Hmh..selamat membaca! ^-^
a Man with a Guitar at the Bus Stop
Pertengahan musim dingin, tapi hari ini salju belum turun. Musim dingin tahun ini memang menjadi yang paling hangat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Aku terus memandangi keluar melalui jendela kedai kopi kecil di ujung jalan ini. Belum banyak pelanggan yang datang, karena hari ini masih sangat pagi. Tapi orang yang duduk di halte bis itu, sejak semalam berada disana sedang memainkan gitarnya.
"Ji Yong~a!" aku merasa seseorang memanggilku. Namun aku tidak bergeming. Aku terus memandangi orang dengan jaket hitam tebal diluar jendela itu. "Ji Yong~a!" sekali lagi aku mendengarnya.
PAKKK!!
"Aigoo!!" seruku sambil menggosok bagian kepalaku yang baru saja dipukul dengan nampan bulat yang biasa dipakai untuk mengantarkan makanan ke meja pembeli. Bos Seung Hyun sudah memandangku dengan penuh amarah, mungkin karena aku tidak mendengarkannya saat ia memanggilku. "Y..ya bos?"
"Kau tidak lihat pelanggan memanggilmu?" aku terbengong, kemudian menoleh kearah pelanggan yang sudah duduk sambil melambaikan tangan kearahku. Ah..rupanya sudah ada yang datang. "Tunggu apa lagi? Cepat tanyakan pesanan mereka dan bawakan padaku! Punya karyawan satu aja bikin susah!"
"Ah..oh..i..iya bos!" jawabku tanpa membantah dan segera berlari ke meja pelanggan yang sudah menungguku sejak tadi.
***
Sudah jam 5 sore. Aku harus ke rumah sakit, dan kebetulan Yong Bae yang menggantikanku sudah datang. Aku segera berkemas dan mengganti bajuku.
"Bos, aku pergi dulu ya!" kataku sambil menutup ritsleting ranselku dan menggendongnya.
"Ke rumah sakit lagi?" tanya Bos. Aku mengangguk sambil tersenyum kecil. "Kapan-kapan aku akan kesana!"
"Hmh! Gomaweo!" jawabku. "Yong Bae, terima kasih untuk waktumu! Kau bisa mengambil separuh gajiku!"
"Ahni..dengan suka rela aku membantumu! Aku juga akan datang kesana kapan-kapan!" jawab Yong Bae yang baru saja selesai mengenakan celemek hitamnya.
"Aku pergi dulu! Sampai jumpa!"
"Yo! Hati-hati di jalan! Salam untuk siapapun yang ada disana!" seru Yong Bae dan Bos Seung Hyun mengantarku keluar dari kedai dan bergegas ke rumah sakit.
Ke rumah sakit, ya, tapi bukan untuk bekerja lagi. Tapi untuk menjaga adikku yang sedang terbaring disana. Sudah berbulan-bulan aku selalu menghabiskan waktu di rmah sakit setelah bekerja setengah hari. Aku sudah jarang datang ke studio untuk latihan band ataupun menghabiskan waktu bermain dengan teman-temanku. Karena jika bukan aku yang menjaga adikku, siapa lagi?
Aku berdiri di halte, menunggu bus datang. Dan orang yang sejak tadi aku pandangi itu masih disana dengan gitarnya. Aku meliriknya sedikit. Ada sebuah kotak didepannya berisi penuh dengan uang. "Ia pengemis ya?" pikirku. Padahal tampilannya seperti orang yang mampu untuk bekerja lebih dari yang ia lakukan sekarang. Mungkin ia bisa menjadi pelayan kedai sepertiku?
Bus sudah datang, dan membuat lamunanku buyar. Aku segera masuk ke dalam bus dan cepat-cepat menuju rumah sakit daripada harus menunggui orang itu selesai bernyanyi.
***
"Oppa!!" Jang Eum menyambutku dengan senyumnya yang ceria dan tatapan kanak-kanaknya yang menyenangkan. Aku tersenyum senang melihatnya masih baik-baik saja. Semoga ia tetap akan seperti itu sampai sembuh nanti.
Aku memeluknya erat, kemudian memandangnya dengan senyum setelah melepas pelukannya. "Bagaimana hari ini? Kau baik-baik saja?" tanyaku yang sebenarnya selalu menghawatirkan keadaannya. Namun aku tidak akan pernah menunjukkan wajah sedih dihadapannya atau kondisinya akan memburuk.
