dan Geunseok kini membangunkannya. RaeIn bangun, merapikan
rambut dan bajunya. “Bagaimana kau bisa disini?” katanya pada Geunseok yang
notabene bukan mahasiswa di kampusnya.
“Aku hanya
mencarimu! Dan mereka menyuruhku membangunkanmu! Kau pasti lelah ya? Sampai
mukamu kesal begitu..” jawabnya jujur.
RaeIn merapikan
barang-barangnya dan mulai mengerjakan karyanya yang akan dipamerkan. Karya
yang sudah 85% jadi. “Aku kesal bukan karena kau! Ini karena orang itu!” jawab
RaeIn random.
“Orang itu?”
“Ah, maaf! Aku
belum pernah menceritakannya padamu ya?” RaeIn menghentikan aktifitasnya
sejenak, dan memulainya lagi sambil menceritakan soal orang itu. Kimbeom.
“Namanya Kimbeom. Dia terus mengikutiku sebulan terakhir ini sampai aku sebal!”
RaeIn memulai, namun tangannya tak berhenti bekerja. Sedangkan Geunseok hanya
berdiri di sampingnya sambil mendengarkan apa yang RaeIn katakan. “Tapi kemarin
ia berjanji untuk tidak mengikutiku setelah bertanya soal Hongki-oppa. Entah bagaimana ia bisa tahu
tentang oppa! Tapi aku tidak habis
pikir..” RaeIn menggantung kalimatnya sendiri, kemudian menghela nafas. “Ia
malah mengunjungi Hongki oppa
kemarin! Buat apa coba? Apa dia ingin menarik perhatianku lagi??”
RaeIn masih
mengomel meski Geunseok kini tampak sudah tidak tertarik lagi dengan apa yang
dibicarakan RaeIn. Ia tertegun, melihat ke arah lukisan RaeIn, namun nyawanya
tidak benar-benar berada disana. Tatapannya kosong.
“Geunseok-a! Gwaenchana??”
RaeIn mengaburkan lamunan anak laki-laki itu.
Geunseok tampak
gelagapan.”Umh.. ohh.. iya!” jawabnya.
“Ngomong-ngomong,
kenapa kau kesini? Ada yang ingin kau sampaikan padaku?” tanya RaeIn menyadari
untuk apa sebenarnya Gaeunseok datang menemuinya di kampus.
“Ah.. umh.. ahniyo~! Hanya ingin melihat-lihat
saja..” jawab Geunseok dengan senyum di wajahnya.
“Ah.. keurae~?”
Geunseok
mengangguk. Meski sebenarnya bukan itu yang ingin ia lakukan setelah jauh-jauh
datang kesana.
***
Geunseok’s scene
Bisa ku tebak,
si Kimbeom itu yang akhir-akhir ini membuatnya tampak bahagia, meski ia tidak
mau mengakuinya, tapi aku bisa tahu. Aku sudah berteman dengannya sangat lama,
aku sudah tahu kebiasaannya, termasuk saat ia senang karena seseorang
menyukainya. Heheh.. RaeIn-a..
Sebenarnya aku
datang hanya untuk bilang, kemarin aku jadi datang mengunjungi Hongki untuk
menggantikannya, setelah aku meminta ijin boss ku sebentar dan kembali lagi
setelah kurasa cukup untuk mengunjunginya. Tapi RaeIn bilang, Kimbeom datang
untuk mengunjungi Hongki. Kepalanya memang sudah penuh dengan orang itu,
percaya atau tidak. Sedikit demi sedikit ia akan menyukainya.
Hari ini aku
datang lagi setelah kemarin aku datang ke kampus RaeIn. Sepertinya ia masih
sibuk dengan persiapan pamerannya. Meskipun aku masih sedikit kesal setelah
mendengar ceritanya, tapi sudahlah, itu tak perlu lagi. Lebih baik aku datang
untuk menghibur Hongki lagi. Akhirnya aku bisa melakukannya.
