Sunday, November 28, 2010

The Magic Recipe Book [Ichi]

repost gan..repost~~
hahaha..
kepengennye sih nge-post hasil karya master piece ku yang masih sembunyi di sketch book, cuma apa daya scaner tak ada~~ yo dah, terpaksa repost karya lamaku aja T_Ta Gomena~~ minna..

==========================================================
Magic Recipe
Part 1
By : Hikari
================================

Hajimemashite!
Himejima Sota desu! Ore wa toukyou gakuen no kookoo ninensei desu!
Yoroshiku na!

Eh..tapi hari ini aku tidak bisa memperkenalkan diri dengan jelas, karena aku punya pekerjaan yang sangat penting. Mungkin aku akan mati kalau aku tidak bisa menjalankan tugas penting ini. Benarkan? Aku sendiri tidak yakin! Haha..sudahlah..

Sekarang aku sedang mengintip seseorang dari luar gym sekolah. Hei..jangan salah paham! Aku tidak mengintip macam-macam! Walaupun aku pernah satu dua kali membaca majalah dewasa, tapi aku tidak akan pernah mengintip wanita telanjang seperti itu!

Aku hanya sedang melihat beberapa siswa berlatih voly, dan salah satu dari mereka tentunya. Gadis yang rambutnya di ikat ekor kuda. Yang sekarang sedang menjadi libero itu. Yamada Masaki. Murid kelas tiga itu, aku sudah mengincarnya semenjak menjadi juniornya di SMP. Tapi sepertinya ia sudah lupa padaku sejak ia lulus SMP, padahal kami pernah akrab saat sekolah kami mengadakan festival dan kami yang merancang semuanya.

Ne! Sota! Nan ni ga?” seseorang menepukku dari belakang sambil bertanya padaku. Aku langsung menoleh ke arahnya. Yohei, teman akrab yang selalu satu sekolah denganku sejak SD. Dia melongok ke arah gym, mencari sesuatu yang aku lihat tadi.

Yada!” jawabku singkat. Aku lalu menariknya menjauh dari gym.

So da na! Yamada senpai, da ne?” kata Yohei padaku. “Yamada sen..!!” Yohei langsung berteriak begitu tahu aku sedang mengintip Yamada senpai. Tapi aku segera membungkam mulutnya dengan tanganku dan menyeretnya menjauh dari sana.


***

Berangkat sekolah pagi-pagi sekali. Hari ini klub sepak bola ada latihan pagi. Kapten baru klub sepak bola kami senang sekali mengadakan latihan di pagi hari. Jadi mengurangi jam tidurku yang menyenangkan.
Sebelum sampai di sekolah, aku melihat seorang anak perempuan berseragam tokyo gakuen bersepeda cepat-cepat ke arah sekolah, tapi baru beberapa meter menyalipku, dua orang anak lelaki menyusulnya dan salah satunya tidak sengaja menyenggol ban belakang. Anak lelaki tadi hanya berhenti sebentar dan meminta maaf, kemudian segera menjauh dari sana. Aku tidak tega pada anak itu, dan aku langsung menolongnya.

Arigatoo gozaimasu!” katanya setelah aku bantu berdiri dan aku bangunkan sepedanya yang jatuh.

Iie!” jawabku.

Tangan dan kaki anak itu lecet dan beberapa ada luka yang cukup lebar, tetapi ia masih memaksa mengayuh sepedanya sampai ke sekolah. Keren sekali. Ada ya wanita yang seperti itu?

***

Ternyata pagi ini klub karate ada latihan. Yohei yang juga anggota klub karate sedang ikut pemanasan, lari-lari keliling sekolah, dan kini mereka sudah kembali dari pemanasan dan segera masuk ke dojo karate yang letaknya tidak jauh dari gym.

Aku melihat orang itu, Yaburo senpai. Laki-laki berbadan tegap dan tinggi, wajahnya lumayan tampan dan punya pribadi yang menyenangkan. Rasanya ingin sekali menjadi orang seperti dia. Aku kenal dengannya karena ia yang merekomendasikan sekolah ini untukku. Rumah Yaburo senpai tidak jauh dari rumahku. Waktu SD dia suka main sama-sama di taman, tetapi sekarang kami sudah jarang mengobrol lagi.

DUKK!!

Lamunanku di hentikan oleh bola sepak yang mengenai kepalaku keras sekali. Aku langsung menjatuhkan diri dan memegangi kepalaku. Pasti kapten yang melakukannya.

