Saturday, December 18, 2010

The Magic Recipe Book [Last Part]

Magic Recipe
Part 3
By : Hikari

================================
 
 
Aku dan Yamada senpai jadi semakin akrab sejak saat itu. Aku setiap hari membuat makan siang untuknya, dan dia juga suka membagi makan siangnya denganku. Apakah ini sudah bisa di sebut kekasih?

Pada beberapa pertemuan kami di atap sekolah itu, kadang kami tidak belajar. Kami hanya mengobrolkan apa saja. Sebenarnya sih tidak penting juga, tapi bagiku ini sangat penting! Demi perasaanku pada Yamada senpai! ^^

Minami juga sepertinya sudah makin terbiasa saat bertemu dan mengobrol padaku, walau sifat pendiamnya masih tetap melekat erat di dirinya. Ia juga sepertinya tidak memiliki teman. Hanya HanaChan yang biasa berbicara dengannya. Tapi tanpa ia bicarapun aku tahu Minami adalah gadis baik.

***

Aku baru dari lapangan, pelajaran olah raga. Aku dan Yohei kembali ke ruang ganti melewati ruang PKK. Ada bau harum makanan, oh ya..hari ini ada pembagian makan siang gratis. Sekarang sudah minggu ke tiga ya? Siap makan gratis!!Tapi baru beberapa langkah kami melewati ruang PKK, aku dengar keributan dari dalam. Bukan, tidak ada orang berteriak-teriak di sana, tapi sepertinya ada sesuatu terjatuh. Aku dan Yohei segera masuk dan melihat keadaan. Tampak seorang anak perempuan terduduk di lantai, sepanci besar kare tumpah dan kakinya juga terkena. Dia lagi?

“Minami, daijobu?” tanyaku. Minami hanya mengangguk pelan, tapi dari raut wajahnya, keliahatan sekali kalo dia kesakitan. Kuah kare yang panas itu tumpah di kakinya hampir semuanya. Anak ini sepertinya selalu sial ya?

“Haruskah aku panggilkan guru UKS?” tanya Yohei.

“Panggilkan saja!” kataku sambil mencoba mengangkat Minami. Aku merangkulnya dan membantunya berdiri, lalu mendudukkannya di kursi yang tidak jauh dari tempatnya terjatuh. “Kau ini penuh dengan kesialan! Semoga saja ini adalah kesialanmu yang terakhir!”

Dia tidak menjawab, tapi terus merintih dan melihat ke arah kakinya yang mulai menunjukkan luka bakar. Kasihan sekali anak ini.

Tak lama Yohei datang sambil berlari-lari dengan membawa kotak P3K bersama.. “Yamada senpai??” aku berseru kaget.

“Nan ni?” Yamada senpai ikut kaget mendengar seruanku. Tapi Yohei langsung menetralkan keadaan.

“Aku bertemu dengan Yamada senpai saat mencari guru UKS yang sedang tidak di tempat! Jadi langsung saja aku suruh dia untuk menolong!” kata Yohei. Aku mengangguk saja.

Yamada senpai langsung mendekati Minami begitu ia melihat kaki Minami yang mulai memerah. “Daijobu?” ia bertanya. Minami hanya mengangguk pelan. “Chotto matte kudasai!” ia lalu meminta kotak P3K yang di bawa Yohei, dan segera mengobati luka Minami.

Sesaat semuanya terdiam, aku juga lupa kalau kare yang tumpah tadi masih berserakan sampai Minami bertanya, “lalu bagaimana dengan masakannya? Jam makan siang sebentar lagi!”

“Ah..iya!” aku dan Yohei menepuk kepala. Lalu kemudian aku terdiam.

“Serahkan padaku!” kataku mantap.

---

Sudah seperti chef ramen, aku mengikatkan handuk di kepala, memakai celemek dan menggulung lengan jaket olah ragaku, dan aku mulai membuat kare. Aku lihat buku resep yang sedari tadi terbuka di atas meja itu. Dan aku mengikuti semua cara memasaknya, sepertinya akan jadi enak.

