cerita ini di bikinnya udah lamaaaa...banget deh..=p
dan cerita ini di bikin waktu abis bangun tidur..
udah kayak paul mc cartney aja..bangun-bangun langsung nyelesein karya..
bedanya..kalo paul nyelesein lagu, kalo aku nyelesein cerita yang ga jelas..hahaha..=p
=====================================
Untitled
Author : Nanba Hikari (C-Dragon)
=====================================
Jalan di gunung itu semula sepi. Mobil terakhir lewat satu jam yang lalu. Tetapi sesaat suara bising mulai terdengar dari kejauhan. Tak lama tampak sebuah mobil AE86 melaju dengan sangat kencang, padahal siang itu sedang hujan lebat. Terlalu bahaya melewati jalanan di gunung dengan kecepatan mobil yang seperti itu.
Tiba-tiba ban mobil itu tergelincir, dan sepertinya si sopir tidak bisa mengendalikan mobilnya. Mobil itu terbanting ke pagar jalan. Mobil itu tidak jatuh ke jurang, tetapi terpental dan menabrak ke arah gunung. Pintu sebelah kirinya terbuka, dan seseorang terlempar dari sana. Dan setelah beberapa detik mobil itu berhenti dalam keadaan terbalik.
“Ssa..kit!!” kata seseorang. Itu sopirnya, yang masih terjebak di dalam mobil yang terbalik. Ia mengamati sekeliling. Dan sesaat matanya tertuju pada sesosok manusia yang tergeletak di tengah jalanan gunung itu. “Eiki! E..iki!”
Tapi sesaat semuanya menjadi begitu buram, dan lama kelamaan menjadi gelap. Gelap.
---
Pagi itu terasa begitu cerah. Mungkin rasanya terlalu cerah. Yohei keluar dari rumahnya, ia berniat memanaskan mobilnya. Sebentar lagi ia akan pergi keluar kota untuk show bersama teman-teman band-nya yang masih siap-siap di dalam.
Tak lama Agito dan Shigeru muncul dengan membawa gitar mereka dan beberapa barang yang di perlukan dalam pertunjukkan. Mereka mulai memasukkan barang mereka ke dalam bagasi, satu demi satu. Tetapi gitar mereka tidak ikut di masukkan. Dan setelah semuanya masuk, mereka hanya berdiri sambil mengamati mobil baru milik Yohei itu.
“Seharusnya kau beli Van saja, Yohei! Jadi muat banyak!” kata Shigeru. Agito mengiyakan dengan mengangguk-angguk.
“Iiyo(iya), dan kita juga tidak perlu menyewa mobil untuk membawa alat musik kita!” tambah Agito.
Yohei muncul dari dalam mobilnya dan melihat ke arah dua orang temannya yang berada di belakang mobilnya itu. “Untuk sementara kita pakai ini dulu! Nanti kita nabung untuk beli Van! Lagian kita juga tidak menyewa mobil itu! Agito kan dapat pinjaman gratis!”
Tak lama Yanda muncul dari dalam bersama Eiki yang membawa seperangkat drum set dan bass. Mereka menunggu mobil pengangkut yang akan datang sebentar lagi. Mereka menggunakan dua mobil hari ini. Anggota band ikut dengan mobil Yohei dan alat musik mereka di angkut dengan mobil pengangkut milik ayah dari teman Agito.
Tak lama, mobil pengangkut itu datang. Seseorang segera muncul dari dalam mobil setelah mematikan mesinnya. Orang itu berbadan gempal dan berkumis tipis. Dia manager dari band anak-anak muda itu. “Cepat masukkan alat kalian! Sebentar lagi kita harus berangkat!”
Semuanya bergegas memasukkan alat musik mereka. Gitar elc, gitar act, bass, drumm dan keyboard segera di masukkan ke dalam box mobil pengangkut itu. Dan setelah semuanya masuk, merekas segera masuk ke mobil Yohei dan mereka berangkat.
