Wednesday, February 22, 2012

She's Mine [FANFIC]

Without any word.. *lagi ogah nyablak -__-*
Enjoy it~!^^

She's Mine..


Cast:
Jung Yongjoo/ Nicole (KARA)
Kim Kibum (Key SHINee)
Son Dongwoon (BEAST)

Suporting Cast:
Bang Mir (MBLAQ)
Kang Minhyuk (CNBlue)
Choi Minho (SHINee)
Lee Chaerin (CL 2NE1)
Seohyun (SNSD)
Go Hara (KARA)
Nam Woohyun (Infinite)

-Romance, Comedy(dikit lah~)
-Aman di baca segala usia~!^^

*P.S.: dengerin ini pake lagu Dia Miliku-nya Yovie and Nuno, atau lagu yang sebangsa ini, terserah kalian lah enak-enaknya gimana~ :p*

=== Story Begin ===

Urusan cinta segitiga itu emang gapernah gampang. Ada kalanya perang sodara untuk memperebutkan seorang putri, dan sang putri dibuatnya galau karena dua orang pria itu. Layaknya apa yang sering terjadi, begitu pula dengan Ki-Yongjoo- dan Woonie. Ki, atau Kim Kibum, seorang seniman lukis yang beberapa karyanya sudah cukup dikenal. Yongjoo, atau juga sering disapa Nicole, dancer.. satu-satunya member dance club yang dibuatnya sendiri di sekolah, dan Woonie atau Dongwoon, atlit baseball yang memang udah naksir Yongjoo sejak lama, makanya ia berusaha untuk terus satu sekolah dengan gadis itu sampai kini mereka SMA. Namun jalannya harus ditutupi oleh seseorang, Kibum, teman kecil Yongjoo yang baru kembali dari London karena ikut ayahnya, dan kini ia kembali lagi setelah ayahnya mengajak keluarganya kembali ke negara asal mereka untuk membuka cabang usaha yang sudah dibukanya di beberapa negara. Kembali ke rumah lama, tak jauh dari rumah Yongjoo. Tapi bukan disitu pertama kali pe-rivalan itu terjadi.

Ini terjadi saat Dongwoon hendak menyatakan cintanya pada Yongjoo di suatu sore yang cerah. Usai latihan klub baseball, dengan peluh yang masih menetes di wajahnya, membuat fans-fans nya yang memang tergolong banyak itu menganggapnya ganteng dan seksi(-__-), ia mencari Yongjoo yang sepertinya juga baru selesai latihan di klub dance nya sendirian. Namun apa yang dilihat Dongwoon saat itu, tidak seperti yang ia bayangkan. Ia melihat Yongjoo tetap berlatih menari, namun didepan cermin sebesar dindinng ruangan itu duduk seorang laki-laki kurus dengan rambut blonde, tengah tersenyum sambil memperhatikan setiap detil gerakan Yongjoo. Sesekali ia bertepuk tangan dan memuji ke luwesan gerakan gadis itu. Dongwoon tidak tahu siapa dia, tapi dari seragamnya, laki-laki itu bisa dipastikan satu sekolah dengannya. Tapi ia belum pernah melihatnya sebelumnya. Sampai keesokan harinya ia bertemu lagi dengan laki-laki itu.

Dongwoon ke kantin bertiga dengan Bang Mir dan Minhyuk, teman sekelasnya, setelah mengambil food tray, sendok, dan sumpit, mereka pun berbaris menunggu giliran untuk mendapatkan jatah makan siang.

"Wuih.. cowo barunya tuh?" Minhyuk berkomentar.

"Nugu?" Mir menyahut.

"Yongjoo! Tuh, sama cowo blonde lagi~ bule ya?" cibir Minhyuk, matanya tak lepas dari arah dua orang yang tengah duduk di salah satu meja di dalam kantin itu. Tampak sangat akrab, dan Dongwoon nggak menyukai itu.

"Itu kan Kim Kibum, murid baru kelas 2 Unit 3! Masa kalian nggak kenal dia? Pelukis itu~!" jelas Mir sambil sesekali menempel-nempelkan sendok di bibirnya.

"Cowo yang kemarin.." gumam Dongwoon.