Dan tidak lama, jadilah sepanci besar penuh kare. Dari aromanya tampak lezat sekali. Sudah pasti..siapa dulu yang masak?? xp

“Selesai!!” kataku pada semuanya. Tapi Yohei dan Minami hanya memandangiku, dan Yamada senpai. Ahhhh!!! Aku lupa ada Yamada senpai di sini! Dan aku memasak!! Arrrhhh!! Ore wa mecha mecha bakadayo!!!

---

“Jadi kau juga yang memasak obentou mu?” tanya Yamada senpai. Aku mengangguk. “kenapa kau tidak bilang dari awal? Masakanmu enak sekali!”

Sangkyuh!” kataku.

Kami sedang ada di cafetaria sekarang. Menikmati kare gratis yang aku masak tadi. Aku senang semuanya terlihat bahagia dengan masakanku. Dan masakan Minami tentunya. Aku juga senang ternyata Yamada senpai tidak marah karena aku telah berbohong. Dia juga tidak membenciku karena aku anak lelaki yang suka memasak. Dia malah memuji masakanku! Senangnya.

Saat melihat sekeliling, tak sengaja ku melihat ke arah Minami yang sedang bertugas dengan teman-temannya di klub memasak. Ia memperlihatkan resep kare yang tadi, lalu menutup bukunya. Ternyata kare ini adalah kare kebahagiaan dari buku resep ajaib itu. Dan setelah melihat semua kebahagiaan ini, aku merasa semua karena buku itu.

***

Aku meminjam buku itu lagi dari Minami. Hari penentuan nasibku dengan Yamada senpai adalah besok. Aku harus berhasil menyatakannya. Dan aku harus membuat...nah..ini dia! Resep membuat permen coklat!

Dan aku mulai berlagak seperti patisier. Setelah membeli bahan yang di butuhkan di minimart, aku lalu segera membuat permen coklat itu sambil melihat buku resep tua itu. Dan semoga keajaibannya masih berlaku sampai sekarang.

***

Aku berangkat bersama Yohei pagi ini. Oh ya, karena ibuku berangkat ke Korea kemarin siang, Yohei tidur di rumahku semalam. Ia datang setelah aku selesai membuat permen coklat untuk Yamada Senpai. Aku tidak mengijinkan Yohei mencicipnya! Takut kalau nanti dia bisa jatuh cinta padaku! Hahaha..

Di jalan kami bertemu Hanachan yang berangkat bersama Minami. Minami hari ini tidak berangkat dengan sepeda. Ia jalan kaki dengan dua tongkat, aku kasihan sekali padanya, mungkin kalau aku tidak lewat ruang PKK kemarin, ia sudah lumpuh sekarang. Tapi hebat sekali, dengan kaki seperti itu ia masih mau berangkat sekolah. Kalau aku mungkin sudah menyerah dan lebih memilih untuk tiduran di rumah!

“HanaChan!” Yohei memanggil pacarnya dan berjalan cepat-cepat mendekatinya sambil menarikku. Apa anak ini masih pemalu ya? Bertemu pacar sendiri masih minta di temani!

“Ah..senpai!” katanya setelah melihat ke arah kami. Ia lalu berhenti.

Ohayou!” sapa Yohei.

“Hmh! Ohayou!” jawab HanaChan. Ahh..menyebalkan sekali melihat hubungan dua anak ini. Selalu romantis setiap hari. Setiap bertemu menyapa dan pasti pergi berdua dengan bergandengan tangan, dan aku ditinggalkan.

Seperti sekarang ini, sepertinya mereka segera melupakan aku begitu keduanya bertemu mata. Mereka jalan duluan ke sekolah tanpa pamit. KONOYAROO!!>_<

Minami jalan mendahuluiku. Dan setelah terdiam sejenak aku mengikutinya dan berjalan di sebelahnya. “Ohayou!” sapaku. Dia hanya mendehem sambil mengangguk.

Genki?” tanyaku singkat.

Betsu ni!” katanya. Yah, aku bisa melihat apa yang sedang dia alami!

“Hari ini, aku akan menyatakannya pada Yamada Senpai!” kataku. Minami berkenti sebentar. Tapi pandangannya ke arah tanah tidak berubah. “Nan de? Daijobu?”

Hai!” jawabnya. Ia lalu berjalan lagi.