Tanpa menjawab satu katapun, ia mengacungkan kedua jempol tangannya didepan wajahku. Aku tersenyum lebar dan mengacak rambutnya semangat. Aku kemudian menegakkan badanku dan memandang ke arah seseorang yang sejak tadi duduk di sebelah ranjang Jang Eun. "Chae Rin!" sapaku. Gadis berambut pirag itu tersenyum kecil. "Terima kasih sudah meluangkan waktumu disini!"
"Hmmh..ahniyo! Aku senang membantu oppa!" jawabnya.
"Kau sendirian?"
Chae Rin menggeleng. "Aku bersama Chae Yong! Sekarang ia sedang membeli makanan untukku!" jawabnya, aku mengangguk kecil. "Emh..Oppa mau juga? Akan aku telepon Chae Yong kalau oppa juga mau!"
"Ahni! Gomaweo!" jawabku.
***
Aku baru saja keluar dari ruang dokter setelah menanyakan beberapa hal tentang perkembangan adikku, sementara Chae Rin sejak tadi menungguku diluar. Dan setelah melihatku muncul dari balik pintu, ia segera berlari kearahku. "Otteoke?" katanya.
"Masih bagus, karena lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, kondisinya masih tetap stabil. Namun tidak bisa menjamin jika ia akan megalami penurunan kondisi secara tiba-tiba!" jawabku jujur. Chae Rin tampak sedih. "Aku harap kau dan saudara anehmu itu selalu datang untuk menjaga agar kondisi Jang Eum tetap sehat!" lanjutku sedikit bercanda. Chae Rin tersenyum. Dan aku berharap, semuanya akan selalu baik-baik saja.
***
Jam 1 malam. Aku baru saja mulai tidur setelah sampai dirumah pukul 11. Aku gantian jaga dengan omonim, sedangkan aboji sampai larut begini masih lembur di kantornya. Namun meski begitu ia selalu memastikan keadaan Jang Eum lewat telepon.
Tiba-tiba ponselku berdering. Aku bangun lagi untuk mengambilnya. Dari Omonim. Dengan melihat nama omonim muncul di ponselku, sudah membuat hatiku tak karuan. Pasti sesuatu sedang terjadi di rumah sakit. Dengan perasaan takut, aku mengangkatnya. "O..omo..nim?"
***
Dengan cepat aku berlari masuk ke rumah sakit. Lampu depan rumah sakit sudah dimatikan, namun pintu masuknya masih belum dikunci. Aku segera mencari Instalasi Gawat Darurat, dimana adikku dipindahkan malam ini.
Tak lama setelah aku pulang tadi, kondisi Jang Eum langsung drop secara tiba-tiba. Leukositnya langsung naik secara drastis, kondisinya membruk dan badannya lemas. Ia pingsan dan langsung dibawa ke IGD untuk dirawat agar kondisinya kembali membaik. Semuanya tidak menyangka bahwa kondisinya akan menurun, tapi aku ingat kata-kata dokter. Ia bisa saja mengalami penurunan kondisi tubuh, karena penyakitnya yang memang tidak dapat diprediksi.
Ternyata sudah banyak relasiku yang sedang menunggu didepan IGD. Aboji, Omonim, Nuna yang baru saja pulang dari kantornya dan langsung meluncur ke rumah sakit. Mereka menunggu dalam diam sambil terduduk di depan IGD.
"Bagaimana Jang Eum?" tanyaku pada mereka. Tidak ada jawaban yang pasti, sementara ibu terus menangis, dan kakak berusaha untuk menenangkannya.
"Duduk dan berdoalah! Semoga dia akan baik-baik saja!" jawab Aboji sambil tersenyum kecil. Aku mengangguk dan bergegas duduk di sebelah Aboji dan berdoa demi Jang Eum.
***
"Kau terlambat!" seru Bos menyambutku. Ia baru saja mengantarkan kopi kepada pelanggan yang duduk di dekat jendela saat aku datang ke kedai dengan tampang pucat.
"Maaf bos!" jawabku lemas dan tanpa sangkalan. Aku mengambil seragam kerjaku dan segera mengganti bajuku.
"Ada sesuatu yang terjadi?" tanya Bos padaku dengan nada simpaty. Aku menggeleng sambil tersenyum kecil. Aku tahu senyumku tampak dipaksakan. "Benarkah?"
"Iya!" jawabku sambil memasukkan tas-ku ke loker. "Aku harus melayani pelanggan bos!" kataku kemudian sambil bergegas ke meja pengunjung yang melambaikan tangannya padaku.
***
Hari ini kedai tutup lebih awal. Katanya Bos Seung Hyun ada sedikit keperluan dan tidak bisa lama-lama berada di kedai. Makanya ia menutup kedainya lebih cepat. Dan sekarang aku pulang. Aku duduk di halte sambil menunggu Yong Bae yang katanya ingin menjenguk adikku.