"Apaan Woon?" Minhyuk menyahut dengan satu alis terangkat. Nada bicara Dongwoon terdengar seperti sedang membicarakan orang yang dia taksir. Tapi dia nggak lagi naksir Kibum tentunya. Mir mencolek Minhyuk, memberikan kode-kode pada Minhyuk untuk diam. Ia menggerak-gerakkan bibirnya, mencoba mengatakan sesuatu tanpa suara. "Nicole? Yongjoo?" bisik Minhyuk. Mir menempelkan jari telunjuknya pada bibirnya sendiri, kemudian melirik Dongwoon. Minhyuk mengubah bibirnya membentuk huruf 'O' sambil mengangguk-angguk kecil. Ia lupa, Dongwoon naksir Yongjoo. Dan Minhyuk merasa baru saja menyalakan pematik api, dan mendekatkannya pada sumbu dynamit.

Sesaat kemudian, mata Yongjoo yang mengedar ke seluruh ruangan itu, mendapati Dongwoon yang memandang ke arahnya dengan foodtray di pegang di kedua tangannya. Dan dua bocah yang lebih pendek darinya sedang berbincang-bincang sendiri tanpa suara. Yongjoo melambaikan tangan pada Dongwoon, dengan senyum cerah di wajahnya. "Woonie~!!" sapanya.

Dongwoon mendadak tersenyum saat menyadari gadis yang disukainya itu melambaikan tangan padanya. Ia membalas lambaiannya. Namun saat Yongjoo mengembalikan perhatiannya pada laki-laki di depannya yang memandang Dongwoon dengan senyum yang tampak tak menyenangkan bagi Dongwoon itu, senyumnya mendadak hilang. Ia cemburu. Sangat.

---

"Pulang yuk!" ajak Minhyuk setelah menenteng tas nya. Sesekali ia melakukan stretching karena tubuhnya terlalu kaku setelah seharian duduk di meja sekolah.

Mir bangkit dari duduknya, menenteng tas nya. "Ke ruang musik bentar ya, ngambil bass!" katanya. Minhyuk mengangguk.

"Dongwoon mana?" tanya Minhyuk. Matanya mengedarkan pandangan ke sekeliling.

"Kok nanya? Bukanya lo yang nyalain apinya?" Mir menjawab dengan kiasan. Minhyuk mengernyit sejenak, kemudian baru paham. Ia menepuk jidatnya, seharusnya begitu bel usai ia harus menghampiri Dongwoon duluan.

Dongwoon mendatangi kelas 2 Unit 3, menunggu orang yang di maksud di depan pintu kelas itu. 5 menit, dan akhirnya sosok dengan kepala kuning itu muncul bersama seseorang. Dongwoon mengulurkan tangannya, meraih bahu Kibum, dan membuatnya berhenti. Kibum berbalik, memandang Dongwoon dengan heran dan bertanya, "Nuguseyo?"

"Tidak perlu tahu namaku.."

"Ah.. kau kenalan Nicole itu ya? Dongwoon.." bocah blonde itu mengingatnya.

"Kenalan?"

"I'm Kim Kibum!" Kibum menjulurkan tangannya pada Dongwoon, Dongwoon menyambutnya. "Kita Rival, Son Dongwoon! Aku tau kamu naksir Yongjoo! Dan aku bakal membuktikan kalau kamu mesti berhenti dengan perasaanmu! Arra??" katanya dengan wajah serius dan terkesan galak. Kibum mengeraskan genggamannya di akhir kalimat, kemudian melepas salamannya dan tersenyum seperti sebelumnya. Tapi lagi-lagi, ia menantang Dongwoon dengan seringai menyebalkannya, kemudian berlalu pergi meninggalkan Dongwoon.

"Dia menantangku?" gumamnya.

Disitulah awal mulai persaingan itu terjadi.

***

After school *dance BANG* #salah
After class, 2 Unit 1

"Nic~! Dicariin Dongwoon tuh!" Chaerin yang tadinya sedang membersihkan papan tulis, memanggil Yongjoo untuk Dongwoon yang berada di ambang pintu. Yongjoo yang baru selesai mengemasi barang-barangnya bergegas. Ia menyapa Chaerin dahulu sebelum akhirnya menemui Dongwoon.

"Hey, mau pulang sama-sama?" sapa Dongwoon begitu Yongjoo berada di hadapannya.

"Ne! Kajja!" Yongjoo mendahului Dongwoon, dan bocah lelaki itu dengan mudah mengikuti langkah kecil Yongjoo. Namun tanpa sepengetahuan mereka, ada satu lagi makhluk yang mengikuti mereka berdua. Bukan sadakoh! Siapa lagi kalau bukan Kim Kibum?