“Jangan hanya melamun! Cepat kembali ke barisan!” katanya sambil mengambil bola sepaknya tadi.

H..hai!” kataku dan cepat-cepat kembali ke barisan sebelum ada bola lain mendarat di kepalaku.

***

Hobiku adalah memasak. Tapi tidak ada seorangpun yang tahu kecuali ibuku dan Yohei. Aku menyembunyikan kemampuan memasakku ini karena menurutku hobi memasak hanyalah untuk anak perempuan. Menyiapkan obentou untuk pacar mereka setiap akan berangkat ke sekolah, membuat coklat untuk orang yang mereka suka, hanya anak perempuan yang melakukannya. Sebagai kaum lelaki biasanya hanya tinggal makan.

Makanya setiap hari aku membawa obentou yang tampak lezat dan aku akan berkata, “Ibuku senang sekali membuat obentou untukku setiap hari!” dan mereka akan percaya. Dan saat aku mengatakan hal itu, Yohei hanya akan tersenyum geli padaku.

Sekarang, aku sedang membuat kue kering untuk camilan. Yohei juga membantuku memanggang kue-kue ini di dalam oven (lebih tepatnya membantu menghabiskannya..hha). Yohei juga sepertinya berbakat sebagai pengkritik makanan. Kalau dia bicara enak, makanan itu pasti cocok di lidah siapa saja. Makanya setiap aku membuat makanan, aku akan meneleponnya untuk datang dan mencicipi masakanku.

“Yohei!” kataku sambil terus mengaduk adonan baru lagi. Yohei yang sedang bermain dengan ponselnya hanya berdehem menjawab panggilanku. “Kau kenal anak perempuan berambut pendek dengan kacamata? Yang setiap hari berangkat sekolah dengan sepeda?”

“Kelas apa?” tanya Yohei.

Wakaranai yo!” jawabku singkat.

“Di sekolah kita tidak hanya satu orang anak perempuan berambut pendek dengan kacamata yang berangkat dengan sepeda!” kata Yohei. “Memangnya kenapa dengan anak itu?”

“Ah..yada! yada! Tidak penting!” jawabku dan kembali beralih ke adonanku.

***

Angka 20 tercetak besar di bagian atas lembar ulanganku. Lagi? Nilai matematikaku menjadi semakin buruk setiap harinya. Tiga minggu yang lalu aku dapat 35, dan sekarang turun menjadi 20. Aku ini benar-benar bodoh dalam pelajaran berhitung.

Keadaan Yohei berbeda 180 derajat dariku. Bocah berkacamata itu nilainya semakin baik saja. Hari ini dia mendapat 95. Sebenarnya anak ini makan apa sih? Dia bukan tipe anak pintar. Tidak begitu suka belajar juga, sama sepertiku. Apa dia memang cerdas, aku tidak tahu juga. Hanya satu yang aku tahu, dia itu serba beruntung.

Aku masih memandangi kertas ulanganku itu dengan malas, padahal yang lain sudah riuh mengobrol setelah guru keluar dari kelas. Beberapa juga keluar kelas untuk bermain.

“Sota!” panggil Yohei. Aku menengok sebentar ke arahnya sambil menaikkan alis. “Antar aku sebentar ke kelas 1-B!”

“HanaChan?” tanyaku. Yohei mengangguk sambil malu-malu. “Kenapa harus denganku? Pergi saja sendiri!”

“Hei! Aku tidak PD kalau harus pergi sendirian!” kata Yohei.

“Tapi kalian membuatku iri! Kau tidak tahu bagaimana suasana hatiku melihat kalian berdua pacaran begitu di depanku?” kataku sinis. Karena seminggu yang lalu Yohei memintaku menemaninya untuk bertemu dengan HanaChan di kebun binatang. Aku jadi seperti ayah yang harus mengawasi anaknya yang sedang berkencan dengan pacarnya. Tidak nyaman sekali.

“Ayo lah! Sebentar saja!” Yohei menarikku keluar dari kelas dengan paksa. Yohei menyeretku melewati ruang kelas, dan aku berhenti saat melihat foto Yamada Senpai terpajang di papan pengumuman sekolah.

Nan de?” tanya Yohei. Aku tidak menjawab, hanya membaca tulisan di sebelah foto Yamada senpai. Ternyata dia baru saja memenangkan olimpiade fisika yang di adakan beberapa waktu yang lalu. Wah..pandai sekali.