“Hongki-ya~! Aku datang lagi!” seruku seraya
masuk kedalam kamarnya. Hongki tengah mendengarkan lagu lewat headphonenya.
Pasti ia tidak bisa mendengarku. Kulepaskan headphone dari telinganya. “Ya~! Nan
wasseoyo!”
“Nuguseyo??” ia berseru kaget. Apa dia
lupa aku yang kemarin datang?
“Geunseok ieyo~! Kau lupa?” jawabku.
“Ah! Yang
kemarin menggantikan RaeIn?” katanya. Aku mengiyakan. “Kenapa kau lagi?”
katanya.
“Aigoo~ jangan kecewa begitu donk! RaeIn
kan sedang sibuk! Makanya aku yang datang.” Jawabku jujur. Aku mengambil kursi roda
Hongki yang dilipat di samping lemari kecil, kemudian membukanya. “Kita keluar
yuk! Di luar udaranya segar!” ajakku. Hongki mengiyakan saja apa yang ku
katakan. Setelah membantunya berpindah ke kursi rodanya, aku bergegas keluar.
Kami berhenti di salah satu sudut taman. Di sebuah bangku di bawah pohon
rindang. Tidak ada yang kami bicarakan sampai beberapa menit kemudian Hongki
menghela nafasnya.
“Waeyo?” tanyaku.
Ia menggeleng. “Ahniyo~!” jawabnya pendek. “Gara-gara
kau yang datang jadi tak ada topik yang bisa dibicarakan!” tambahnya. Aku
terkekeh. “Kenapa kau ketawa? Memang lucu ya? Aku tidak ingat dulu pernah kenal
denganmu! Aish!! Amnesia itu menyebalkan!!” Hongki ngamuk-ngamuk sendiri.
Padahal dulu
kami teman baik sejak di bangku SMP. Hongki adalah teman sekelasku, dan RaeIn
adik kelas kami, tapi sudah mengenalku sejak kecil. Makanya ia tak pernah
memanggilku dengan sebutan oppa. Hongki adalah satu-satunya yang sangat suka
musik di antara kami bertiga. Sedangkan aku atlet renang, dan RaeIn membanggakan
dengan lukisannya. Tapi Hongki selalu memaksa kami untuk membuat sebuah band.
Ia menyuruhku belajar drum, dan RaeIn harus bisa main bass. Kami berlatih
selama 2 tahun hingga benar-benar yakin untuk bisa tampil di depan umum. Kami
mulai tampil di acara sekolah saat perpisahan sekolah, saat kami berdua lulus.
Dan setelah kami bisa tampil di beberapa acara kecil, akhirnya kami mendapatkan
kesempatan untuk tampil dalam sebuah showcase. Namun sebelum kami sempat naik
panggung, Hongki dikabarkan kecelakaan dan koma di rumah sakit. Setelah ia
bangun, bahkan ia tidak ingat pernah membuat band dengan kami. Pada akhirnya
kami bertiga berjalan di jalan masing-masing. Kecuali Hongki yang harus
berjuang untuk mengingat masa lalunya.
Kudengar Hongki
menghela nafas lagi. “Kau sedang bosan ya?” tanyaku padanya.
“Apa dulu aku
punya banyak teman?” katanya padaku. “Saat mendengar suaramu dan suara RaeIn..
aku merasa sangat familiar!” lanjutnya. Sejak tadi ia masih menghadap ke arah
yang sama. Tentu saja, melihat kemanapun sama saja. Ia hanya akan melihat latar
hitam, meskipun ia tidak sedang terpejam.
“Kau ingin tau?”
tanyaku. Ia mengangguk. “Kalau kuceritakan, akan panjang! Bagaimana kalau kau
berusaha mengingatnya sendiri?”
“Aish~! Cari ribut!”
aku terbahak.
“Aku ingin
mendengarmu main gitar lagi, Hongki-a..”
ujarku tiba-tiba, setelah beberapa memori di masalalu menyeruak di ingatanku.