Yongjoo terus bercerita tentang apapun yang ada di kepalanya pada Dongwoon, termasuk Kibum yang ternyata adalah teman lamanya yang baru kembali dari London. Ia senang karena seseorang yang dirindukannya baru saja datang, namun Dongwoon tidak tahu apakah Yongjoo menyukai Kibum, atau hanya karena Kibum adalah temannya.

Tapi tiba-tiba Dongwoon menghentikan langkahnya. Ia ingin mengatakan sesuatu pada Yongjoo, yang ia niatkan  sejak lama, untuk dinyatakan pada gadis itu. Yongjoo ikut berhenti, ia berbalik menghadapi Dongwoon. "Woonie? Kenapa berhenti?" tanya Yongjoo.

"Ah.. ahniyo.. aku.." Dongwoon memutar matanya. "Umh.. Yongjoo-ya.."

Hey geogi geogi mister~ yeogil jom bwabwa mister~ geurae baro na mister~ naeapeuro ga mister~ hey yeogi mister..~

"Ah.. jankanmanyo~!" Yongjoo mengambil ponsel di sakunya, kemudian mengangkatnya. "Yoboseyo? Nan? Baru pulang, aku dengan Dongwoon, yang kemarin!"

"..."

Dongwoon mengerutkan keningnya. Jangan bilang yang menelpon itu bocah kepala blonde teman lama Yongjoo itu..

"Arraseo! Nanti aku ke rumahmu! Bye~!" Yongjoo menutup ponselnya. "Maaf, Kibum baru menelpon!"

'Mati kau besok, kepala kuning!' batin Dongwoon kesal. "Ah.. gwaenchana!" jawab Dongwoon dengan senyum di paksakan.

"Apa yang tadi mau kamu bicarakan?" Yongjoo bertanya setelah tadi memotong pernyataan Dongwoon.

"Ah.. ahniyo~ kita harus cepat pulang! Aku harus membantu ibuku.. yah, begitu lah..hehe.." Dongwoon mencari alibi. Dan tanpa kecurigaan, Yongjoo mengiyakan saja dan mereka segera pulang.

Dongwoon berjalan di belakang Yongjoo, dan tak sengaja mendapati seseorang dengan seragam sekolah, backpack putih-biru langit-pink, rambut blonde, dan ponsel di tangan, tengah berjongkok di balik pagar sebuah cafe kecil yang mereka lewati. Kim Kibum, tak salah lagi. 'Kau benar-benar mati besok!' batin Dongwoon penuh dendam.

***

14 Februari adalah saatnya seorang gadis memberikan coklat untuk orang terkasihnya, begitu filosofinya. Tapi bagi Kibum tidak berarti harus seorang gadis yang memberikan sesuatu saat itu. Ayahnya adalah seorang patisier, tentu saja bakatnya menular pada Kibum yang lumayan bisa membuat kue, dan mendesain coklat! Seperti yang bisa diduga, Kibum membuat coklat untuk Yongjoo.

Kibum membawa coklat berbentuk anak gadis seukuran telapak tangan yang dibungkus dalam plastik kecil dengan pita merah muda itu ke sekolah, dan sebelum Yongjoo datang, ia letakkan coklat itu di laci mejanya, kemudian bergegas pergi ke kelasnya sendiri. Berharap Yongjoo akan senang dengan kejutan yang didapatnya.

Istirahat sekolah, Yongjoo menemui Kibum di kelasnya, ingin memberikan coklat yang sebenarnya juga ia berikan untuk beberapa temannya yang lain.

"Untukmu!" Yongjoo menyodorkan handmade coklat dengan bentuk bintang itu pada Kibum. Kibum menerimanya dengan senyum lebar.

"Gomawo!" katanya. "Oh ya, kau sudah menerimanya?" tanya Kibum kemudian.

"Nerima apa?" tanya Yongjoo polos.

"Di laci meja mu!"

"Di laci? Apaan sih?" Yongjoo makin nggak mengerti, begitu juga dengan Kibum. Ia pikir Yongjoo hanya menggodanya, tapi setelah melihat mimik wajah Yongjoo, ia tahu gadis itu tidak sedang berbohong. Jadi coklat itu tak pernah di terima Yongjoo, apakah dia salah laci?