Yohei yang ikut membaca hanya mengangguk-angguk lalu berkata, “Minta saja dia untuk mengajarimu matematika! Hitung-hitung sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui! Kau bisa mendekatinya, sekaligus memperbaiki nilai akademismu!”

Aku serapi kata-katanya. Benar juga kata Yohei. Aku akan mencatatnya di kepalaku.



Satu-satunya hal yang tidak aku suka pada Yohei adalah, selalu memintaku mengantarnya saat ia akan bertemu dengan pacarnya. Seperti sekarang ini, Yohei asik bercakap-cakap dengan pacarnya, sedangkan aku harus berdiri diam sambil memandangi siswa kelas satu yang melakukan kegiatan mereka masing-masing.
Tapi tak lama kemudian perhatianku tertuju pada orang yang kini sedang berbicara dengan HanaChan. Bukan Yohei, tapi seorang anak perempuan yang membawa beberapa buku. Ia baru saja mau masuk ke dalam kelas, tetapi HanaChan menahannya sebentar untuk bertanya. Dan setelah gadis tu berlalu, aku langsung mendatangi Yohei dan HanaChan.

“Taira! Dia teman sekelasmu?” tanyaku pada HanaChan.

Dare?(siapa?)” tanya HanaChan. Aku menunjuk ke arah gadis yang tadi pergi, “Minami Ako?(minami ako?)”

So da na! Kanojo namae wa Minami Ako da na?(jadi namanya minami ako ya?)” kataku.

Nan de? Ah..Kanojo wa omae ga suki desuka?(kenapa? ah, kau menyukai gadis itu?)” kata Yohei ngawur. HanaChan juga ikut tersenyum.

“Ne? Dame dayo!!(Heh! Tidak mungkin!)” kataku. Yohei dan HanaChan tertawa melihat reaksiku.

Omaetachi wa BAKAYAROO!!(kalian ini bodoh!!)”

Aku kemudian pergi meninggalkan mereka yang masih menertawakanku. Biar mereka asik sendiri berdua. Aku mau pergi saja!



GRASAKK! GRUSUKK!!

Seseorang terjatuh di depanku. Buku-bukunya yang banyak itu berserakan di lantai. Aku yang memang selalu merasa harus membantu ini segera memunguti bukunya dan memberikannya pada orang tadi.

D..daijobu?(kau tidak apa-apa?)” tanyaku tanpa memperhatikan gadis itu. Aku masih sibuk mengumpulkan bukunya. Gadis itu masih tertunduk dan berusaha bangun. “Daijobu desuka?”

Aku melihatnya. “Ah, Yamada senpai! Daijobu?” aku lalu membantunya bangun.

Hai! Daijobu!” jawabnya sambil tersenyum sedikit. Setelah ia bangun dan membersihkan bajunya, ia lalu melihat ke arahku. “Ne? Himejima?” ia sepertinya kaget melihatku.

Hai! Nan de?”

“Aku tidak tahu kalau kau sekolah disini juga!” kata Yamada senpai. Seperti yang aku duga, ia lupa padaku. Kami terdiam sebentar.

“Yamada senpai mau kemana?” tanyaku. Buku-buku itu masih aku bawa. Berat sekali! Seperti sedang membawa karung besar berisi beras.

“Aku mau ke perpustakaan mengembalikan buku-buku ini!” katanya sambil meminta buku-buku itu dariku.

“Ah, biar aku saja yang membawakannya!” kataku. Pucuk di cinta ulam pun tiba. Kesempatan mendekati Yamada senpai ini tidak boleh aku lewatkan! Aku harus memanfaatkannya dengan baik.

So da ne! Arigatoo!” katanya.

Sepanjang perjalanan ke perpustakaan, kami bercerita banyak. Dia memang selalu menyenangkan seperti saat aku pertama kenal di SMP. Selalu enak untuk di ajak mengobrol, dan responnya terhadap cerita orang lain selalu baik. Tanpa sengaja aku menceritakan nilai buruk yang aku dapat akhir-akhir ini. Dan kalian bisa menebak apa yang dia katakan?

“Aku bisa mengajarkanmu kalau kau ingin nilaimu jadi lebih baik!” katanya. Kebahagiaanku meluap-luap begitu mendengarnya. Aku segera mengiyakannya. Dan kami akan bertemu setiap jam makan siang di atap sekolah.

つづく (To Be Continue..)

-Keep Shine Like HIKARI!!- ^-^

No comments:

Post a Comment