Dia tidak menjawab, tapi aku benar-benar ingin melihatnya bersemangat dengan
musiknya seperti dulu. Dan aku merindukan hubungan baik kami seperti saat
sebelum Hongki mengalami kecelakaan itu.
***
“25 detik!”
coach berseru tepat saat aku mencapai garis finis. Aku naik ke permukaan,
mengelap wajahku dengan tanganku yang basah juga, walau tidak kering, paling
tidak air tidak membanjiri wajahku dan aku bisa melihat dengan jelas.
“Kesempatan menangmu besar, Geunsuk-a!”
“Ye coach!”
“Cepat keluar,
latihan kita selesai untuk hari ini!” katanya dengan senyum lebar. Aku tahu ia
senang karena waktuku semakin baik.
Aku segera
keluar dari kolam, mengambil handuk untuk mengeringkan badanku, dan segera ke
shower room untuk membersihkan diri. Seperti yang sudah diketahui, aku adalah
seorang atlet renang yang masih setingkat provinsi, namun aku ingin menjadi
atlet yang bisa mewakili Negara berlomba di kejuaraan tingkat dunia. Itu
impianku. Namun alasanku memilih jalan hidupku sebagai atlet renang bukanlah
itu, aku punya alasan lain untuk ini.
#FLASHBACK#
Waktu itu usiaku
10 tahun, aku masih SD, dan merupakan bocah biasa tanpa cita-cita yang pasti. Yang
kulakukan hanya bermain-main. Aku malas belajar, bahkan aku tidak suka
berkesenian atau olah raga. Yang kulakukan hanya bermain dari jam pulang
sekolah sampai senja. Di rumah aku tidak belajar. Aku main video game sendirian
sampai ayah dan ibuku kapok untuk menghentikanku. Sampai suatu hari yang
mengubah jalan pikiranku.
“Geunsuk-a!!” suara gadis itu melengking dan
memanggilku. RaeIn, ia mengejarku dari belakang. Kuhentikan langkahku untuk
membiarkannya lebih dekat denganku.
“Wae?” tanyaku sok cool sambil berbalik
ke arahnya.
“Kau berjanji
menungguku sepulang sekolah! Aku mengajakmu nonton opera boneka! Kenapa kau
meninggalkanku?” jawabnya panjang. Ia bawel sekali!
“Aku nggak mau
nonton ah..” jawabku seadanya. Sebenarnya aku tidak ingin mengecewakannya, tapi
opera boneka itu.. membosankan!
“Ya~! Wae
irae? Kau sudah berjanji padaku!”
RaeIn tampak tidak senang. Aku hanya diam, dan sesaat kemudian kembali berjalan
pulang. “YA~!” RaeIn menyamai
langkahku. Ia menarik tanganku untuk pergi dengannya. Tapi aku menolaknya dan
mendadak berhenti. Kutarik tanganku, dan tanpa sengaja membuatnya jatuh
tersungkur. Sialnya, kami berjalan di sebuah jalan setapak di tepi sungai. Al
hasil, RaeIn bergulung ke bawah melalu tanah berumput yang bentuknya miring,
dan ia jatuh ke sungai yang saat itu arusnya cukup deras.
“TOLONG~!!” ia
berteriak. Sesekali RaeIn mencoba bangkit ke permukaan, namun ia kembali
tenggelam. Ia mengalaminya berulang kali dan terus berteriak minta tolong, dan
sejak tadi aku hanya melihatnya dengan wajah cengo karena bingung.
“AHH~!!!”
akhirnya aku tersadar, aku harus melakukan sesuatu. Tapi bagaimana caranya??
Aku tidak bisa berenang. Dengan panic, kuambil ranting di sebelahku, aku turun
pelan-pelan. Setelah cukup dekat dengan sungai, ku sodorkan rantng itu padanya,
walaupun aku tahu ranting itu tidak cukup panjang dan kuat untuk meraihnya.