Sesaat kemudian seorang bocah tinggi berwajah arab berlalu didepan kelas itu, tanpa menyapa Yongjoo meski ia melihatnya. Sengaja tidak menyapanya. Di tangannya, ia membawa sesuatu, dan dimulutnya ia tengah mengunyah sesuatu. Coklat itu. Coklat buatan Kibum, dan kepala coklat itu sudah hilang, berpindah ke mulut bocah tinggi itu. Dongwoon. Dongwoon melirik ke arah Kibum, kemudian menyeringai. Namun langkahnya tak berhenti, ia terus berjalan hingga Kibum tak dapat melihatnya lagi. Dongwoon sukses balas dendam!

"Dasar Onta!!!" bisik Kibum kesal. Giginya bergemletak, saling beradu, wajahnya memerah secara tiba-tiba, sorot matanya tajam menakutkan, horor. Hingga ia tak sadar, ternyata Yongjoo masih berdiri di hadapannya, celingukan ke arah Kibum dan ke arah pandangan Kibum, namun ia tak menemukan apapun.

"Ada apa sih?" Yongjoo membuyarkan konsentrasi Kibum.

"Ah.. eh.. ahniyo~!" Kibum mendadak tersenyum. "Makasih coklatnya!"

Yongjoo mengangguk. "Sama-sama^^!"

***

Tidak disarankan bagi seorangpun membuat seorang Kim Kibum marah, atau hidupnya tidak akan tenang. Berulang kali Dongwoon mendapatkan masalah hari itu, hanya karena ia memakan coklat buatan Kibum untuk Yongjoo. Mulai dari kehilangan buku PR nya dan dimarahi pak guru, tidak bisa makan siang, permen karet di rambut yang membuat Mir dan Minhyuk memotong rambutnya lebih pendek (untung Minhyuk jago potong rambut), sampai kehilangan sepatu baseballnya yang ternyata nyangkut di tiang bendera.. dan Dongwoon sangat tahu siapa pelakunya. Tidak lain, Kim Kibum.

"Bocah tengik!" bisik Dongwoon setelah dengan susah payah mendapatkan sepatunya. Ia kemudian bergegas ke ruang seni, lupa kalau hari ini ia ada kegiatan klub. Sengaja melupakannya. Apa lagi tujuannya kalau nggak untuk mencari Kibum?

Ia menemukan Kibum tengah melukis di tengah ruangan itu. Tidak ada orang lain selain Kibum. Dongwoon berjalan masuk dengan langkah besarnya, menarik bahu kanan Kibum sehingga bocah itu bisa melihatnya, hingga tak sengaja kuasnya mencoret kanvasnya dengan asal, meninggalkan goresan biru di tengah gambarnya yang sudah setengah jadi itu. "Aish~!" umpatnya. Namun ia segera melupakannya setelah melihat siapa yang ada di hadapannya.

"Oh, Son Dongwoon-goon?" sapanya sok sopan dengan senyum khasnya. "Potongan rambut baru ya? Bagus lho~!" komentarnya tanpa diminta. Dongwoon mendengus kesal.

"Berhenti mengerjaiku seperti wanita!" Dongwoon menyatakannya. Wajahnya tampak benar-benar kesal.

"Apa maksudmu..?"

"Sepatuku, makan siangku, rambutku, dan.." Dongwoon mengambil tas Kibum yang ada di dekat mereka, mengaduk isinya, dan menemukan buku PRnya yang entah bagaimana caranya bisa masuk kedalam tas sekolah Kibum. "Ini! Aku tahu kamu yang melakukan semuanya!"

Kibum menyeringai, ia melempar pandangannya ke arah lain, sedikit terkekeh. "Habis kau mulai duluan! Coklat itu.. yang kamu makan!"

"Kamu duluan yang membunyikan genderang perang! Beberapa hari yang lalu, kamu membuntuti aku sama Yongjoo kan?" Dongwoon mengatakan apa yang ia lihat. Kibum terbengong sebentar, kemudian menyeringai lebar, lagi.

"Cih.. ketahuan yaa.."

"Kita bersaing dengan sehat mulai sekarang! Biarkan Yongjoo yang memilih diantara kita!" Dongwoon memulai.

"Kamu berpikir dia akan memilihmu?" tanya Kibum sok.

Dongwoon menatap tajam pada laki-laki yang lebih pendek darinya itu. "Aku tidak berpikir ia akan memilihmu, Kim Kibum!"

"Jhoa! Kita lihat, siapa yang  akan dipilih oleh Yongjoo!?" Kibum kehilangan senyumnya. Meski penuh dengan kepercayaan diri, satu kalimat yang dilontarkan Dongwoon itu membuatnya harus berpikir dua kali. Kadang kemungkinan itu juga harus ia pikirkan.