“Kemarin aku membuat permen coklat seperti di buku resep kebahagiaan itu! Dan semoga saja karena itu Yamada Senpai mau menerimaku!” kataku mantap. Minami tetap terdiam. Tapi tampangnya seperti ingin mengatakan sesuatu padaku. “Doushita no? Ada yang mau kau bicarakan?”

“Emh..yada!” jawab Minami. Aku hanya mengangguk-ngangguk, dan kami melanjutkan perjalanan ke sekolah dengan diam.

***

Jam istirahat pertama, aku ingin mengatakannya pada Yamada Senpai. Tapi sedari tadi aku mencarinya berkeliling sekolah, aku tidak menemukannya! Kemana ya dia?

Tapi aku malah bertemu dengan Minami saat aku sampai di taman. Ia sedang membaca buku. Aku lalu berjalan mendekat , “Kau lihat Yamada Senpai?”

Sebelum dia menjawab, dia malah berdiri dan mencoba menarikku untuk pergi dari sana. Entah dia lupa dengan lukanya atau apa. Baru satu langkah ia berlari, ia jatuh tersungkur, dan tangannya yang menarik lengan bajuku lepas. Tanpa bantuanku, ia megambil tongkatnya dan segera menarikku pergi dari sana.

Aku tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan. Ia menyuruhku bersembunyi di balik gudang tukang kebun sekolah sampai ia memberi tanda. Tapi entah kenapa aku malah menurut pada anak ini.

---

“Keluar lah!” katanya setelah ia melongok-longok, dan kami kembali ke tempat Minami duduk tadi.

“Kenapa kau menyuruhku bersembunyi?” tanyaku. Minami hanya menggeleng. Seperti biasa, si anak bisu ini selalu menjawab dengan menggeleng atau mengangguk. Lama-lama aku jadi kesal.

Aku duduk bersandar di kursi taman itu. Sambil menunggu kalau-kalau Yamada Senpai lewat. Tapi aku sudah tidak sabar. Dan akhirnya aku memutuskan untuk menelpon.

Tapi ketika aku menempelkan ponsel ke telingaku. Yamada Senpai lewat. Tapi dia tidak sendiri. Tangannya menggandeng seseorang.

Kau ingat Yaburo Senpai? Ya, dia yang menggandeng tangan Yamada Senpai! Dan sesaat, hatiku seperti di sayat dengan pisau daging sampai darahnya bercucuran. Dan aku merasa aku akan mati.

Awalnya aku tidak percaya. Sampai aku berdiri dan melihatnya lekat-lekat. Itu memang mereka. Tapi aku tidak menutup teleponku. Aku tetap menelponnya. Dan tak lama Yamada Senpai menyapa melalui telpon.

Senpai! Hari ini kita tidak belajar!”

***

Minami menceritakan semuanya. Dari awal dia tahu kalau Yamada Senpai jalan dengan Yaburo Senpai. Tapi dia membuatku tidak mengetahui itu. Dia mencegahku melihat saat mereka berdua berjalan bersama. Sejak ia menjatuhkan semua barang di gudang, memboncengkanku dengan sepeda secara paksa, menumpahkan kare di ruang PKK, dan yang terakhir menyuruhku bersembunyi. Tapi ia tidak sempat mengalihkan pandanganku pada saat-saat terakhir. Aku sudah melihat dua pasangan itu duluan. Minami tidak bisa melakukan apa-apa.

BAKAYAROO!!” aku memarahi Minami saat itu juga. Setelah aku tahu Yamada Senpai jalan dengan Yaburo Senpai. “Seharusnya kau bilang saja padaku! Kenapa kau harus menyembunyikan hubungan mereka! BAKA!”

Dan seperti biasa, dia hanya menunduk. Tapi kali ini ia tampak ketakutan. Aku menggulung buku tulis yang ada di sebelah Minami dan memukul kepalanya. “Jangan lakukan hal bodoh seperti itu! Apa lagi membuatmu jadi terluka seperti ini!”

Gomen ne..” katanya.

BAKA!” aku mengatainya lagi.

Hatiku masih perih. Aku ingin berterima kasih pada Minami, karena buku resep itu membuatku bisa mendapat kenangan dengan Yamada Senpai. Tetapi aku juga ingin marah padanya karena ia tidak jujur tentang Yamada Senpai!

Aku melihat ke arah Minami. Ia masih menunduk.