***
Sepanjang perjalanan semuanya berjalan lancar. Agito dan Shigeru bernyanyi terus sepanjang jalan. Yohei ikut mengangguk-angguk mendengar nyanyian mereka. Eiki yang hobi menulis, sedari tadi sibuk mengisi notebook yang selalu di bawanya, dan Yanda yang sedari tadi terus diam. Wajahnya terlihat tegang. Sepertinya ia sedang membaca sesuatu. Membaca keadaan.
“Umm..Yohei!” kata Yanda tiba-tiba.
“Nan de(ada apa)?” tanya Yohei.
“Bisakah kita batalkan show hari ini?” tanya Yanda tiba-tiba.
“Nante ittan dayo(Apa yang kau bicarakan)??” Shigeru yang duduk di sebelahnya langsung sewot. “Kau ini bodoh ya? Kita kan sudah tanda tangan kontrak! Mana mungkin bisa membatalkan secara tiba-tiba begini? Bakayaro(bodoh)!!”
“Otakmu kemasukan apa sih?” tambah Agito. Yanda hanya diam mendengar jawaban dari dua kawannya itu.
“Memangnya kenapa? Kau sakit?” tanya Yohei.
“Rasanya hatiku tidak enak sekali! Kalo sudah begini, berarti sesuatu akan terjadi!” kata Yanda. Semuanya terdiam, termasuk Shigeru dan Agito yang awalnya tidak terima dengan pernyataan Yanda. Yanda itu punya indra keenam, dan selama ini apa yang di katakannya itu sebagian besar menjadi kebenaran! Walaupun ada beberapa perkiraannya yang salah juga.
“Baka ittenna yo(Jangan bicara hal yang bodoh), Yanda-kun! Semuanya pasti akan baik-baik saja!” kata Eiki sambil tersenyum. Senyumnya saat itu tampak manis sekali. Memang, Eiki itu anggota yang paling manis dari seluruh anggota band! Dan dia yang paling muda. Tapi senyumnya yang kali ini, tampak terlalu manis. Dan perasaan Yanda menjadi semakin tidak enak.
***
“Oh God!!” kata Yohei. Mereka sedang berhenti di pom bensin, dan mobil mereka jadi tidak bisa berjalan lagi setelah beberapa meter keluar dari sana.
“Nan ni(Ada apa)?” tanya Eiki. “Daijobu desuka(apakah baik-baik saja)?”
“Betsu ni(tidak juga)!” jawab Yohei. Ia bangun dari mengamati ban depan. “Bannya bocor! Kita butuh waktu sebentar untuk mengganti dengan ban serep!”
Agito melihat arlojinya. Wajahnya mengekerut, “Kita tidak bisa lama-lama di sini! Kita harus segera berangkat!”
Mereka terdiam. Sementara Yohei sibuk mengambil ban serep di bagasi yang tertutup barang-barang mereka. Yanda dan Shigeru tampak berpikir. “Bagaimana kalo kita naik bis saja! Kita tinggalkan mobil ini di sini! Pasti tidak apa-apa!” usul Shigeru.
“A..usul yang bagus!” kata Eiki.
“Tapi bagaimana dengan barang-barang kita? Kau akan membawa tas besar ini di dalam bus?” kata Agito.
“Aa..benar juga!” kata Shigeru.
“Kalau begitu, sebaiknya kalian duluan saja naik bus! Aku akan menyusul setelah selesai memperbaiki mobilnya!” kata Yohei. Semuanya melihat ke arah Yohei yang sedang sibuk melepas ban-nya yang bocor. “Dan kalian juga tolong hubungi Chiba, katakan padanya kalo aku datang agak terlambat!”
“Ah..so ka(baiklah)!” kata Shigeru. “Kalau begitu, ayo kita duluan!”
“Aa..minna(semuanya)!” kata Eiki. Shigeru, Agito dan Yanda yang semula akan pergi, jadi terhenti. Mereka menoleh ke arah Eiki. “Aku..ikut dengan Yohei saja! Kita tidak bisa meninggalkannya sendirian!”
“Eiki, lebih baik kau ikut kita saja!” kata Yanda. Sedari tadi ia terus menampakkan wajah khawatir ketika melihat ke arah Eiki.
“Tidak, biarkan aku menemani Yohei! Kasihan dia kalau harus sendirian!” kata Eiki, dan dia kembali menampakkan senyumnya.