***

Istirahat sekolah, Dongwoon sudah menghilang dari kelasnya begitu bel berbunyi, sebelum Minhyuk dan Bang Mir sempat mengucapkan satu kata saja padanya. Kemana kah dia? Tidak dinyana, tidak diduga, Dongwoon pergi ke perpustakaan. Yongjoo berada disana, dengan Kibum juga. Dongwoon segera duduk dihadapan keduanya begitu ia sampai disana. Sesekali Kibum tampak sok akrab, tapi dengan segera Dongwoon mengganggunya. Kalau nggak balas bertanya pada Yongjoo, ia akan melempar kertas ke kepala Kibum, tanpa sepengetahuan Yongjoo tentunya. Dan meski mereka sok bertanya soal pelajaran, selepas dari perpustakaan, tak satu materi pun mereka pahami.

---

Lunch time.

"Karena kamu kebanyakan ngeluarin keringat, kamu butuh makan lebih banyak.." Kibum meletakkan sepotong dagingnya ke food tray milik Yongjoo. "Buat kamu, buat tambah tenaga!" katanya lagi sok baik.

"Thanks.." katanya dengan senyum lebar diwajah Yongjoo. Tapi bukan memakannya, Yongjoo malah menyodorkan daging itu ke Dongwoon, dan meletakannya di atas food tray milik Dongwoon dengan sumpitnya. "Nanti sore kamu ada kegiatan klub kan? Mending kamu yang makan lebih banyak!" katanya.

"Gomawoyo!" Dongwoon membalas. Yongjoo tersenyum dan kembali menikmati makanannya.

Kibum mendengus kesal, sedangkan Dongwoon menjulurkan lidahnya pada Kibum, namun segera tersenyum saat Yongjoo memperhatikan mereka berdua.

---

"Nonton pameran?" tanya Yongjoo, Dongwoon mengangguk. "Sejak kapan kamu suka pameran?"

"Errhh.." Dongwoon menggaruk bagian belakang kepalanya. Mencari alasan lain untuk menutupi alasannya. Sebenarnya nonton pameran hanyalah alasanya agar bisa pergi berdua saja dengan Yongjoo, tapi tujuan utamanya adalah untuk menyatakan perasaannya yang selalu tertunda sejak kedatangan anak laki-laki dari London itu.

"Tapi kalau hari ini aku nggak bisa!" sebelum Dongwoon menjawab, Yongjoo sudah menolaknya.

"Kenapa?"

"Itu dia~!" Yongjoo menunjuk ke arah belakang Dongwoon. Kibum datang dengan tas kain warna putih berisi peralatan lukis. "Kibum minta aku jadi modelnya hari ini, maaf ya! Kapan-kapan bisa deh!" kata Yongjoo, ia menepuk lengan Dongwoon, dan bergegas berlari ke arah Kibum. "Maaf ya, Woon!"

"N..ne.." hanya itu yang bisa dikatakan Dongwoon. Sedangkan Kibum cuma nyengir kecil, dan bergegas mengajak Yongjoo ke ruang lukis, untuk menjadi model lukisannya.

---

Dan masih banyak persaingan-persaingan lain yang dilakukan kedua bocah itu. Hingga beberapa teman Yongjoo yang melihatnya sedikit khawatir. Dan bukannya Yongjoo, malah teman-temannya yang merasa ada sesuatu di balik hal-hal yang kedua bocah laki-laki itu lakukan.

"Kamu baik-baik aja kan Yongjoo?" tanya Seohyun saat mereka sedang mengerjakan prakarya kelompok di pelajaran kesenian. Yongjoo yang merasa di panggil itu, menaikkan sebelah alisnya. "Dongwoon sama Kibum.."

"Haha.. nggak apa-apa kali, mereka kan temanku!" jawab Yongjoo dengan tawa di awalnya.

"Tapi kayaknya kamu emang harus ati-ati deh!" Setelah menyelesaikan guntingannya, Hara meletakkannya dan melipat tangannya di dada. "Ada sesuatu yang disembunyiin dari mereka.."

"Nggak usah sok kiasan deh, Ra.. mereka kan emang suka sama Nicole! Orang bego aja tau.." Chaerin nyablak. Seohyun yang duduk di sebelahnya, menginjak kaki Chaerin. "Aigoo.. aphoyo~! Kamu ngapain sih??" serunya.