Dan laki-laki itu masih disana. Duduk di halte sambil bernyanyi dan memainkan gitarnya. Suaranya cukup merdu untuk seorang pengemis jalanan. Aku cukup terhibur dengan nyanyiannya. Aku ingin memberinya sedikit uang, namun setelah aku memeriksa kantong jaket dan celanaku, ternyata tidak ada sepeser uang pun disana.
Namun tak sadar, Yong Bae sudah menyalakan klakson mobilnya didepanku. Aku mendongak kaget. "Ji Yong~a! Ayo!" katanya. Aku tersenyum dan segera berlari masuk kedalam mobilnya.
***
Dari depan kamar sudah bisa terdengar suara dari dalam. Chae Rin dan seseorang sedang mengobrol dengan Jang Eum. Aku melihatnya kedalam. Chae Rin, Aboji, Omonim, Nuna, dan.. Bos Seung Hyun? Ternyata ini alasannya kenapa ia tutup lebih awal?
"Bos?" panggilku. Bos Seung Hyun menoleh dan tersenyum ke arahku.
"Yo!" sapanya. "Aku juga harus memperhatikan keluarga dari karyawanku! Makanya tidak ada salahnya kita tutup lebih awal dan aku datang menjenguk adik kecilmu ini!"
Aku senang mendengarnya. Namun aku hanya bisa tersenyum sebagai ucapan terima kasihnya.
"Oppa~" panggil Jang Eum lemas.
"Hai! Kau baik-baik saja?" tanyaku padanya. Jang Eum hanya mengangguk. Keadaan semalam sepertinya masih membuatnya lemah.
"Hei Jang Eum, aku bawakan ini untukmu!" kata Yong Bae sambil memberikan sebungkus kue. Namun karena Jang Eum masih lemah, omonim yang menerimanya dan meletakkannya di meja.
"Ghamsahamnida.."
Namun tiba-tiba terdengar suara gaduh dari luar kamar. Aku sudah menebak siapa yang datang. "Jang Eum!! Aku bawakan hadiahmu.." seru Chae Yong seraya masuk ke dalam kamar dan menarik seseorang (Seung Ri, teman sekolah Jang Eum) masuk, namun ketika melihatku, ia diam, kemudian menunduk. "Wah, kau sudah datang seonbae! Annyeong!"
"Annyeong!" balasku padanya. Anak ini ramai sekali. Berbeda dengan Chae Rin yang sedikit lebih diam. Meskipun jika mereka sedang berdua, akan sama ramainya.
"Jang Eum! Hadiahmu sudah datang! Ini!" katanya lagi dengan semangat sambil mendorong Seung Ri, teman Jang Eum tadi, ke dekat ranjang Jang Eum, dan wajah keduanya langsung tersipu. Aku hanya bisa tersenyum melihat mereka.
Rasanya seperti kejadiaan semalam tak pernah ada. Memang kondisi Jang Eum sangat lemah hari ini. Dan setelah kemo therapy tadi pagi, rambutnya yang rontok suda semakin banyak. Dan kini ia harus mengenakan topi, karena sebagian kepalanya sudah mulai botak. Tapi aku hanya bisa berharap, agar semakin banyak orang yang datang menjenguk dan mendukungnya seperti sekarang ini, agar ia cepat sembuh dan tidak menderita seperti ini lagi.
***
>>Tomorow
"Hati-hati di jalan!" kata Chae Rin padaku sambil menyodorkan tremos minuman kecil yang berisi kopi hangat. Hari ini aku masuk kerja sore, setelah paginya Yong Bae menggantikanku tanpa bayaran. Anak itu, entah bagaimana aku harus membalas kebaikannya. Aku mengangguk kecil sambil tersenyum pada Chae Rin. "Jangan paksakan tubuhmu untuk terus bekerja! Jang Eum akan sedih jika tahu kau sakit, oppa!" katanya lagi.
"Neh! Aku mengerti!" jawabku sambil tersenyum. "Sampai jumpa!" kataku dan segera meninggalkan rumah sakit.
Sekarang masih sore, dan langit masih dihiasi cahaya matahari yang berwarna orange. Aku terus memandangi langit sepanjang perjalanan dengan bus. Aku senang bisa memandanginya, langit sore begitu indah. Namun aku tidak tahu, entah sampai kapan Jang Eum bisa menikmatinya. Aku ingin Jang Eum menikmati indahnya dunia ini lebih lama lagi, dan dalam keadaan sehat.
Aku sudah sampai di tujuan, dan turun di Halte yang ada didepan kedai kopi tempatku bekerja. Pria dengan gitar itu masih duduk disana. Aku memeriksa kantong jaketku, tidak ada sepeser uang pun didalamnya. aku mendengus, lalu duduk disebelah-nya.
"Maaf!" kataku padanya. Orang itu tersenyum, namun tidak berhenti bernyanyi. "Kau..sudah lama berada disini?" tanyaku kemudian. Orang itu menghentikan lagunya, kemudian tersenyum kearahku sampai matanya hanya tampak seperti garis lurus.
"Ya! Ini pekerjaanku!" jawabnya. Aku melongo mendengar jawabannya. "Setiap pagi aku datang kemari untuk bernyanyi, dan setelah malam aku pulang ke rumah dan menghitung hasil kerjaku!" jawabnya.
"Kau..pengemis?" tanyaku lancang. Tapi orang itu hanya terkekeh. Apakah ini lucu?
"Bukan! Aku hanya pencari sumbangan. Aku ingin membantu penderita kanker dengan membantu mereka berobat. Aku akan menyumbangkan seluruh hasil kerjaku ini untuk mereka." jawabnya tulus. Aku merasa berdosa telah menganggapnya pemalas dan menyangka bahwa ia seorang pengemis.
"Maaf!" kataku tidak enak hati. Namun seperti di awal, ia hanya tersenyum dengan ramah padaku.
Udara jadi semakin dingin. Dan sepertinya orang itu kedinginan. Aku ingat Chae Rin membawakan kopi untukku (padahal kerjanya di kedai kopi, kok bawa bekalnya kopi??=p). Aku segera mengambilnya, dan menuangkan sedikit kedalam tutup tremos itu untuknya.
"Ini, semoga bisa menghangatkan walau hanya sedikit!" kataku sambil memberikan kopi yang telah aku tuang kedalam tutup tadi.
"Neh, Ghamsahamnida!" katanya, kemudian menenggaknya sedikit. "Hmh..enak sekali! Terima kasih banyak!"
Aku mengangguk kecil. Dibandingkan sedikit kopi yang aku berikan, pekerjaannya selama ini lebih mulia dan memerlukan pengorbanan yang lebih besar. Di tengah musim dingin, ia rela duduk seharian di luar sambil bernyanyi dan bermain gitar, kemudian memberikan semua hasilnya untuk seluruh penderita kanker di Korea. berarti ia juga membantu Jang Eum. Aku yang seharusnya mengucapkan banyak terima kasih untuk pria ini.
"Kau, siapa namamu?" katanya tiba-tiba. Lamunanku langsung buyar.
"Aku? Emh..Kwon Ji Yong imnida!" jawabku kikuk. "Kau?"
"Kang Dae Seong imnida! Senang berkenalan denganmu!" katanya ramah sambil tersenyum.
-END-
=====
Gue jadi inget ade gue yang kena kanker juga~ T_T
-Keep Shine Like HIKARI-
baca ceritanya aja udh bikin nangis,,apalagi dibikin film tu Onn?kyk pas yg di 1 liter of Tears..haa?onnie?ade mu siapa yg kena kanker?km pny ade po Onn ?
ReplyDeleteiya ya?
ReplyDeletetapi ini terispirasi dari kisah nyata..*itu juga ya?* o.o
punya..ade ku ada 2, tapi yang 1 udah meninggal kena kanker waktu aku masih SMA T_Ta
jadi nyesel deh dulu suka nyurangin dia~..
oh ?im sorry to hear that Onnie :(( waktu itu dia umur brp ? jangan sedih ya Onnieyaaa
ReplyDeletedia umur 10 tahun..
ReplyDeleteudah lama sih, udah lupa-lupa..
tapi disaat tertentu bisa tiba-tiba inget..
seandainya dia masih sampe sekarang, aku kan bisa punya temen maen~ hoah..=.=a
huwah ending ny ga bgt neh.. Ga ngerti critany aye.. No conclution.. @@
ReplyDeletehahaha..
Deleteini sebenernya tak ambil dari kisah nyata..
VIP, sakit kanker..
bapaknya cerita didepan rumah sakit ada tukang kyak disini posisinya di mainin daesung..
awalnya dia nyangka orang kyk gini tukang minta2, pdhal badannya masi bisa buat kerja, tapi setelah tau buat apa dia ngamen, bapaknya si VIP ini terharu banget.. trus dia dateng ngasi kopi..
buat orang yang berjasa banget ngebantu penderita kanker, di bapak cuma bisa ngasi kopi, dia terharu dan sedih karena cuma itu yang bisa dia lakuin buat berterima kasih ama si pengamen itu..
intinya sebenernya sih disitu~ :p
ga masuk ya?hehe
makasi betewe^^