“Oh..so ka(baiklah)!” kata Agito. Eiki mengangguk. Dan Yanda tidak bisa melakukan apa-apa. “Kalau begitu, kami jalan duluan! Janne(sampai nanti)!”
“Ja!” jawab Eiki. Dan tiga orang teman mereka segera berlalu.
***
Di sebuah rumah yang tidak begitu besar yang terletak di sebuah gang. Terdengar dering telepon dari dalam rumah itu. Seorang anak perempuan berambut pendek segera berlari untuk mengangkat telepon itu.
“Moshi-moshi(halo)!!” sapanya begitu menempelkan gagang telepon itu ke telinganya. “Eiki! Ada apa menelpon pagi-pagi begini?”
“Aa..Betsu ni(tidak apa-apa)!” kata Eiki, yang menelpon gadis itu. Ia terlihat melepaskan napas pendek. “Aku hanya ingin memberi kabar! Aku dan Monochrome akan show di luar kota! Doakan kami sukses ya!”
“Aa..so da na! Aku pasti mendoakan kalian! Ganbatte yo!” kata gadis itu. Mereka tertawa-tawa kecil. Dan tak lama setelah itu, Eiki menyudahi teleponnya.
“Hai! Ja!” kata gadis itu kemudian menutup teleponnya. Ia tersenyum lebar, tampak begitu senang mendapat telepon dari pacarnya itu. Ia lalu berjalan ke arah kamarnya sambil bersenandung riang.
***
“Menelpon siapa?” tanya Yohei sambil melap tangannya dengan sapu tangan. Ia sudah selesai mengganti ban mobilnya. Ia lalu memasukkan ban mobil yang bocor itu ke jok belakang.
“Mizuki!” jawab Eiki. “Entah kenapa aku jadi ingin menelponnya pagi ini!”
Yohei tersenyum tipis. Ia lalu membuka pintu mobil dan menyalakan mesin. “Ayo berangkat!” ajak Yohei. Eiki mengangguk dan segera masuk ke dalam mobil.
“Are you ready?” seru Yohei.
“JUNBI O.K DESU(aku siap)!!” seri Eiki, dan mobil mereka segera melaju ke arah tempat mereka akan mengadakan show.
***
Mobil Yohei melaju dengan kecepatan konstan di jalanan kota. Dari luar mobil terdengar dentuman bass, efek dari musik yang mereka nyalakan di dalam mobil. Eiki ikut bernyanyi sambil terus mengisi buku catatannya dengan tulisan-tulisan. Entah apa yang ia tulis. Mungkin buku harian!
Tiba-tiba ponsel Yohei berdering. Ia mengambilnya dan mengangkat teleponnya. “Moshi-moshi!”
“Yohei! Bagaimana mobilmu? Kau masih ada kesulitan?” tanya seseorang di sebrang. Itu suara Chiba, manager mereka yang sekarang sudah sampai di tujuan.
“Ah..iie! Kami sudah jalan lagi sekarang!” jawab Yohei. Chiba terdengar menjawab dengan nada senang. Sepertinya ia lega sekali. “Lalu bagaimana dengan Yanda dan yang lain?”
“Mereka akan sampai di sini satu jam lagi!” jawab Chiba.
“So ka!” kata Yohei.
“Oh ya, ini pemberitahuan mendadak, dan aku juga baru saja di beri tahu!” kata Chiba. “Sebaiknya kau percepat jalanmu! Kita akan melakukan jumpa pers dahulu sebelum show di mulai! Entah apa mau mereka! Memberi tahu kita mendadak begini!”
“Ah, baiklah! Aku akan mencari jalan pintas!” kata Yohei. Dan telepon segera di tutup. Yohei langsung tancap gas begitu meletakkan ponselnya. “Eiki, sebaiknya kau pakai sabuk pengamanmu!”
“Hai!” jawab Eiki dan segera memakainya. Mobil Yohei segera berlalu dengan kecepatan tinggi.
***
Karena di kejar waktu, Yohei mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia sudah seperti pembalap jalanan yang suka kebut-kebutan di gunung. Ia memang melewati jalan di gunung, karena menurutnya, lewat jalan itu bisa memperpendek waktu untuk sampai di tujuan!