Hara menepuk jidatnya. "Ampun deh nih anak~" gumamnya.

Tapi Nicole cuma tertawa. Ia menganggap angin lalu apa yang dikatakan Chaerin dan teman-temannya yang lain. "Udah deh, kerjain dulu ini! Berantemnya ntar aja!" katanya, membuat Chaerin dan Seohyun menghentikan pertengkaran kecil mereka.

***

"Dongwoonie!! Dongwoonie!!" Bang Mir yang baru datang berteriak membabi buta seraya berlari ke arah Dongwoon yang tengah mengobrol dengan Minhyuk di bangku paling belakang. Keduanya langsung menoleh dengan tampang cengo bertanya-tanya melihat teman mereka itu tiba-tiba berteriak kesetanan.

"Apaan?" bukan Dongwoon, malah Minhyuk yang menjawab.

"Lo ngapain foto lo sampe di pasang di papan pengumuman??" dengan sedikit terengah, Bang Mir bertanya.

"Foto.. gue?" Bang Mir mengangguk.

"Di pajang noh seukuran poster didepan! Foto lo, Kibum, sama Nicole!" jelas Mir lagi, yang mengagetkan nggak cuma Dongwoon dan Minhyuk, tapi juga semua teman sekelasnya yang mendengarnya.

"EH??" Dongwoon berteriak keras. Tak usah menunggu apapun, Dongwoon langsung mengambil langkah seribu menuju ke papan pengumuman, diikuti Minhyuk dan Bang Mir yang sampai lupa naruh backpack nya di mejanya sendiri. Juga teman-teman sekelasnya yang ikut penasaran, ada apa sebenarnya di papan pengumuman yang di ributkan Bang Mir.

Sampai disana, sudah banyak siswa-siswi berkerumun untuk melihat poster itu. Dongwoon memaksa masuk, berjejal didalam gerombolan manusia-manusia itu, sampai ia berdiri di depan. Nggak paling depan juga, karena masih ada beberapa orang didepannya. Sebuah poster berukuran A3, terpampang disana, seperti poster film. Dengan foto dirinya berhadapan dengan Kibum, dan Yongjoo diantara mereka. Bahkan diberikan judul di bawahnya. She's Mine.. -Dongwoon vs Kibum- dan tertulis jelas di bagian bawah, photo art by: Nam Woohyun, 2 Unit 1. Nam Woohyun memang terkenal sebagai pencari berita di sekolah mereka, dan yang seperti ini sebenarnya sudah sering terjadi di sekolah. Cuma, ini baru pertama kalinya bagi Dongwoon, dan entah bagaimana di Woohyun itu bisa tahu soal ini.

"Apa-apaan nih?" desis Dongwoon.

"Woonie~?" terdengar sebuah seuara panggilan tak asing di telinganya, Dongwoon menoleh, Yongjoo tengah berdiri di sampingnya dengan wajah sedikit kecewa.

"E..eh.. Yongjoo-ya?"

"Ini apa?" tanya Yongjoo tak percaya. Ia bingung dengan apa yang sedang terjadi.

"Aku juga nggak tahu.." jawab Dongwoon. Sebenarnya ia tahu duduk perkaranya, sangat mengerti. Tapi ia tidak tahu bagaimana bisa ada poster ini. Dan Woohyun, apa yang dia tahu soal ini? Tapi sebelum Dongwoon sempat bicara lagi, Yongjoo sudah berlari pergi, keluar dari kerumunan. Dongwoon mengejarnya, namun Yongjoo tidak berhenti berlari meski bocah tinggi itu sudah berteriak-teriak memanggilnya. Sampai akhirnya Dongwoon menyerah. Dan berhenti.

Ia menyandarkan punggungnya di dinding dan menepuk kepalanya pelan. Merasa deprate. Ia mengedarkan pandangannya, dan menemukan sosok dengan tas sekolah dan tas kotak berisi kamera, tengah berjalan melewatinya. "Nam Woohyun.." bisik Dongwoon. Ia bergegas mendatanginya, segera menarik kerah bajunya dan melayangkan pukulan ke wajahnya.. hampir saja begitu, kalau Bang Mir tidak segera memisahkan dan mendorong Dongwoon menjauh dari Woohyun.

"Andweyo~!" teriak Mir.