“Dowa ju..”
kalimat RaeIn terpotong karena ia kembali tenggelam.
“AHH~!! EOTTEOKHE??” aku berteriak setelah
membuang ranting itu. Akhirnya dengan segala kenekatan yang kupunya,
kulemparkan tas sekolahku dan seketika, aku terjun ke sungai, mencoba untuk
menolong RaeIn. Tapi apa yang terjadi, aku juga ikut tenggelam. Aku gagal
menolongnya.
---
“Ah.. dia sudah
sadar..” kudengar gumaman beberapa orang, namun visual ku masih hitam. “Dia
selamat..” kudengar lagi suara yang berbeda dari arah lain, diikuti dengan
masuknya secercah cahaya putih ke pandanganku. Apakah aku sudah berada di
surge?
Sedikit demi
sedikit kubuka mataku. Masih buram, tapi aku bisa melihat beberapa orang tengah
melihatku. “Kau selamat nak~!” suara yang berbeda lagi kudengar, diiringi
pelukan seseorang yang merengkuh tubuhku yang basah.
“Eomma..?”
“Eomma mengkhawatirkanmu nak.. kau hampir
saja tenggelam~!” ibuku berbicara lagi. Tenggelam? Sesaat aku ingat kejadian
sebelum aku berada disini.
“RaeIn??” aku
berteriak. Mataku mencari-cari gadis itu di sekitarku. Sampai kulihat seorang
bocah 9 tahun tengah menangis di pelukan seorang wanita muda yang mencoba
menenangkannya. Ibunya.
“Dia tidak
apa-apa! Tenang saja..” ibu menenangkanku.
Aku masih
ketakutan. Bagaimana kalau aku tadi tidak bisa menyelamatkannya dan kami
terbawa arus? Bagaimana kalau kami tidak selamat? Bagaimana kalau kami mati?
Bagaimana kalau aku tidak bisa bertemu dengan RaeIn lagi..?
Sejak saat
itulah aku mulai belajar untuk berenang. Setiap pulang dari sekolah, aku akan
pergi untuk berlatih. Hingga aku pandai, dan memutuskan untuk benar-benar
serius dibidang ini. Aku ingin menjadi juara dunia renang, dan aku tidak ingin
RaeIn mengalami hal yang sama seperti yang pernah terjadi padanya saat itu..
aku pasti bisa menyelamatkannya kalau hal itu terjadi.
#FLASHBACK END#
“Ya! Mau berapa lama disana? Sampe masuk
angin?” sebuah suara membuyarkan lamunanku. Aku masih berdiri di bawah shower.
Sudah berapa lama ya? Aku tidak ingat.
Setelah merasa
cukup bersih dan kedinginan, aku keluar dan memakai bajuku, kemudian bergegas
pergi. Bayangan belasan tahun yang lalu itu tak pernah bisa lepas dari
pikiranku. Aku merasa sangat bersalah pada RaeIn, meski mungkin bocah itu sudah
tidak mengingatnya lagi.
Aku duduk di
kursi halte, menunggu bus datang menjemput. Tak lama bus yang ditunggu datang.
Aku masuk dan duduk di salah satu kursi yang masih kosong di bagian tengah.
Kupandangi keluar jendela. Rasanya lelah.. sedikit demi sedikit sandaranku
sedikit turun. Kupejamkan mataku. Dan aku tertidur tanpa tahu bus ini membawaku
berkeliling kota selama berjam-jam.
Geunsuk’s scene END
***
“Tak ada satupun
donor mata..” Kimbeom bergumam saat membaca daftar pendonor yang diberikan oleh
seorang dokter kenalannya. Setelah ia mendengar cerita tentang Hongki, ia ingin
sekali membantu bocah itu. Bukan karena RaeIn, tapi karena ia benar-benar
peduli. Tapi factor karena Hongki itu teman RaeIn juga ada sih.. tapi itu bukan
alasan sepenuhnya.