“Oi!” aku memanggilnya. “Jujurlah padaku! Kenapa kau melakukan ini?”

Ia hanya menggeleng dengan cepat. Aku melihat ke arahnya. “Hei! Apa susahnya untuk jujur sih?”
Entah nada suaraku terlalu tinggi, atau dia yang sensitif, Minami tiba-tiba berdiri dengan tongkatnya dan melihat ke arahku. “Himejima senpai ga suki da!” katanya dengan nada marah, kemudian meninju wajahku tepat di pipi kiriku. Ia lalu pergi cepat-cepat.

Kenapa dengan anak ini sebenarnya? Tiba-tiba meninjuku seperti itu. Anak itu benar-benar sulit di tebak. Anak pendiam seperti itu ternyata kalau marah menyeramkan juga ya! Aku mengelus pipiku tersayang yang sudah mulai menunjukkan warna lebam itu.

Tapi sebentar..apa yang di katakannya tadi? Aku mencoba mencernanya.

NE??”

***

Jam pulang sekolah. Minami hari ini pulang bersama HanaChan, tidak bersama Sota seperti biasanya. HanaChan membantunya berjalan sampai ke loker sepatu. Minami cepat-cepat membuka lokernya.

“Eh..” katanya pelan. Ia kaget.

Nan de? Ako?” tanya HanaChan.

Betsu ni!” jawab Minami. HanaChan hanya mengangguk-angguk.

Minami segera memasukkan sewadah permen cokelat itu dan segera memakai sepatunya. Ada catatan kecil yang ditempel di wadah permen coklat itu.

Gomenasai..-SOTA-’

***

Beberapa bulan kemudian.

Pagi ini cerah seperti pagi-pagi biasanya. Matahari masih tersenyum seperti biasanya. Hari ini tahun ajaran baru, dan bunga sakura merah muda itu bermekaran di man-mana. Halaman sekolah juga bernuansa merah muda. Warna ini mengingatkanku pada Yamada Senpai. Sedang apa ya dia sekarang?
Yamada Senpai sekolah di terima di Todai, Yaburo Senpai juga. Aku senang mereka berhasil. Aku juga harus bisa masuk ke Todai tahun depan! Harus!

Tapi untuk sekarang, ada yang lebih penting dari itu. Aku sedang menunggu seseorang di gerbang sekolah sekarang. Sudah sepuluh menit dia belum datang juga. Tapi tak lama kemudian aku melihatnya. Gadis pendek dengan rambut pendek dan kacamata.

Ohayou!” sapaku padanya. Ia hanya mengangguk. “Kau lama sekali.”

Gomen!” katanya sambil tersenyum.

“Ayo jalan! Nanti kita terlambat!” dan kami segera masuk ke dalam sekolah.

Aku tidak tahu ini bisa di sebut keajaiban atau tidak. Sekarang aku jalan dengan Minami Ako. Ternyata dia adalah gadis yang menyenangkan. tapi tetap saja, kenangan tentang Yamada Senpai tidak akan pernah hilang dari benakku.

Pada awalnya aku takut menyukai Minami hanyalah sebuah pelarian, karena kenangan-kenangan yang pernah aku dapatkan bersama Yamada Senpai tidak bisa terhapus dari angan. Tapi akhirnya aku putuskan untuk mengubur kenangan itu bersama buku resep masakan tua itu. Aku menguburkannya di halaman belakang sekolah saat tahun ajaran yang lalu berakhir. Dan saat itu juga aku mulai jalan dengan Minami.

Mungkin memang benar buku itu menciptakan keajaiban dan kebahagiaan. Bukan aku dengan Yamada Senpai. Tetapi aku dengan Minami. ^^

***

Seseorang keluar dari ruang PKK sambil membawa perkakas. Ia akan menggunakannya untuk berjualan makanan pada saat festival.

Tapi di tengah jalan, tiba-tiba sesuatu jatuh di kepalanya. Ia berhenti sebentar, kemudian melihat ke arah benda tadi. Tampak buku tua bersampul hijau tergeletak di sana. Orang itu meletakkan perkakasnya dan mengambil buku itu. “Buku resep masakan kebahagiaan? Dari mana datangnya?”

-OWARI-

-Keep Shine Like HIKARI-

No comments:

Post a Comment