"Apa yang kau lakukan?" Woohyun memegangi kerah bajunya yang sebelumnya habis di tarik oleh Dongwoon, wajahnya menampakkan ketakutan. Ia tidak tahu kenapa tiba-tiba ada Onta ngamuk dan menyerangnya -__-.

"Harusnya aku yang tanya! Kenapa kamu bikin-bikin gituan??" Dongwoon nunjuk ke arah papan pengumuman yang masih ramai itu. Dongwoon masih nafsu hendak memukul Woohyun, tapi Bang Mir berusaha tetap memisahkannya, hingga Minhyuk dan beberapa teman bahkan kakak kelas datang membantunya menekan badan Dongwoon yang kekuatannya cukup besar itu.

"Oh.. itu.. biar seru sih.." jawab Woohyun asal. Dongwoon makin emosi, dan kekuatannya pun semakin besar. Ia mendorong orang-orang yang menahannya itu, hingga semuanya terpental. Ia tarik lagi kerah Woohyun, ia angkat bocah itu, dan sesaat, kepalan tangannya pun mendarat di pipi kiri Woohyun. Bocah itu terjatuh, terkapar di lantai sambil memegangi pipinya.

"Nggak punya otak yaa??" teriak Dongwoon kesal.

Woohyun merasakan asin di mulutnya, ia meludahkan sesuatu. Air liur, bercampur darah. Ternyata pukulan Dongwoon berhasil membuat mulut bagian dalamnya berdarah. "Cih.." Woohyun menyeka darah yang tersisa di bibirnya. "Habisnya kalian kayak banci!" katanya.

"Apa kamu bilang??"

"Kalian suka sama cewe, tapi bertandingnya kayak cewe juga! Jambak-jambakan di belakang, tapi gaberani melakukan sesuatu didepan cewe yang kalian suka! Banci tau!" komentar Woohyun lagi, makin membuat Dongwoon kesal. Ia sedikit berjongkok, menarik kerah baju Woohyun lagi, dan hendak memukulnya.

"Andwe~!!!" Bang Mir, Minhyuk, dan beberapa orang yang berada di belakangnya berteriak. Tapi Dongwoon tidak menggubrisnya. Ia melayangkan tinju itu. Namun tepat didepan wajah Woohyun, tiba-tiba tangan itu berhenti. Seseorang mencegah tinjunya. Dongwoon menoleh. Kibum memegang erat pergelangan tangan Dongwoon. Wajahnya terlihat kesal, tapi ia baru saja mendengar apa yang dikatakan Woohyun, dan ia rasa itu benar.

"Kibum?"

"Kalo kamu pukul dia, berarti kamu emang banci!" kata Kibum datar. Ia kemudian melepaskan tangan Dongwoon, dan berdiri tegak. "Kita emang harus tanya sendiri ke Nicole, bukan dengan bersaing kayak kemarin.." katanya.

"M..mwo?"

"Kita temuin Nicole!" katanya dan pergi meninggalkan Dongwoon.

***

Yongjoo berdiri, bersandar pada pagar atap sekolah itu setelah mengantongi ponselnya di saku jas seragamnya. Ternyata apa yang dikatakan teman-temannya itu benar, kedua anak laki-laki itu menyukainya. Tapi dengan bodohnya ia percaya kalau keduanya hanya berbuat baik kepadanya karena ia teman mereka, tapi nyatanya, keduanya punya perasaan terhadapnya. Dan entah kenapa itu membuatnya merasa sedih.

Tak lama, ia mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya. Sesaat kemudian, pintu atap sekolah terbuka, dan dua orang yang ia pikirkan itu muncul, bagai terkena telepati dari pikirannya, dan mereka bisa tahu dimana Yongjoo berada. Dengan langkah pelan, Kibum dan Dongwoon mendekati Yongjoo yang tak mau berbalik sedikitpun untuk menghadapi keduanya.

"Nicole.." Kibum membuka suara.

"Jangan bicara!" Yongjoo segera memotongnya.

"Yongjoo-ya, nan.."

"Aku udah tau Dongwoonie.." potong Yongjoo lagi. Ia berbalik, memandang keduanya sedih.

"Lalu bagaimana? Siapa di antara kita yang kamu pilih?" to the point, Kibum akhirnya mengatakan itu. Yongjoo membuang pandangannya. Ia tidak mau semakin merasa sedih karena kedua orang itu.

Tak ada jawaban sedikitpun. "Kamu membenci kami?" tanya Dongwoon. Yongjoo menggeleng. "Terus kenapa..?"