Kimbeom menghela
nafas. Ia menjejalkan kertas itu di tasnya dengan asal, kemudian menengadah ke
langit untuk sedikit merasakan hangatnya cahaya matahari menyentuh kulitnya. Ia
bosan setelah cukup lama menepati janjinya pada RaeIn. Seharipun ia tidak
mengikuti gadis itu. Ia laki-laki, janji yang sudah ia katakan harus ia pegang.
Ia menghela nafas. Masih terdiam disana sampai tiba-tiba sesosok bayangan
menutupinya. Kimbeom yang semula memejamkan matanya, mulai membukanya. Ia lihat
sosok siluet di hadapannya, hanya menyisakan sedikit semburat cahaya di
sekelilingnya. Kimbeom mengernyitkan keningnya. “Siapa ya?”
“Kenapa kau
mengunjungi Hongki oppa kemarin??”
bukannya menjawab, orang itu malah berteriak pada Kimbeom.
“R..RaeIn?”
Kimbeom bangun, ia menoleh kebelakang untuk memastikan lagi siapa orang itu.
Benar, dia Park RaeIn.
“Kau ingin
menarik perhatianku dengan mengunjungi Hongki oppa, ha??” RaeIn berteriak lagi.
Kimbeom yang
ditanya hanya mengernyitkan keningnya. “Apa maksudmu??”
“Lusa! Aku telat
datang menemui Hongki oppa! Dan
perawat bilang seorang laki-laki datang menemuinya sebelum aku sampai!” jelas
RaeIn dengan tampang sengit. “Itu kau kan?”
Kimbeom
mengernyit, ia memang sering datang ketempat itu. Tapi sekalipun ia tidak pernah
menemui Hongki. “Aku nggak pernah menemuinya!”
“Geojitmal! Aku tahu kau datang kesana
untuk menarik perhatianku kan??”
Kimbeom bangun,
dengan wajah yang mulai diliputi emosi ia memandang RaeIn tajam. “Kau yang
memintaku untuk menjauhimu kan?? Lalu apa urusanmu bertanya seperti itu padaku
hah?? Lagi pula aku tidak pernah menemui temanmu itu!” Kimbeom membentak. Ia
senang akhirnya kini RaeIn yang menghampirinya. Tapi ia sebal karena gadis itu
meneriakinya dan menuduhkan hal yang tak pernah dilakukannya.
“Sekarang apa
maumu??” RaeIn berteriak.
“Kau yang maunya
apa, HAH??” Kimbeom membalas. RaeIn terdiam menciut. Ia tidak tahu Kimbeom bisa
marah seperti ini padanya. “Apa kau terganggu karena aku tak pernah
membuntutimu lagi?? Kenapa kau tiba-tiba datang dan menuduhku seperti ini
setelah kau menyuruhku untuk menjauhi mu?? Apa sih maumu?”
RaeIn masih
terdiam. Kimbeom membuang nafasnya, terlalu berat untuk melanjutkan kalimatnya
yang panjang itu. “Jangan-jangan kau sadar sekarang kalau kau menyukaiku juga??”
Kimbeom mengakhiri kalimatnya. Ia melayangkan pandangan tajam tepat di mata
RaeIn sebelum bocah dengan kamera itu akhirnya pergi dari sana.
Tanpa di sadari,
jantung RaeIn berdegub kencang, melebihi batasan normal seseorang yang tengah
dipacu adrenalin. Ini berbeda, bukan degun jantung yang cepat karena kelelahan.
Mendadak wajahnya panas, pipinya merona. Ia memegang wajahnya. “Geojitmal..~” bisiknya pada diri
sendiri. Sementara RaeIn masih menyadarkan diri, Kimbeom yang sudah berjalan
cukup jauh mulai menyesali apa yang baru saja di lakukannya.
***
RaeIn’s scene
Ini tidak
mungkin! Dia cuma orang menyebalkan yang tiba-tiba datang memenuhi kehidupanku!
Perasaan ini tidak mungkin terjadi! Tapi sejak tadi jantungku tak dapat
berhenti berdegub secepat ini. Dan beberapa ingatan tentangnya menyeruak di
anganku. Sesekali aku masih mendengar panggilan yang sering ia layangkan
padaku. Tapi ini pasti tidak mungkin! Aku baru mengenalnya, bahkan kami tidak
berteman!
Aku mencoba
menolak perasaanku. Aku tidak mau menyukai orang itu! Aku tidak mungkin
menyukainya! Tidak! “ANDWEE..~!!”
“Ya~! Kau
kenapa??” tiba-tiba sesosok suara mengagetkanku. Minji, teman ku yang sejak
tadi mengerjakan karyanya di sebelahku menginterupsi.
“Eh.. a.. ahniyo~” jawabku dengan senyum kecil
yang di paksakan.
“Sebentar lagi
aku mau pulang! Kau tolong kunci studionya ya!” katanya. Ia sudah mengemasi
beberapa perlengkapannya dan menutup kanvas pekerjaannya.
“Hmm..” jawabku
mengiyakan sambil mengangguk. Tapi jantungku masih belum mereda. Ia membuatku
tak bisa berkonsentrasi!
RaeIn’s scene END
***
“Aku menyukaimu~”
Aku mendengarnya mengatakan itu dengan telingaku
sendiri..
“Oppa~”
Aku mendengarnya memanggilnya oppa..
Aku tak bisa mendengarnya lagi.. aku berlari keluar
ruangan, menaiki motorku dengan serampangan menuju entah kemana. Yang ku tahu
aku hanya ingin lari dari sini.
Namun tiba-tiba kudengar suara mobil dengan klakson
yang di tekan tanpa jeda. Tak sempat. Dan beberapa detik kemudian, kurasakan
semuanya sakit.. panas.. dan gelap..
Tiba-tiba Hongki
terjaga. Namun yang ia lihat hanya gelap, meskipun matanya terbuka begitu
lebar. Keringat bercucuran di seluruh badannya. Ia baru mendapatkan sebuah
mimpi, yang membuatnya bangun begitu saja di tengah malam. Sejak Geunsuk sering
menemuinya, mimpi itu selalu datang. Namun sampai sekarang ia masih tidak tahu, apa sebenarnya yang baru dilihatnya
dalam mimpi..
***To be
Continue***
*hehh.. penulisan di akhiri dengan gw galau KKN dan mikirin rumor yang menyeruak tentang ayam(?) secara tiba2 semalem* sudahlah~~
thx for reading and don't forget to leave a comment~!^^v
-Keep Shine Like HIKARI-
hah hah hah hah deg"an tiap baca FF rikuesan sendiri ~ omo ,,, raein maen tuduh aja yee wakakakak , eh tp perihal maen gitar bas ama tenggelem itu gw beneran pernah ngalamin lho hebat ... ya chaeyong kamu cenayang iya kan ?
ReplyDeleteehh.. jangan2 gw emang bisa baca orang yak? kok dari kemaren mesti pas gitu sih sama aslinya?
Deletebeberapa kali gw di req-in ff dan hampir sebagian bilang hampir sama..
jangan2 gw emang cenayang~ *bayangin gw ngangkat2 tangan ke udara baca aura kayak kayashima di hanakimi* .. errr..
btw makasi.. nggak ngecewain kan ya?
apa sih yang ngecewain gw selalu suka hasil karya Sunbae !
Deletehahaha.. makasi~^^
Deletebingung ya mau komen apa??
ReplyDeletetp ini FF menarik sekali, ditunggu pokoknya sampe selese hh
keep writing ^^b
hahaha.. makasi~!^^
Deletejangan bosen-bosen.. kalo bosen ntar jjong tak umpetin ._. #ngajak kelahi