Mungkin terlalu bahaya untuk mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi seperti itu di jalanan di gunung, karena di samping mereka terdapat jurang, dan mereka bisa saja jatuh ke dalamnya kalau salah perhitungan. Selain itu, hujan juga turun tiba-tiba begitu mereka mulai naik ke arah gunung.
“Yohei! Pelankan sedikit mobilmu!” kata Eiki. Ia tampak sangat ketakutan.
“Kalau aku pelankan, kita akan terlambat sampai di sana!” jawab Yohei.
“Tapi terlalu bahaya menyetir dengan kecepatan seperti ini! Kau mau mati ya?” kata Eiki lagi.
“Sudah tenang saja! Tidak akan terjadi apa-apa!” jawab Yohei.
Tetapi sesaat kemudian, sesuatu terjadi pada mereka. Tidak tahu bagaimana kronologi kejadiannya. Semua terjadi begitu cepat. Sampai-sampai tidak terdengar teriakan sedikitpun. Tahu-tahu mobil Yohei sudah terbalik dan Eiki terlempar ke luar. Ia tergeletak di tengah jalanan gunung dan di selimuti air hujan yang turun begitu deras.
***
Apakah benar aku akan mati hari ini?
Kalau benar, terima kasih semuanya..
Dan maaf karena telah merepotkan!
Sayonara..Minna! ^_^b
Kata-kata itu tertulis paling akhir di notebook Eiki. Yohei yang membacanya langsung menangis sejadi-jadinya. Ia merasa itu semua terjadi karena dirinya yang tidak berhati-hati. Padahal Eiki sudah memperingatkannya berkali-kali, tetapi Yohei tidak mengindahkannya. Dan semuanya berakhir seperti ini.
Yohei mendapat beberapa luka di tubuhnya, tapi lukanya tidak begitu serius. Sedangkan Eiki mendapat benturan di kepala dan rusuknya. Ia sempat kritis, tetapi karena darah yang keluar terlalu banyak, ia langsung meninggal di tempat.
---
“Kau tau Yanda? Aku tahu kapan aku akan mati! Kau pasti terkejut!” kata Eiki di atap sekolah. Yanda terbelalak begitu mendengar perkataan Eiki, dan ia lebih terkejut lagi karena Eiki mengatakannya dengan begitu santai. “Kau ini memang punya indra ke enam! Tapi kau tidak bisa melihat kematian kan? Kalau aku bisa! Tapi aku tidak akan memberitahukan kapan kalian akan mati!”
Eiki tertawa. Yanda jadi semakin kaget. Ternyata Eiki mempunyai kekuatan supranatural yang begitu seram.
“Tapi jangan beritahukan kepada yang lain! Aku memberitahumu karena kau juga memiliki kekuatan serupa denganku!” kata Eiki.
Yanda hanya bisa terus terdiam sedari tadi. Ia tidak tahu apa yang harus di bicarakan. Pada saat seperti ini, tidak ada satu pembicaraanpun yang bisa di bicarakan. Eiki itu sungguh gila!
“Aku akan mati karena kecelakaan mobil! Dan umurku tidak akan panjang!” kata Eiki. Ia tersenyum. Yanda kaget. Ia tidak bisa menghabiskan bekal makan siangnya. Ia sudah tidak nafsu makan lagi. Batinnya jadi tidak enak sejak pertama Eiki membicarakan tentang ini.
“Sudah! Aku mau kembali ke kelas! Jangan ganggu aku sampai besok! Ja!” kata Yanda. Eiki terbengong-bengong sambil menatap ke arah Yanda. Kemudian ia tersenyum dan melanjutkan makan siangnya.
Yanda tahu Eiki tidak bercanda. Ia tahu. Yanda bisa tahu seseorang itu berbohong atau tidak! Makanya ia terlalu takut untuk mendengar pernyataan selanjutnya yang akan di ucapkan oleh Eiki. Dan ia memilih untuk meninggalkannya untuk sementara waktu. Ia tidak mau membicarakan hal itu.
-END-
AE86
-Keep Shine Like HIKARI-
No comments:
Post a Comment