Sebelum Yongjoo menjelaskan kenapa, tiba-tiba seseorang sudah buka suara. Bukan Kibum, ataupun Dongwoon. "Katanya sendirian, chagi? Kok rame-rame?" sontak, keduanya menoleh ke arah suara. Bocah itu baru dihubungi Yongjoo untuk datang sebelum Kibum dan Dongwoon berada disana. Tapi sepertinya bocah itu datang di saat yang terlalu tepat.

Sesosok pria tinggi berdiri disana, dan berjalan mendekat ke arah mereka. Choi Minho, siswa kelas 2 Unit 4, atlit sepak bola, bintang lapangan yang dipuja banyak wanita terutama para noona(-__-), dan tak pernah diketahui dekat dengan Yongjoo, sampai saat ini ia datang dan memanggil gadis itu dengan..

"Chagi~?" Kibum dan Dongwoon menggumam bersamaan.

"Eh, kalian Dongwoon sama Kibum ya?" Minho bertanya tanpa curiga. Sepertinya dia belum melihat poster itu.

"Mianhae..!" Yongjoo menunduk 90 derajat kepada dua anak laki-laki yang tengah terbengong itu. Keduanya menoleh dengan ekspresi wajah yang campur aduk. Sakit hati, sedih, terkejut, tak menyangka ternyata Yongjoo sudah punya pacar.

"Sejak kapan?" tanya Kibum pelan. Air mata sudah berkumpul di pelupuk matanya, namun ia tahan agar tidak jatuh.

Yongjoo tidak menjawab, ia terus menunduk sambil menahan air matanya. Sampai ia benar-benar yakin tidak akan menjatuhkannya, Yongjoo kembali berdiri tegak. "Mianhaeyo.." katanya lagi. Ia bergegas, menarik Minho pergi dan menjauhi kedua bocah laki-laki itu, membiarkan mereka membatu disana.

BRUUKK!

Dongwoon terjatuh, lututnya lemas, ia memandang kosong ke beton di bawahnya. Matanya berkaca-kaca. "Kok kayak gini sih.." gumamnya.

Dari sampingnya, terdengar isakan kecil, yang makin lama-makin keras. Dongwoon mendongak, Kibum tengah menangis. Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, tapi tetap saja air mata itu mengalir sangat deras hingga membasahi wajah dan tangannya. Dongwoon berdiri, menepuk bahu Kibum, "Gencatan senjata!" katanya pelan. Kibum tidak merespon, ia masih sibuk dengan tangisannya.

Dongwoon pun dengan tulus memeluk bocah itu dan menepuk punggungnya pelan. Ia berusaha menenangkan Kibum, tapi dirinya sendiri malah ikut terhanyut. Ia ikut menangis. Hingga beberapa menit kemudian, atap sekolah itu penuh dengan isakan.

***

Ternyata memang tidak semua kisah cinta segitiga berakhir dengan bahagia disalah satu sisi, malah terkadang kisah itu menjadi segi empat, karna sang gadis ternyata menyukai pria lain. Dan itu yang terjadi pada kisah ini. Yongjoo ternyata sudah pacaran dengan Minho sejak lama, tapi karena keduanya jarang bertemu, jadi tidak ada yang tahu kalau keduanya pacaran. Atau memang kedua orang itu yang nggak peka? Dongwoon dan Kibum..

Tapi kini keduanya malah jadi teman baik, sampai hampir dikatakan homo karena terlalu sering sama-sama (-__-), padahal mereka berteman karena merasa bernasib sama. Dan Yongjoo juga masih berteman dengan mereka meski kadang ada perasaan tidak enak dalam dirinya. Bukan bermaksud merahasiakan hubungannya dengan Minho, tapi secara tidak sengaja ia tidak memberitahukannya kepada mereka dan membuat keduanya salah paham. Tapi keduanya mengerti itu, perasaan itu tidak akan bisa dipaksakan. Dan keduanya berjanji, tidak akan menyukai orang yang sama lagi nantinya. Mereka sudah terlalu lelah untuk saling bersaing.

***END**

Got the inspiration from KARASIA~~ *jeng jeng jeng~*
Semoga bisa sedikit lucu dan nggak aneh dan nggak ngebosenin dan nggak.. ah, sudahlah~ -__-
Yang penting saya senang soalnya cast nya 91 liner semua~! kkkk *HIDUP!*

Thx for reading, and don't forget to leave a comment~!!^^
ciao~

-Keep Shine Like HIKARI-

4 comments: